Satya

480 32 3
                                    

Anin harus merelakan hari minggunya diganggu oleh Dito, jam tidurnya terpotong karna sepagi ini Dito sudah membangunkannya. Biasanya Anin akan tidur sampai siang pada hari minggu, bermalas-malasan sampai tidak mandi seharian. Ditopun sebenarnya tau rutinitas Anin di hari minggu. Tapi pagi ini Dito memaksa Anin untuk menemaninya lari pagi.

"ayo bangun" ucap Dito seraya menarik tangan Anin.

"males kak" Anin berucap dibalik selimut.

"gak ada males-malesan" ucap Dito seraya menurunkan selimut Anin.

"iya iya aku bangun" ucap Anin, akhirnya mau tidak mau Anin harus bangun, padahal ia malas sekali harus lari pagi.

"yaudah tunggu didepan, aku mau ganti baju" ucap Anin seraya merubah posisinya menjadi duduk.

Matanya masih terpejam sempurna, kadang ia menguap saking ngantuknya. Lalu sekiranya nyawanya sudah terkumpul ia berjalan menuju kamar mandi, didalam kamar mandi bukannya membasuh wajah dan gosok gigi, Anin justru terduduk di toilet sambil memejamkan matanya.

Dito melirik jam tangannya, masih pukul setengah 7 pagi, dan Anin sudah hampir 10 menit belum juga keluar kamar. Dito melangkahkan kakinya, hendak memanggil Anin agar lebih cepat. Namun Anin sudah terlihat, sedang berjalan malas-malasan, ia memakai celana olahraga hitam dan sweater tipis.

"ayo" ucap Dito.

"males pake sepatu, pake sendal aja ya" ucap Anin, ia menguap kembali.

Dito mendudukan Anin dibangku, lalu ia berjongkok didepan Anin. Memakaikan Anin kaos kaki dan sepatu yang sudah disiapkan tadi oleh Amira sebelum pergi. Amira pergi ke butik pagi-pagi sekali untuk bertemu klien barunya dan Dito meminta izin untuk pergi lari pagi bersama Anin.

Anin yang terlonjak kaget mendapati perlakuan Dito itu langsung membuka matanya lebar-lebar. "kak, gausah" ucapnya seraya menyingkirkan tangan Dito.

"udah gapapa" ucap Dito, masih memakaikan Anin sepatu, siapapun yang mempunyai pacar seperti Dito sudah dapat Anin pastikan pasti bahagia. Dito bukan cuma mempunyai sikap manis, tapi ia juga selalu bersikap dewasa dalam segala hal.

"makasi kak" ucap Anin malu-malu setelah Dito selesai memakaikannya sepatu.

Dito hanya tersenyum lalu mengelus pucuk kepala Anin. Ia disini hanya ingin melihat Anin bahagia, melihat senyum Anin kembali. Dan Dito yakin setelah ini senyum Anin pasti akan kembali lagi, sebab Satya sudah menjanjikan itu.

Anin dan Dito mulai berlari pagi, melewati jalanan komplek yang lumayan ramai. Diisi ibu-ibu yang sedang menyuapi anaknya, atau ibu-ibu yang sedang menjemur bayinya. Ada juga ibu-ibu yang sedang mengobrol. Anin tersenyum pada sekelompok ibu-ibu itu, walaupun tidak mengenal tapi Anin tidak melupakan sopan santun.

Anin bertemu tukang sayur langganan Amira. Sepasang suami istri yang sibuk menjajarkan dagangannya. Anin menghentikan langkahnya, menyapa tukang sayur itu "pagi teh" Sapanya seraya tersenyum.

Tukang sayur yang ia panggil teteh itu membalas senyum Anin "neng Anin, atuh itu pacarnya dikenalin ke teteh"ucapnya.

Anin menoleh menatap Dito, lalu sedikit terkekeh "ini kakak saya Teh, namanya Andito" ucap Anin. Lalu Dito tersenyum kepada tukang sayur itu. Ibu-ibu yang sedang belanja juga ikut senyum kepada Dito.

"atuh kakaknya kasep pisan" ucap teteh.

"udah punya jodoh belum, anak saya Dokter gigi" ucap ibu-ibu yang memakai kerudung cokelat. Dito hanya tersenyum mendapati itu semua.

"sama anak saya aja, manager perusahaan" sambar ibu satunya lagi.

"udah atuh ibu-ibu, kenapa jadi main jodoh-jodohan" tungkas teteh.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang