3-Anindya

843 59 6
                                    

Anin benar-benar tidak mengerti dengan dirinya sekarang, seharusnya tadi Anin tidak pergi kantin dan diam saja dikelas,
Seharusnya Anin tidak balik badan untuk melihat orang itu dan seharusnya Anin tidak pergi dari kantin, Lagipula Pria itu tidak akan mungkin memarahinya lagi hanya karna Anin mengira dia hantu. Dan kenapa juga Anin terlihat seperti takut ketemu kakak kelasnya itu.

Anin mengacak-acak rambutnya,frustasi. Adinda yang sekarang ada disampingnya tampak kebingungan melihat sikap Anin yang terlihat aneh sejak dari kantin tadi.

"lo kenapa si Nin?" tanyanya lagi. Anin menggeleng kuat. Tidak, ia tidak mungkin mengatakan tentang pria itu didepan Adinda.

"aneh" gumam Adinda. Dari pada ia memikirkan sikap Anin yang tidak jelas itu, lebih baik ia membuka handphoneya untuk mendengarkan musik.

Kelas cukup ricuh di jam terakhir sekolah. Padahal baru sehari mereka bersama dalam satu kelas ini. Mereka yang awalnya seperti enggan menyapa tapi akhirnya mereka sudah bisa akrab seperti ini,bahkan kalau diliat mereka seperti sudah kenal lama. Dan sekarang mereka tidak malu-malu satu sama lain.

Seperti apa yang dilakukan Nando, sibadan gempal yang sedang berbicara didepan kelas.

"gue itu kesel deh waktu MOS, masa pas gue minta nomornya ka Sherina ga dikasih sama dia" ucapnya dengan nada so sedih itu.

"ya iyalah jelas ga dikasih, Ka Sherina mana mau sama gentong air kaya lo" celetuk Ivan dari pojok kelas, membuat semua orang yang ada dikelas tertawa.

"oiya waktu malam api unggun, lo kena hukum kan Nin?" tanya Nando pada Anin, semua mata lalu tertuju pada Anin yang berada dipojok kelas. Yang diajak berbicara malah diam menatap kearah luar jendela.

Adinda yang menyadari itu segera menoleh kearah Anin juga, ia langsung menyenggol lengan Anin. Mebuat Anin menoleh padanya. "itu Nando lagi ngomong sama lo" ucap Adinda.

Anin menoleh menatap Nando "ya kenapa Nando?" tanyanya.

"Nin gue cuma mau pesen sama lo, ini tempat baru dan lo jangan kebanyakan bengong" ucapnya dengan nada serius.

Anin melongo mendengar ucapan Nando itu. Apa Anin benar-benar sampai bengong hanya karna memikirkan Pria itu.

"apasi nando" balasnya dan ia kembali diam menatap jendela.

*

"assalamualaikum bunda" ucapnya ketika baru saja memasuki mobil. Menyalimi tangan bundanya itu, tak lupa juga mencium pipi bundanya itu. Amira selalu on time ketika melakukan suatu pekerjaan, seperti menjemput Anin sore ini. 10 menit sebelum bel pulang berbunyi, Amira sudah sampai disekolah Anin, menunggu anak gadisnya itu.

"gimana hari pertamanya?" tanya Amira.

Ada jeda sebelum akhirnya Anin membuka suara. "biasa, masih perkenalan lingkungan sekolah dan sistem belajar" ucapnya.

Amira diam, sebenarnya ada yang ingin ia katakan pada Anin, hanya saja ada keraguan ketika ingin mengatakan. Amira menarik napas dalam, "mulai besok bunda gabisa jemput kamu, karna bunda bakal sibuk urus butik baru bunda" ucap Amira.

Butik? Tanyanya pada diri sendiri. Amira tidak pernah membicarakan ini sebelumnya. Bahkan setau Anin, Amira tidak pernah beniat mau membuka usaha. Ya walaupun Anin sangat tau bakat Bundanya itu.

"Bunda mau buka butik?" tanyanya.

"iyaa, dibantu tante Mia" ucapanya. Anin diam, "kamu naik angkutan umum gapapa kan? Atau mau bunda cariin jemputan? " tanya Amira ragu-ragu.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang