Satya

586 49 3
                                    

Tiga hari setelah kejadian ditaman belakang sekolah baik Anin maupun Satya belum saling bertemu. Sebenarnya Satya setiap hari menjemput Anin, namun sepertinya Anin sengaja untuk berangkat lebih pagi agar tidak berangkat bersama Satya. Disekolah pun sama, Anin seperti ditelan bumi, tidak pernah terlihat dikantin atau bersama Adinda. Adinda yang sibuk latihan untuk turnamen jarang sekali keluar kelas bersama Anin. Satyapun sama sibuk latihan untuk persiapan turnamen yang akan diakan lima hari mendatang.

Kadang Satya hanya mendengar cerita soal Anin dari Dinar. Entah Dinar dapat cerita dari siapa tentang Anin. Satya hanya tau Anin baik-baik saja setiap harinya. Tak lupa pula Satya selalu mengirim pesan setiap harinya kepada Anin, namun puluhan pesan tidak ada balasan apapun. Ketika di telfon ponsel Anin selalu sibuk. Mungkin bagi Anin, Satya salah disini, Satya hanya ingin menjelaskan apa yang sebenarnya dilihat, Satya tahu pasti Anin mengira yang tidak-tidak tentant hubungan Satya dan Nabila, Satya hanya takut Anin lebih menjauh dan meninggalkannya. Finalnya hari ini Satya mendengar dari mulut Dinar bahwa Anin kemarin diantar pulang oleh Bima. Satya tahu siapa Bima, belakangan ini namanya santer terdengar disetiap lorong sekolah,apalagi kalau bukan karna ia dicalonkan sebagai kandidat calon ketua menggantikan Dinar.

"gue liat sendiri kemarin" ucap Dinar meyakinkan Satya.

"gue sering kali liat mereka berdua" sambar Adam ikut mengompori Satya.

"pikir positif aja si, siapa tau dia temenan" ucap Dinar lagi.

Adam kembali menyambar kali ini benar-benar membuat hati Satya panas "ganteng cantik cocok udeh" tidak mengerti dengan mulut Adam yang sangat kompor ini, padahal Adam sendiri tahu bahwa temannya itu menyukai Anin.

Satya yang saat itu sedang berada dikantin sekolah langsung berdiri meninggalkan Dinar dan Adam. Wajahnya memerah sampai telinga. Bahkan wajah dinginnya sekarang berubah menjadi lebih menyeramkan dua kali lipat. Siapapun yang melihatnya tidak akan berani untuk menyapa, jangankan menyapa melirik saja mungkin tidak akan berani.

Satya melangkahkan kakinya menuju lorong kelas X, tatapannya lurus kedepan. Kepalan tangannya bagaikan bogem yang siap menghajar seseorang.

"ada Anin ga?" tanya Satya ketika sampai di pintu kelas X-Ipa1, seseorang yang ditanya hanya menggeleng ketakutan. Ia tidak pernah melihat Satya yang seperti ini sebelumnya.

Adinda yang baru saja hendak masuk memicingkan matanya ketika melihat Satya.

Dengan wajah tengilnya ia berdiri dihadapan Satya.

"mau ngapain kesini?" tanyanya.

Satya mengingat wajah seseorang, ah tepat sekali "dimana Anin?" tanyanya to the point.

"mau apa cari Anin?" lagi-lagi Adinda bertanya dengan tengilnya. Sumpah Adinda ini tidak ada takut-takutnya dengan Satya. Mungkin orang lain akan bilang ia sangat jagon sekarang. Namun mengingat cerita Anin kemarin rasanya ia ingin meninju saja seseorang didepannya ini. Kalau saja Satya melakukan ini semua kepadanya, mungkin Satya sudah benar ditinju oleh Adinda.

"kasih tau gue dimana Anin" ucap Satya dengan nada memohon.

"kalo gue gamau gimana?" Adinda menunjukan senyum miringnya.

Satya mengacak-acak rambutnya frustasi, Sekarang baginya Adinda ini menjadi kunci untuk ia menemukan Anin, namun nyatanya hasilnya Nihil seperti ini. Bahkan Satya rasanya ingin berantem saja dengan Adinda jika ia bukan perempuan.

"lo urus aja Nabila lo itu,jangan ganggu Anin" ucap Adinda penuh penekanan diujung kalimatnya. Ia lalu meninggalkan Satya dan masuk kelas.

Satya melangkahkan kakinya keperpustakaan namun tidak ada, lanjut ke toilet perempuan yang sama tidak ada juga, ia bahkan memberanikan diri masuk ke kantor hanya untuk mengecek Anin ada atau tidak. Dan terakhir ia menuju UKS, karna setau Satya belakangan ini Anin sedang sibuk menjadi Anggota PMR, Namun tetap tidak ada.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang