Katanya rindu terobati kalau sosok yang kita rindukan hadir didepan kita? Benar begitu? Katanya walaupun sering bertukar kabar lewat pesan dan bercengkerama lewat videocall ataupun pesan suara, Rindu tetap akan terobati kalo bertemu langsung dan berbicara langsung? Benar begitu?
Ah meningatnya saja buat Anin melengkungkan senyumnya kebawah. Sejak malam minggu yang terbilang suram itu Anin jadi uring-uringan. Disekolah lebih banyak diam, kekantin kalau niat, kalau tidak yaa suka di belikan roti oleh Derry. Anak itu jadi rajin chat Anin setiap jam istirahat sekadar nanya "udah makan belum? Kok gak keliatan di Kantin?". Padahal Kantin untuk kelas XII dan kelas XI berbeda, pasti Derry sengaja mutar kantin kelas XII demi melihat Anin.
Siang ini Anin sedang berdiri di dekat mading menunggu Adinda yang masih berada dikelasnya. Siang ini mereka janjian untuk kekantin bareng.
"lamun terussssss" cibir Adinda 5 langkah didepan Anin. Anin memutar bola matanya malas.
"yuk deh kakantin gue laper banget" ucap Adinda seraya mengelus perutnya. "sumpah pelajaran fisika siang ini menguras otak dan juga isi perut gue" disamping Anin Adinda nyerocos soal pelajaran Fisika yang menurutnya susah itu.
Kantin sudah penuh dengan puluhan siswa yang kelaparan, meja-meja juga sudah penuh. Anin menatap Adinda melas.
"bungkus aja deh yuk, makan dikelas. Ga ada bangku" ucapnya lemas seperti orang sakit.
"makan di bangku lapangan aja mau gak?" seru Adinda yang di balas anggukan oleh Anin.
Tidak butuh waktu lama, Anin dan Adinda sudah dapat pesanannya. Tangan kanan memegang dimsum, tangan kiri memang es teh. Kalau kata Adinda "tidak ada yang menandingi dimsum pak Amin"
Anin makan tanpa minat, matanya menatap lurus kedepan dimana banyak siswa yang memanfaatkan waktu istirahat untuk bermain bola. Termasuk sosok Derry yang sibuk berlari-lari dilapangan sambil menggiring bola.
"Nin"
Panggilan Adinda sontak membuat Anin menoleh. Alisnya terangkat seakan berkata 'kenapa'. Lalu detik berikutnya tatapannya kembali pada lapangan.
"udah dong sedihnya, kan minggu depan mau ketemu Satya" ucap Adinda.
"Din seharusnya hari ini gue ketemu Satya. Iya kan?" tanyanya.
Adinda mengangguk.
Ah meningatnya membuat Anin kesal, tapi tetap saja bagaimanapun tidak bisa dipaksakan.
"besok kelas tutor libur, lo mau jalan sama gue gak? Kemana aja deh gue temenin" ajak Adinda. Biarkan deh dia tidak malam mingguan bersama Dinar yang penting Anin bisa ketawa lagi. Gak diam-diam saja macam manusia tidak minat untuk hidup.
Sedetik kemudian Anin menoleh, matanya berbinar seperti dapet undian. "bener ya? Mau jalan-jalan ke alun-alun, mau makan batagor yang biasa"
"iya iya nyonya, gue temenin pasti" ucap Adinda.
"gue boleh ikutan?"
Tunggu...
Anin dan Adinda berbarengan menoleh kearah sumber suara. Dari arah samping Derry duduk sambil mengelap sisa keringatnya.
Lalu dia senyum kearah Anin dan Adinda. "boleh gak kak?" tanyanya lagi.
"gak" balas Adinda ketus. Ngapain juga si nih anak ikut-ikutan, cibir Adinda dalam hati.
"dasar kakak galak" cibir Derry. Lalu matanya menatap Anin "boleh kan kak Anin?" tanyanya memelas.
Ah kenapa juga harus memasang wajah seperti itu Derry? Anin bukannya tidak mau, tapi momentnya memang tidak pas. Apalagi Derry memintanya didepan Adinda.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Jugendliteratur[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...