Anin

384 40 1
                                    

Anin sedang duduk sendirian di kantin yang ramai, bukan tanpa alasan mengapa sepagi ini ia sudah diam duduk dengan tenang dikantin, padahal ia paling malas dikantin karna salah satu alasan. Apalagi suasana pagi ini cukup ramai karna jam kosong. Pagi tadi,setelah subuhan ia sudah siap pakai seragam dan langsung pergi kebandara bersama Amira untuk mengantar Dito.  Jadilah ia tidak sempat sarapan dirumah.

"ngelamun terus pagi-pagi" ucap Adinda yang baru saja datang dan langsung mengambil tempat duduk tepat didepan Anin.

Anin menengadah, menatap Adinda dengan malas-malasan. "lama banget si datengnya, gue sendirian kan disini"

"mohon maap tadi ke supermarket dulu anter mami"

"hmm" Anin hanya bergumam, mulutnya sibuk mengunyah roti bakar.

"kenapa muka lo sedih banget gitu si?" tanya Adinda keheranan, bagaimana tidak sepagi ini ia sudah melihat wajah Anin yang seperti itu.

"bang Dito balik ke Belanda, gue sendirian lagi deh dirumah"

"bukannya liburan semester ini lo mau kesana?"

Anin mengangguk, itu rencana yang sudah disusun jauh-jauh hari tidak akan mungkin ia melupakannya.

"liburan kan masih dua minggu lagi, tetap aja gue dirumah sendirian"

Tiba-tiba Adinda tersenyum cemerlang "yaudah sebelum ke Belanda gimana kita liburan dulu"

"ide lo sangat bagus, tapi kayanya gak bisa. Lo tau kan Bima kemarin bilang apa?"

"rapat persiapan mos"

Anin mengangguk, memang dari kemarin Bima sudah mewanti-wanti Anin untuk datang ke rapat pertama mereka. Sebagai wakil ketua osis Anin sudah mengiyakan untuk hadir dirapat tersebut. Toh juga sudah menjadi tanggung jawabnya untuk melaksanakan tugas tersebut.

"Satya belum kesini?"

Anin menggeleng, tidak menjawab karna mulutnya masih sibuk menghabiskan roti bakar.

"lo lagi gak marahankan sama dia?"

Anin menggeleng lagi, memang tidak marahan. Hanya saja mereka sengaja untuk tidak ketemu seminggu kemarin.

"ish jawab pake ucapan kek, kesel deh gue lama-lama"

"gue gatau Satya dimana, mungkin masih dikelas. Gue juga gak marahan sama Satya. Kita emang sengaja buat gak kete—" ucapannya terpotong ketika mendengar suara seseorang yang memanggil namanya.

Anin menoleh kearah samping dan mendapati Nabila yang berdiri tepat didepan arah pandangannya.

Anin kikuk, masalahnya ia bingung kenapa Nabila mendatanginya dan memanggil namanya. Gak mungkin mau dilabrak kan? Tanyannya dalam hati.

"Nin" Nabila memanggil sekali lagi.

Yang dipanggil malah merasa aneh, suara lembut Nabila tidak juga menyadarkannya.

Lalu ia mengerjap beberapa kali, "ya?"

"gue bisa ngomong sebentar sama lo?"

"ya silahkan" ucap Anin.

Lalu Nabila melirik Adinda, seperti mengisyaratkan Adinda untuk pergi.

"kita ngomong ditempat lain aja gimana? Gue mau ngomong berdua sama lo" ucap Adinda.

Awalnya Anin diam. Seperti menimbang-nimbang untuk ikut atau tidak. Pemikirannya sempit, pertama kalau ia ikut, Anin takut Nabila akan melakukan hal yang aneh-aneh. Seperti mengajaknya ribut, mungkin. Yang kedua Nabila memang mempunyai niat baik, seperti meminta maaf. Tapi Anin juga tidak yakin untuk itu.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang