Satya

385 33 4
                                    

Satya melangkahkan kakinya, kali ini sengaja melewati koridor yang akan membawanya sampai keperpustakaan. Ia sengaja memutar haluannya agar tidak ketahuan guru piket. Belajar dari pengalaman sebelumnya karna waktu itu pernah ketahuan bolos pelajaran dan berakhir dengan hukuman. Bukan karna takut dihukum, tapi Satya hanya malas kalau ia dihukum dilapangan sekolah ia akan menjadi pusat perhatian satu sekolah, Satya sudah malas dengan itu.

Tidak terasa sebulan lagi akan diadakan ujian semester ganjil dan artinya semakin cepat ia akan meninggalkan sekolah ini dan melanjutkan pendidikan di Negara orang.

Jujur, dulu ia akan ingin cepat lulus dari sekolah ini. Apalagi semenjak kedatangan Nabila. Ia makin malas untuk sekolah dan satu kelas dengannya. Makanya ia memilih untuk bolos pelajaran dari pada tidak fokus belajar. Tidak ada salahnya memang dengan kedatangan Nabila sebagai murid baru, toh juga semua orang berhak sekolah disini. Namun perasaan masih belum sembuh diobati waktu itu, yang ia takutkan hanya satu, termakan omongan Nabila dan mengikuti alur permainnya. Tidak salah kan Satya bersikap cuek kepada Nabila saat ini.

Namun setelah ada Anin, ia malah tidak mau lulus. Masih mau lama disini, yang penting bisa lihat Anin dari dekat. Bagi Satya, kehadiran Anin bukan hanya sebagai Penyemangatnya disekolah tetapi juga sebagai obat yang menyembuhkan hatinya yang terluka. 

Banyak perubahan yang Satya alami. Semenjak ada Anin, Satya sudah tidak lagi menjadi Siswa yang selalu telat masuk sekolah, ia sudah mulai berinteraksi dengan orang lain, bukan lagi hanya dengan Adam dan Dinar saja. Walaupun sikap Satya yang cuek dan dingin masih sangat melekat dihati para siswi disini.

"Satya" Satya menghentikan langkahnya sesaat setelah seseorang memanggil namanya. Satya membalikan badannya dan mendapati Nabila yang sedang melangkah menuju dirinya.

Satya segera melangkahkan kakinya, berniat pergi, namun langkahnya terhenti ketika Nabila berhasil meraih tangannya.

Satya segera menepis genggaman tangan Nabila, ia kembali membalikan badan.

Tatapannya tajam dan tak bersahabat ketika berhadapan dengan Nabila bahkan Satya memberi jarak antara dirinya dan Nabila.

Nabila tampak ragu untuk berbicara, tapi ia memberanikan diri juga untuk berbicara. "Nanti anterin gue kebutik ya Sat" ucap Nabila.

"lo pikir gue supir lo?" sentak Satya.

"bukan... Bukan, ada baju yang harus lo coba buat acara ulang tahun gue" ucap Nabila.

Satya menautkan alisnya. Baju?
"gue gak pesen baju"

"tante Susan yang minta, jadi nanti dress gue senada sama baju lo" ucap Nabila. Tentu saja ia senang bisa mengenakan baju yang senada dengan Satya. Itu bisa dijadikan penanda kalau Satya pasagannya diacara ulang tahunnya.

Satya mengerti sekarang, pasti ini kemauan Nabila. Mana mungkin mamanya membuatkan baju tanpa memberitahu Satya terlebih dahulu. Toh sekarang mamahnya sudah mengerti kalau Satya itu tidak suka Nabila.

"gak" ucap Satya.

"anterin"

"gak"

"sekali ini aja" ucap Nabila, ia mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V "janji"

Satya bungkam.

"lo kan tau gue disini sendiri, mami papi sibuk kerja" ucap Nabila "masa sama temen gak mau bantu" lanjutnya.

"gue gak bisa ada janji"

"sama Anin?" tanya Nabila, Satya diam tidak menjawab namun dari tatapannya terlihat tidak suka ketika Nabila mengucapkan nama Anin dari mulutnya, mengingat bagaimana jahatnya Nabila kepada Anin.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang