Anin sudah sampai disekolah, padahal ini masih pukul tujuh pagi dan acara dimulai pada pukul sembilan. Bukan tanpa alasan ia sudah sampai disini, tidak lain hanya untuk menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan. Ia bersama tim pmr lainnya sibuk memasukan setiap peralatan kedalam tas P3K.
Hari ini tak terasa sudah hari ke tiga acara turnamen. Banyak sekali pengalaman baru yang Anin dapatkan selama dua hari kemarin. Di hari ketiga ini Anin sudah mulai terbiasa tidak sekaku dihari pertama.
Nabila sejak kemarin banyak diam, tidak bawel seperti biasanya. Ia juga belum mengajak Anin berbicara sejak kemarin. Entah karena apa, Anin juga bingung sendiri jadinya. Seingat Anin ia tidak punya salah sama sekali dengan Nabila.
Sampai pagi ini-pun Nabila masih mendiaminya. Padahal sekarang mereka sedang duduk bersebelahan.
"lo jaga dilapangan Futsal kan Bil?" tanya Nina pada Nabila.
Sebelum Nabila menjawab, ia melirik Anin sekilas tapi Anin tidak menyadari itu. "gue mau di lapangan basket aja, hari ini kan Satya tanding" ucapnya, ia menekannya kata pada akhir ucapannya. Anin yang mendengarnya malah merasa kalau Nabila sedang memanas-manasinya. Dan Anin merasakan itu sekarang.
"lo bisa gantiin gue dilapangan Futsal kan Nin?" tanya Nabila. Yang diajak bicara malah bengong "Nin" Nabila menyenggol lengan Anin agar tersadar dari lamunannya.
"iya, kenapa?" ucap Anin tergagap.
"lo gak keberatan kan kalo gantiin gue jaga dilapangan Futsal?" tanya Nabila lagi.
Keberatan lah gila, umpat Anin dalam hati.
Lalu ia menggeleng dan tersenyum dipaksakan "iya gapapa kok" ucapnya. Padahal kalau boleh jujur, hari ini adalah hari yang Anin tunggu sejak kemarin. Hari ini seharusnya ia menjadi tim medis di lapangan basket, dan dapat melihat Satya tanding. Apalagi semalam ia sudah memberitahu Satya kalau dia akan ada dilapangan basket sebagai tim medis. Pupus sudah sekarang, Nabila yang egois hanya memikirkan tentang kesenangannya sendiri tanpa peduli dengan sekitarnya.
Anin melangkahkan kaki gontainya menuju lapangan Futsal. Ia sendirian karna Nina dan lainnya sudah terlebih dahulu kelapangan futsal. Ditangannya sudah ada kotak P3K, yang ia siapkan tadi.
"Anin" panggilan itu membuat Anin menghentikan langkahnya, lalu Anin mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang memanggilnya.
Adinda datang dengan senyum merekah. "kok lesu banget si" ucapnya sesaat setelah meneliti Anin "kan mau liat Satya tanding" lanjutnya.
Anin menghela napas berat, "gajadi" ucapnya. Ia benar-benar tidak mood diajak berbicara sekarang.
"lho kenapa?" tanyanya.
Anin memilih duduk dibangku koridor dan diikuti dengan Adinda. "Tukeran sama Nabila" ucap Anin lesu.
Adinda sangat mengerti Anin, sudah dapat dipastikan kalau Anin sedang sedih. Adinda sebenarnya sudah geregetan sendiri melihat tingkah Nabila sejak kemarin. Nabila yang selalu curi-curi perhatian mendekati Satya. Bahkan Nabila berani menghampiri Satya kemarin. Hanya saja Adinda tidak menceritakannya pada Anin. Aninnya juga yang terlalu polos dan mauan, Anin seharusnya menolak jika memang ia tidak mau tukeran.
"kenapa lo terima?"
Anin diam, ia juga sebenarnya ingin menolak tapi untuk apa? Yang ada Nabila curiga dan tahu kalau Anin menyukai Satya.
"gatau, biarin aja deh" ucap Anin kelewat polos. Anin beranjak dari duduknya. "good luck tandingnya, semoga masuk babak final" lanjutnya. Adinda mengacungkan dua jempolnya pada Anin. Lo terlalu baik Nin, ucap Adinda dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...