Satya benar-benar cape bercampur kesal karna melihat sendiri Bima datang kerumah Anin. Satya memang tidak mengenal baik Bima, namun pernah bertemunya beberapa kali walaupun tidak saling sapa. Beberapa kali juga ia melihat Bima bersama Anin, dan banyak omongan dari temannya yang mengatakan kalau Bima memang sering bersama Anin. Sebagai lelaki Satya bisa merasakan dan menebak dengan benar kalau Bima memang suka dengan Anin.
Ia berjalan gontai memasuki rumahnya, diruang keluarga ada Sarah yang sedang menonton film sambil memakan cemilan.
Satya yang tiba-tiba duduk disamping Sarah tanpa berkata apapun membuat Sarah memicingkan matanya. "kenapa bang? Kalah Turnamennya?" Tanya Sarah karna ia tahu kalau Satya sedang ada turnamen basket.
Satya tidak menjawab apapun, ia memejamkan matanya sambil menyandarkan punggungnya pada sofa dibelakangnya.
"berantem sama kak Adam sama Ka Dinar?" Tanya Sarah, ia masih berusaha menebak, tapi Satya masih diam tanpa menjawab.
"berantem sama kak Anin?" lagi-lagi Sarah menebak. Kali ini dijawab gelengan oleh kepala. Sarah mulai gemas oleh tingkah Satya, makanan ringan ditangannya Sarah lempar kearah Satya. "ga jelas" umpatnya.
Satya yang seperti mendapat serangan bertubi-tubi langsung menghindar dan menutupi wajahnya dengan bantal. "mah adek nih bandel" katanya mengadu pada Susan tapi tidak ada jawaban.
Sarah tertawa mendengar Satya mengadu layaknya anak kecil. Satya itu paling jarang mengadu pada mama dan papanya tentang apapun, mau dia dimarahi guru sekalipun ia tidak akan mengadu, lain halnya jika dia diganggu Sarah, ia pasti akan mengadu, alhasil Sarah akan terkena omel oleh Susan karna menganggu Satya. Sama seperti yang sering Sarah lakukan jika diganggu Satya.
"mama pergi kerumah tante Mia" ucap Sarah masih tertawa sambil menjulurkan lidahnya. Benar-benar mengejek Satya.
Satya mendekat dan mencubit pipi serta hidung Sarah berkali-kali membuat Sarah seperti kehabisan napas serta merasakan pipinya memanas. "ahhhh sakittttt bang" ucapnya. Namun Satya masih tetap saja mencubit pipi Sarah.
Satya berhenti mencubit ketika melihat Sarah menangis. Merengek seperti anak kecil, jurus ini yang selalu Sarah gunakan untuk membuat Satya kalah. Seperti sekarang melihat Satya panik karna Sarah menangis, dalam hati Sarah tertawa melihat abangnya seperti itu.
"aduh aduh maaf, sakit ya cubitannya?" tanya Satya seraya mengelus pipi adik satu-satunya itu.
Wajah Sarah cemberut,namun dalam hati ia tertawa melihat abangnya seperti itu. Sarah mencoba melepaskan tangan Satya dari pipinya, biar Satya lebih percaya kalau ia sedang ngambek.
"jangan bilang mama ya, nanti uang jajan abang dipotong" rayu Satya masih mencoba mendiami Sarah.
"bodo! Pokoknya gue bilang mama, biar uang jajan abang sebulan dipotong" ucap Sarah, ia merasa menang sekarang.
Satya mencari cara supaya Sarah tidak mengadu pada mama, "abang jajanin deh" rayu Satya.
Sarah langsung berbinar, kebetulan sekali malam ini ia ingin sekali ice cream. "beliin ice cream" rengek Sarah seraya menghapus sisa air matanya.
"iya nanti abang beliin" ucap Satya.
Namun Sarah malah berdiri, menarik tangan Satya agar ikut berdiri "sekarang" lagi-lagi Sarah merengek. Mau tidak mau Satya mengikuti kemauan adiknya itu.
Mereka berdua pergi menggunakan motor ke mini market tak jauh dari rumah. Sarah mengambil banyak ice cream untuk dirinya sendiri. "banyak banget belinya, nanti batuk" ucap Satya saat melihat keranjang belanja Sarah. Sedangkan Satya hanya membeli satu minuman botol.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...