Akhirnya Satya harus mengajak Anin kembali keacara itu, apalagi kalau bukan karna ancaman Adinda. Satya tahu galaknya Adinda, karna belakangan ini ia sering kena omel karna membuat Anin nangis. Kadang yang lebih parah lagi Adinda sempat mengancam akan meninju Satya. Dan info yang baru Satya tahu kalau Adinda itu jago bela diri, membuat dia bergidik ngeri.
"Ayo balik keacara" ajak Satya.
Padahal Anin suka disini, sejuk dan tentunya berdua dengan Satya. Anin hanya mengangguk, tak lama ia merasakan hangat pada tangan, Lagi-lagi Satya menggenggam erat tangannya.
Anin menuruni tanggan dengan hati-hati dibantu Satya. Lalu berjalan menuju lorong yang gelap.
"Nin liat dipojokan ada apa?" tanya Satya mengageti. Membuat Anin reflek memeluk erat lengan Satya.
"Satya jangan bercanda" ucap Anin yang sekarang memejamkan matanya.
"Nin dia mendekat" ucap Satya berbisik ditelinga Anin,membuat bulu kuduk Anin berdiri.
Anin benci sekali berada disituasi seperti ini, gelap dan sepi membuat pikirannya parno dengan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti mahluk halus contohnya. Padahal Amira sudah berapa kali mengatakan kalau tidak akan ada, tetap saja yang namanya ketakutan tidak bisa dihilangi.
"Satya" ucap Anin, ia makin mengeratkan dirinya pada Satya. Kalau bisa lari, ia akan lari sekarang juga. Sayangnya tidak bisa karna ia lemas sekarang.
"enggak ada kok, bercanda gue" ucapnya menenangkan.
Anin memberanikan diri membuka mata,namun tangannya langsung menonjok pipi Satya. Karna apa? Karna Satya menakutinya dengan menerangi wajahnya pakai flash diponselnya. Benar-benar menyeramkan.
"yatuhan sakit" ucap Satya seraya memegangi pipinya sendiri.
Anin gelagapan, dan reflek mengelus pipi Satya. "sorry, gue pikir hantu beneran" ucapnya.
"Anin itu apa?" ucap Satya seraya menunjuk kesembarang arah, dengan reflek Anin mengikuti arah yang ditunjuk Satya. Namun Satya tiba-tiba lari meninggalkan Anin.
Dengan kaki yang lemas, Anin berusaha mengejar Satya. "Satya tunggu" teriak Anin. Akhirnya mereka lari-larian dilorong sekolah yang sepi ini. Mungkin kalau dihari sekolah, mereka akan dilihati dengan puluhan pasang mata. Namun beda dengan saat ini. Sepi dan tidak ada yang melihat.
Anin berlari sekencang mungkin, mengejar Satya yang sudah berlari jauh kedepan. Dalam hati ia berdoa apapun itu asalkan yang dibilang Satya tadi tidak mengejar Anin sekarang.
Seseorang menarik tangannya tiba-tiba, membuat Anin memekik kaget. Lihatlah Anin sekarang, meringis ketakutan sampai gemetar semua tangan dan kakinya. Mukanya pucat dan keringat yang sudah membanjiri wajahnya.
Bunda tolong, ucapnya dalam hati.
Orang itu tertawa terbahak sontak membuat Anin yang sedang ketakutan didepannya membuka mata. Melihat Satya yang sedang menertawakan dirinya.
"ish nyebelin" ucap Anin seraya mencubit pinggang Satya sekencang mungkin.
"awhh sakit" ucap Satya mengaduh kesakitan. Bukannya melepaskan cubitan Anin justru semakin kencang mencubitnya.
"iyaiya ampun" ucap Satya, ia berusaha melepaskan cubitan Anin.
"gue ketakutan sumpah" ucap Anin terengah-engah. "nanti kalo beneran ada gimana?"
Satya mengedikkan bahunya acuh. Benar-benar menyebalkan dimata Anin.
Mereka berdiri tak jauh dari lapangan, acara musiknya masih berlangsung dan sepertinya semakin seru. Anin berjalan meninggalkan Satya, kakinya dihentak-hentakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...