Anin

417 36 0
                                    

Bunyi alarm memekikan telinganya, padahal ini sudah bunyi yang kesekian kalinya, namun Anin tetap saja susah membuka matanya.

Anin langsung terduduk dikasur seraya mengucek-ucek matanya, pandangan yang semula kabur sudah jelas terlihat.

Dengan langkah gontainya ia bersiap berangkat sekolah. mandi, pakai seragam dan tidak lupa memakai bedak tabur bayi agar tidak terlalu pucat. Anin sedang bingung harus pakai jaket apa hari ini, karna kota Bandung cuacanya cukup dingin dipagi hari. Matanya terhenti ketika melihat jaket Satya yang sudah menjadi miliknya, tanpa pikir panjang Anin mengambil dan memakainya.

Ia turun ketika waktu sudah menunjukan jam setengah tujuh pagi. Tidak ada senyum, tidak ada sapa. Ia langsung mendudukan bokongnya, menunggu makanan siap disajikan.

"kamu minggu depan ujian kan Nin?" tanya Amira yang sedang mengaduk nasi goreng.

Anin mengganguk "iya"

"gimana persiapan ujiannya? Sudah belajar kan?"

"sudah bun" ucapnya. Ya memang Anin sudah belajar sejak jauh-jauh hari.

Amira membalikan badannya, menatap Anin yang sedang duduk sambil menunduk. Wajahnya ditekuk sempurna. Entah apa yang terjadi pada anak gadisnya itu.

"kamu sakit atau lagi ngambek?"

"ngambek bun sama kakak" Dito yang baru saja datang langsung menyambar. Seperti biasa habis lari pagi, makanya tubuhnya berkeringat seperti itu. Mengambil tempat duduk tepat disamping Anin.

Anin menatap malas Dito, tentu saja dia kesal dengan Dito. Karna Semalam Dito tidak jadi membelikannya martabak. Padahal Dito tau kalau Anin paling tidak suka dengan orang yang ingkar janji.

"kenapa? Kakak ganggu kamu ya?" tebak Amira.

"semalem nitip martabak, tapi kakak lupa"

Amira terkekeh mendengarnya, hanya karna martabak. "yasudah nanti malem kita beli ya" ucapnya seraya mengelus pucuk kepala Anin.

"ya sama aja kakak udah ingkar janji" ucap Anin ketus.

"kamu dengerin dulu penjelasan kakak kenapa bisa lupa"

Amira hanya memperhatikan kedua anaknya.

"mau denger gak?"

Anin tetap diam, mulutnya sibuk mengunyah nasi goreng terenak buatan bundanya itu.

"kakak semalem serempet orang" ucap Dito.

Baik Anin dan Amira langsung menatap Dito, sedikit tidak pecaya dengan apa yang barusan Dito katakan.

"kakak serius?" tanya Amira memastikan.

Dito mengangguk "iya, untungnya cuma keseleo. Tapi udah kakak bawa kerumah sakit kok"

"boong ya?" Anin menatap Dito dalam, mencari titik kebohongan dari wajah Dito. Walaupun hasilnya nihil, Anin tidak melihat kebohongan disana.

Dito tertawa melihat ekspresi Anin, "serius, kakak ngelamun jadi gak sengaja diserempet"

"terus dia gak minta tanggung jawab lainnya?"

Dito menggeleng "Nanti tiga hari Dito bakal Anter dia untuk kontrol lagi" ucapnya seraya tersenyum.

Anin memicingkan matanya, ada yang aneh dengan ekspresi dan sikap Dito.
Kenapa nabrak orang malah seneng si?

"kenapa senyum-senyum? Kakak bohong ya?" Anin masih mencari kebenaran.

"orangnya cantik banget de"

Anin memekik kaget. "jadi perempuan?" tanyanya sedikit berteriak. "duh kasian" lanjutnya.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang