Hanya tersisa beberapa minggu lagi sebelum akhirnya ia akan melanjutkan sekolahnya di Negri orang. Nantinya, tidak akan lagi lorong sekolah yang selalu ramai, lapangan bola yang selalu dijadikan tempat ia kumpul bersama dua sahabatnya, tidak ada tempat persembunyian untuknya ketika suntuk belajar, tidak ada rooftop sekolah yang selalu menjadi tempat ternyaman untuk melepaskan penat, tidak akan ada sosok Anin si penyemangatnya untuk kesekolah.
Memikirkan untuk memulai hubungan jarak jauh saja rasanya sudah berat. Namun Satya dan Anin sudah sepakat kalau waktu dan jarak bukanlah penghalang untuk melanggengkan hubungan. Mereka yakin kalau mereka akan bertahan sampai waktunya untuk kembali bersama setiap harinya itu datang.
Tadi pagi, setelah menjemput Anin dan berangkat bersama kesekolah. Satya memutuskan untuk berdiam di rooftop sekolah, menikmati udara kota Bandung dari atas sini, menikamati hijaunya hamparan gunung dari atas sini. Suasana seperti ini mungkin tidak akan ia dapatkan ketika ia kuliah nanti.
"ternyata lo disini" ketika suara itu terdengar sontak Satya membalikan badannya.
Bima berdiri tepat didepannya. Kedua tangannya dimasukan kesaku, melihat Satya dengan tatapan datar.
Satya menautkan alisnya, wajahnya sudah menunjukan kebingungan. Bagaimana tidak, melihat Bima berdiri didepannya sekarang terasa sangat mustahil. Karna walaupun mereka satu sekolah, nyatanya Satya sudah jarang melihat Bima.
"Gue mau ngomong sesuatu"
"kalo soal Anin mending lo pergi, karna sekarang dia milik gue"
Bima menggeleng, lalu maju beberapa langkah memperkecil jarak antara dirinya dan Satya. "soal Sarah"
Disaat mendengar Bima menyebut nama Sarah, saat itu juga wajah Satya berubah kecut bahkan tangannya sudah terkepal sempurna.
"jadi lo udah tau?"
Bima mengangguk, "iya, dia adik lo"
"bagus kalo lo tau, jangan pernah muncul dihadapan dia lagi"
"lo telat, kita berdua udah ketemu dan udah jelasin semuanya"
Pada saat itu Satya langsung menarik kerah seragam Bima. Menatap Bima dengan penuh amarah. Entah bagaimana caranya mereka berdua bisa bertemu, yang jelas ini bagaikan mimpi buruk bagi Satya.
Lalu setelahnya Satya melepaskan cengkeraman pada kerah baju Bima. ia teringat sesuatu, kalau beberapa hari yang lalu Sarah pulang dengan mata sembab, menangis semalam tanpa kasih tau alasan yang pasti. Dan Sekarang Satya sudah tahu jawabannya, ia bertemu dengan Bima—lagi.
"gue tau selama ini gue salah. Gak ada niatan sama sekali buat ninggalin Sarah tapi karna kesalah pahaman selama ini, gue salah ambil langkah buat ninggalin Sarah"
"kesalah pahaman maksud lo itu apa?" Satya menaikan nada suaranya.
"semuanya karna selama ini gue kira lo pacarnya sarah. Cowok yang selalu memperhatikan Sarah dari balik tembok"
Satya mendengus sebal sekaligus membuang tatapannya, muak. "lo bodoh" Satu hantaman meluncur mulus tepat dipipi Bima.
Bima menunduk dalam, ia sadar kalau memang sudah seharusnya ia menerima ini semua. "gue tau itu semua, gue minta maaf atas kesalahan gue"
"lo bodoh Bim, lo nyakitin Sarah dan mau ambil Anin dari gue. Gue gatau dimana letak hati lo" sekali lagi Satya menarik kerah baju Bima dan meninju tepat ditepi bibir Bima.
Bima hanya bisa menerima hantaman itu pada wajahnya tanpa bisa membalas. Dia sadar kalau apa yang sekarang Satya lakukan tidak ada apa-apanya dengan kesakitan adiknya. Sarah bukan hanya menerima sakit ditubuhnya tetapi Sakit pada perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Dla nastolatków[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...