Satya

425 38 2
                                    

Sepanjang jalan menuju rumah Anin,  mereka berdua tertawa ketika saling bertukar cerita. Mereka saling mengaitkan tangannya satu sama lain, saling menggenggam erat seakan tidak ingin terlepaskan, Dibawah langit malam dan udara kota Bandung yang sejuk. Sesekali Satya menyeka anakan rambut Anin, mengelus sayang pucuk kepala Anin. Tentunya Satya senang bisa bersama Anin. Aninnya kembali dan Satya tidak akan biarkan Anin pergi darinya—lagi.

Namun ketawa itu lenyap ketika mereka baru saja melangkahkan kakinya masuk ke halaman rumah Anin. Anin dan Satya hanya bisa menunduk diam ditempatnya berdiri sekarang, bahkan genggaman tangan itu terlepas begitu saja. Perasaannya bercampur menjadi satu. Mereka senang tapi ada perasaan takut juga ketika melihat semua orang didepannya ini menatap mereka berdua dengan tatapan mengintimidasi. Padahal Anin dan Satya tidak melakukan apa-apa. Bahkan mereka berdua tidak tahu letak salahnya dimana sampai semua orang didepan mereka melihatinya seperti itu.

Adinda berdiri paling depan, berkacak pinggang dengan tatapan tidak bersahabat. Dia yang paling panik diantara semua orang disini. Bahkan Adinda sedari tadi berniat meninju Satya kalau benar Anin menghilang.

Sherina juga sama dengan Adinda, namun bedanya ia masih terlihat bersahabat melihati kedatangan Anin dan Satya. Sherina tampak lega melihat keduanya sudah ada didepan mata.

Adam dan Dinar hanya bisa bersedekap tangan sambil Geleng-geleng kepala, mereka masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat sekarang. Bahkan rencana yang awalnya mereka susun berdua hancur dan kehilangan Anin diacara tadi.

Sedangkan Dito sedari tadi sibuk menelfon Anin, mencemaskan Adiknya yang tiba-tiba pergi dari acara dan tidak dapat ditemukan oleh teman-temannya. Dito benar-benar tidak akan memaafkan dirinya kalau benar Anin hilang dan terjadi apa-apa dengan adiknya itu.

Tapi sekarang didepan mereka, Anin dan Satya datang dengan ketawa ketiwinya tanpa beban. Dan diam ketika melihat mereka berdiri didepan rumah Anin dengan tatapan cemas semua. Bayangkan saja orang yang sejak tadi dicari lalu muncul sambil ketawa. Bikin kesal sekaligus bikin perasaan lega karna akhirnya tidak terjadi apa-apa.

Satya menengadah menatap mereka semua.  "gue bisa jelasin semu..... " ucap Satya.

"dari mana aja lo berdua?" sambar Adinda.

Anin ikut menengadah, menatap Adinda. Lalu ia berjalan ragu-ragu diikuti Satya dibelakangnya "jelasin didalem ya Din, gue cape" ucapnya lemah seraya menarik tangan Adinda.

Akhirnya mereka semua duduk diruang tamu, suasana canggung sebelumnya. Sampai akhirnya Adinda membuka suara "baju lo lusuh, riasan rusak, rambut berantakan. Lo sebenernya dari mana?" ucap Adinda menggebu-gebu.

Anin yang ada disampingnya mencoba menenangkan, ia tahu kalau Adinda menjadi seperti ini karna mengkhawatirkannya. "gue tadi lari aja asal-asalan, terus tiba-tiba Satya dateng" ucap Anin.

"lo juga kenapa gak ngabarin kita semua kalo ketemu Anin?" ucap Sherina seraya menatap tajam Satya.

Sumpah baru kali ini Satya merasa takut pada perempuan kalau lagi marah, wajahnya seketika berubah menyeramkan. "gue lupa" ucapnya enteng.

"gampang banget lupaan" sambar Adam.

"kita semua khawatir sama Anin karna tiba-tiba pergi dari acara, disepanjang jalan gak ada" ucap Dinar.

"gue minta maaf" ucap Anin dan Satya berbarengan, lalu keduanya saling tatap dan tersipu malu karna bisa berbicara berbarengan. Disaat seperti ini bahkan mereka masih bisa seperti itu.

"gue masuk kamar dulu dan kalian bisa selesaiin masalah sendiri" ucap Dito seraya beranjak dari duduknya, Anin menatap kepergian Dito yang sepertinya marah kepadanya.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang