Anin

367 33 0
                                    

"kamu hari ini bisa naik bus kan?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari Satya disambungan telfon. Pagi-pagi sekali sudah nelfon.

"bisa, kamu gak sekolah?"

"sekolah"

Anin menautkan alisnya "terus?"

"aku ada urusan sama Dinar dan Adam. Mau telat masuk kelas"

Anin hanya mengangguk-angguk. "urusannya penting banget? 5 hari lagi ujian sekolah, kamu jangan telat terus"

"baru kali ini kan telatnya"

"kemarin-kemarin? Kamu emang lupa udah berapa kali dihukum gara-gara telat?"

Satya menghela napasnya, susah juga debat sama perempuan. Apalagi perempuan itu sudah jadi pacarnya. Ngelak pun masa saja bunuh diri, bisa saja Anin ngambek atau bahkan memarahi Satya.

"sat"

"kali ini aja aku telatnya, penting banget soalnya" Satya berucap dengan nada memohonnya.

"yasudah terserah kamu, aku tutup ya telfonnya"

"hati-hati dijalan, kalo ada apa-apa telfon aku"

"hmm"  sambungan telfon itu terputus bersamaan dengan gumaman Anin.

Anin berjalan gontai menuju meja makan. Merasa kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Bukan, Dia bukan kesal karna tidak dijemput. Ia hanya kesal karna Satya yang seakan-akan tidak peduli dengan masa depannya.

Padahal ujian besok adalah penentuan baginya untuk lulusan/tidak. Penentuan juga baginya untuk ditempatkan dimana pada kegiatan pertukaran pelajar.

"pagi-pagi mukanya ditekuk gitu?" Bundanya memperhatikan wajah anak gadisnya itu

Tanpa menjawab Anin langsung melahap roti bakar yang sudah disiapkan oleh Amira, ditemani susu panas favoritnya.

"kakak mana bun?"

"lari pagi"

Anin hanya ber-oh ria.

"jadi kamu sama Satya udah?"

Anin menengadah menatap Amira yang sedang menatapnya menyelidik. "udah apa?"

"Pacaran?"

Dengan ragu Anin mengangguk, bukan karna takut dimarahi atau apapun itu, karna Anin tau kalo Amira pasti sangat mengerti dan menerima.

"sejak kapan?"

"baru bun" Anin melahap abis roti bakar dan meneguk habis susu panasnya.

Anin berdiri, menyalimi tangan bundanya. "Anin berangkat ya bun, naik bus soalnya"

"lho Satya kemana? Gak jemput kamu?"

Pertanyaan itu terbawa angin, sebab belum sempat terjawab Anin sudah berlari keluar rumah meninggalkan meja makan dan Amira dengan wajah kebingungannya.

Anin harus berjalan untuk sampai di halte bus. Letaknya tak jauh dari komplek rumahnya, makanya dia memilih untuk jalan kaki ketimbang naik angkutan umum/ojek.

Sesampai dihalte sudah dipenuhi oleh para pekerja dan pelajar yang sama-sama sedang menunggu Bus. Beberapa sudah ada yang naik dengan bus tujuan masing-masing.

Anin melirik sekitar, nyatanya walaupun ada beberapa pelajar disini tidak ada satupun yang memakai seragam sama dengannya. Itu berarti hanya dia yang naik bus berbeda.

15 menit menunggu bus belum juga datang. Dan halte juga sudah mulai sepi. Anin melirik jam tangannya, mulai ketar-ketir karna jam mulai menuju ke angka 7.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang