Anin semalaman mengompres matanya yang sembab akibat menangis. Padahal kemarin sore ia sudah tidak nangis ketika bersama Bima, namun melihat kedatangan Satya dirumahnya, ia kembali menangis dikamar. Anin sudah berusaha untuk tidak menangis, namun nyatanya usahanya selalu gagal, bayangan kejadian tadi dilapangan basket selalu saja berputar ketika Anin mengingat Satya. Amira dari semalam sudah berusaha mengajak Anin berbicara, namun Anin tidak membukakan pintu untuknya.
Pagi ini ada yang berbeda dari yang ia kenakan. Biasanya ia akan memakai seragam batiknya, namun pagi ini ia memakai celana training dan baju putih bertuliskan "tim medis" pada sisi kanan bagian dada. Ia sudah siap menjalankan tugasnya sebagai anggota PMR, ia memegang perutnya, merasakan keroncongan. Mengingat kalau ia belum makan nasi sama sekali seharian kemarin, ia hanya memakan mie ayam bersama Bima, itupun tidak ia habiskan.
Melihat kembali penampilannya pada cermin, rambutnya sengaja ia kuncir agar tidak ribet. Dan memudahkan ketika memakai topi nanti. "apa gabisa ilang ini sembabnya" ia berbicara sendiri pada bayangan dirinya. Tak mau ambil pusing, Anin segera melangkahkan kakinya keluar kamar, menuju meja makan untuk sarapan. Biarlah jika orang lain menyadari kalau matanya sembab, ia akan bilang kalau ini efek dari bergadang semalaman karna baca novel, selesai.
"pagi Bun..... Da" suara tercekat ketika ingin menyapa Amira. Bukan karna tidak ada Amira disana, namun melihat Satya yang sudah duduk dibangku meja makan bersama Amira.
Satya tersenyum mendapati kedatangan Anin, namun Anin malah melengos begitu saja mengabaikan kedatangan Satya.
"yuk sarapan" ucap Amira setelah menyendokan nasi goreng buatannya kepada Anin. Lalu ia lakukan hal yang sama pada piring Satya.
"makasi tante" ucap Satya sopan. Sesekali Satya melirik Anin yang sibuk dengan sarapannya tanpa melirik Satya balik.
Setelah selesai, Anin langsung pamit pada Amira, dan Satya juga ikutan pamit. "tante titip Anin sama kamu ya Sat" ucap Amira pada Satya. Rasanya disini Anin ingin sekali menjawab 'tidak perlu karna Anin sudah besar' namun mengingat itu tidak sopan, jadi Anin memilih diam saja sekarang. Lanjut berjalan membiarkan Amira berbicara pada Satya.
"buru-buru banget" ucap Satya dibelakang Anin. Enggan untuk membalikan badannya, Anin hanya diam mematung.
"kalo lama mending gue naik bus aja" ucapnya ketus.
Satya melangkah, berdiri disamping Anin. Satya langsung melalukan posisi hormat pada Anin "siap, ayo kita berangkat sekarang" ucapnya.
Jujur Anin ingin sekali tertawa melihat tingkah Satya seperti itu, apalagi mendengar suaranya yang pura-pura menjadi tegas layaknya seorang pemimpin upacara yang sedang melapor ke pembina ketika upacara siap dimulai. Tidak ingin terlihat oleh Satya, Anin mengalihkan pandangannya kearah lain.
Boleh gak si Anin nolak saja tawaran Satya ini? Anin sebenarnya tidak ingin pergi sekolah bersama Satya, apalagi sekarang ini posisi dirinya sedang marah kepada Satya. Kalau bukan karna Bundanya, mungkin Anin menolak untuk kesekolah bersama Satya.
"mau jadi patung aja disitu?" tanya Satya disertai seringaian.
Tanpa menjawab Anin langsung saja naik kemotor Satya, menduduki bangku dibelakang Satya. Tanpa pegangan kejaket Satya.
Satya sengaja memelankan motornya agar bisa lebih lama bersama Anin. Sekarang ia sedang melihat Anin lewat spion motornya, Anin yang sedang memperhatikan jalanan. Suasana tiba-tiba saja menjadi canggung karena kejadian kemarin. Sebenarnya Satya ingin sekali menanyakan soal diboncengnya Anin kemarin, namun ia ragu. Takut kalau Anin malah semakin marah nantinya.
"turunin gue dihalte aja Sat" ucap Anin tiba-tiba. Jika waktu itu Satya langsung memberhentikan motornya dihalte tanpa menuruni Anin, kali ini justru Satya malah menggas motornya, melaju lebih kencang dari yang tadi,melewati halte yang seharusnya tempat Anin menunggu bus. Menyelak beberapa mobil sampai diklason-in. Tanpa Sadar Anin memeluk Satya karna takut jatuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
أدب المراهقين[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...