Anin mengedarkan pandangannya sesaat pijakan kakinya tepat didepan gerbang sekolah. Ada yang berbeda dari biasanya, spanduk berukuran besar menyambut kedatangan para siswa dan siswi. Anin mengembuskan napasnya perlahan mengingat kalau hari ini akan menjadi hari paling bersejarah untuk kelas dua belas. Hari dimana pengumuman kelulusan dari serangkaian ujian beberapa bulan belakangan dan penanda semakin dekatnya hari dimana ia dan Satya akan berpisah.
Kemarin, dirumah Satya
Dari arah dapur Anin bisa melihat kalau Satya sangat menikmati acara perpisahan malam ini. Beberapa temannya datang, terutama kelas akselerasi. Ada juga teman eskul basket dan beberapa adik kelas yang ia undangan juga. Terlihat juga ada Nando,Andi dan Riski sedang makan dimeja dekat kolam berenang.
"lho kamu kok malah disini, udah kamu kesana temani Satya. Biar tante yang urus ini" sebuah suara membuat Anin mengalihkan pandangannya.
Ia tersenyum kikuk melihat Susan berada didepannya. "gapapa tante, aku masih mau bantu-bantu"
Susan tersenyum memaklumi, toh juga ia senang bisa dibantu oleh Anin.
Anin segera membawa beberapa macam kue dan minuman yang sudah disiapkan secara bergantin.
Langkahnya terhenti ketika Satya tiba-tiba berdiri didepan pintu yang mengarah ketaman belakang
"biar mba aja yang bawa-bawa, kamu duduk disini bareng aku" ucapnya seraya menahan tangan Anin,membawa nampan berisi minum ketangannya.
"gapapa, ini kan acara kamu. Yang harus ada disana itu kamu. Aku lagi bantu mama" ucapnya seraya mengambil kembali nampan tadi, namun belum sempat terambil Satya sudah membawanya. Berjalan meninggalkan Anin dibelakang.
Satya kembali hanyut dalam acara,menyapa beberapa teman yang baru berdatangan. Ada Nabila juga disana, mereka sama-sama hanyut dalam suasana. Tidak terlihat Permusuhan diantara keduanya, Anin bisa melihat itu dari ruang keluarga yang mengarah langsung ke taman. Ditemani Susan sambil melihat album foto keluarga Satya.
"ini foto waktu Satya masih bayi, dari bayi semua teman tante pasti bilang kalau dia bayi bule" ucap Susan seraya menunjukan foto Satya waktu bayi, Anin terkekeh melihatnya. Bayi menggemaskan dalam foto itu ternyata adalah Satya, sosok yang ia kenal dingin dan cuek.
"ini-ini lihat, ini foto waktu dia umur dua tahun. Ini kalo gak salah waktu pertama kali kita sekeluarga pindah ke Belanda"
Degh
Anin merasakan sesuatu ketika mendengar ucapan Susan barusan.
"jadi tante pernah tinggal di Belanda?" tanya Anin memastikan.
Susan mengangguk antusias "tapi gak lama, dan tante memutuskan untuk pindah ke Bandung sini" ucapnya.
Apakah Anin harus mempercayai ini semua? Atau menyangkalnya? Walaupun belum terungkap jelas tapi Anin sangat yakin kalau Satya dan Bintang itu orang yang sama. Dari awal mereka bertemupun Anin sudah merasakan ada hal yang sama dari keduanya.
Lalu Susan membuka kembali lembaran album foto itu. Tangannya terhenti pada satu foto. "kamu lihat? Perempuan difoto ini special buat Satya, Satya bilang itu bidadari. Tante ambil foto ini waktu Satya dan dia main ditaman dekat rumah—" suara Susan tertahan, sekarang Anin hanya ingin mendengar ucapan Susan berikutnya.
"kamu mengingatkan Satya sama sosok dia, kata Satya kamu mirip terutama ketika Satya tahu kalau nama kalian sama—Anindya"
Tenggorokan Anin terasa tercekik, oksigen diruangan tiba-tiba menyusut membuatnya terasa pengap. Tiba-tiba momen itu terlintas dalam benaknya. itu dirinya, perempuan kecil dengan rambut sebahu. Memakai sweter biru dan sosok bocah laki-laki yang memakai sweater hitam. Hari dimana ia selalu main bersama Satya setelah jam pulang sekolah ditaman tak jauh dari rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...