Hari senin dan Anin harus bangun pagi sekali agar tidak terlambat kesekolah. Upacara sekolah dimulai pukul 06.45 dan tidak ada ampun bagi siapapun yang terlambat dihari ini. Mereka yang terlambat biasanya akan 'dipajang' didepan lapangan. Berdiri berdampingan dengan pembina upacara. Dibuat malu satu sekolah, seperti itu lah pokoknya. Untunglah Anin tidak pernah merasakan itu semua.
Anin menyiapkan sarapannya sendiri, Amira tidak pulang semalam karna masih ada pekerjaan yang harus diurusnya.
"pagi" sapa Dito ketika sampai didapur.
Anin memicingkan matanya, melihati Dito dari atas sampai bawah "abang abis lari pagi?" tanyanya.
Dito mengelap wajahnya dengan sapu tangan, keringat bercucuran membasahi tubuhnya. "iya, abang di godain ibu-ibu komplek tadi" keluhnya.
Anin terkekeh kecil, sudah tau jadi incaran ibu komplek dan Dito malah memberanikan diri untuk pergi sendirian. Walaupun sebenarnya tidak ada apa-apa, tidak semenyeramkan yang bisa dibayangkan. Dito hanya ditawari ibu-ibu untuk jadi menantunya dan dibilang memiliki wajah yang tampan.
"kenapa belum berangkat?" tanya Dito. "itu ojek nya udah didepan dari tadi" lanjutnya.
Ojek? Perasaan Anin tidak pesan ojek tadi pagi. Padahal hari ini Anin berniat untuk naik bus saja kesekolah.
"abang yang pesenin?" tanya Anin sedikit berteriak.
Dito yang sedang berjalan menuju kamarnya hanya mengedikkan bahunya. "liat sendiri aja" ucapnya.
"apasi gaje deh" Gumam Anin tidak jelas.
Sekarang Anin malah penasaran 'ojek' yang dimaksud Dito tadi. Kalaupun benar ojek Anin pastikan kalau ia salah alamat karna Anin memang tidak pesan.
Anin segera meneguk susu yang ia buat tadi. Memakai sepatu secepat kilat. Di raihnya tas sekolah. Ia berjalan menuju pintu utama.
Anin terlonjak kaget mendapati Satya yang sudah bertengger diatas motornya. Mata terpejam menikmati alunan musik yang masuk lewat earphonenya, dan tidak sadar dengan kedatangan Anin.
Jadi 'ojek' yang dimaksud Dito tadi adalah Satya, terus kenapa Dito tidak suruh Satya masuk saja tadi? Entahlah.
Anin melepaskan salah satu earphone yang menyumpal telinga Satya, membuat Satya menoleh. Lalu tersenyum hangat kearah Anin.
"kenapa gak telfon dulu?" tanya Anin.
"kalo ditelfon jawabannya pasti gamau dijemput" ucap Satya seperti bisa membaca pikiran Anin.
"tau aja" gumam Anin.
"ayo berangkat, nanti telat"
Anin segera menaiki motor Satya, tidak mungkin juga Anin menolak ajakan Satya ini, Satya sudah didepan rumahnya. Walaupun sebenarnya tidak ada masalah apapun tapi tetap saja Anin merasa tidak enak kalau diantar Satya. Apalagi nantinya akan beredar gosip yang enggak-enggak. Anin paling malas soal ini, menanggapinya sama saja buang waktu. Didiami semuanya makin menjadi besar. Jadi rasanya Anin serba salah.
"nanti disekolah santai aja" ucap Satya.
Santai? Maksudnya apa? Gumam Anin dalam hati.
"mulai sekarang lo gausah mikirin perasaan orang lain Nin" Anin hanya diam tidak menjawab, toh kata-kata Satya yang seperti ini sudah sering ia dengar. Anin bukannya terlalu memikirkan perasaan orang, tapi Anin hanya menjaga perasaan orang. Setidaknya ia tidak jadi orang jahat yang suka menyakiti orang dengan kata-kata.
Motor terus melaju dan Satya terus mengoceh sepanjang jalan.
Tidak memerlukan waktu yang lama untuk sampai disekolah. Anin sampai 5 menit sebelum bel masuk. Gerbang sekolah terbuka lebar untuk memudahkan motor dan mobil masuk perkarangan sekolah. Area sekolah juga sudah dipenuhi oleh para siswa dan siswi yang siap untuk upacara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...