Anin

431 36 6
                                    

Adinda dapat bernapas lega sekarang, tadi sebelum bu Lastri masuk, lebih tepatnya lima menit sebelum bel sekolah ia mencoba menghubungi Anin. Tapi ponselnya ternyata Anin tinggalkan dilaci mejanya. Jadi Adinda hanya berharap cemas dengan Anin. Sebenarnya ia juga penasaran kenapa Anin pergi dengan tiba-tiba, tidak bilang mau kemana. Jika ke kantin tidak mungkin bisa selama ini.

Dan sekarang melihat Anin didepan kelas, bersama Satya. Ia bisa belajar dengan tenang. Namun ada saja yang ia pikirkan.

Adinda sudah memicingkan matanya sejak Anin mulai berjalan mendekatinya. Lagi dan lagi Anin menyembunyikan sesuatu darinya.

Anin mendudukan Bokongnya, lalu menyandarkan punggungnya sebelum mengeluarkan buku dari dalam tas. Perasaan lega menyeruak didalam hatinya. Anin tidak dapat membayangkan bagaimana kalau tadi ia ternyata ketahuan bohong, bagaimana kalau Bu Lastri menghukumnya. Bukan tipe Anin sekali mendapat masalah di sekolah.

"dari mana?" tanya Adinda berbisik.

Anin mengeluarkan buku, melirik Adinda sekilas. "kantin"

"bohong" ucapnya. Bibirnya mengerucut. "kok lama" lanjutnya.

Anin menempelkan jarinya pada bibir, mengintrupsikan Adinda untuk diam "jangan berisik, nanti dihukum"

Anin sangat hafal dengan sifat guru killer macam bu Lastri ini, pernah suatu hari Ivan,Riski dan Nando sang biang kerok dikelas yang dikeluarkan dari dalam kelas karna mereka ketahuan mengobrol, bahkan bukan hanya mengobrol mereka juga mengerjai Andi cowok culun dikelas dengan membakar bokong Andi dengan korek, sampai akhirnya Andi berteriak karna terasa panas pada bagian bokongnya dan berakhir dengan hukuman kalau mereka
tidak diperbolehkan masuk pelajaran selama dua pertemuan, akhirnya mereka hanya diam didepan kelas atau lapangan seperti tidak ada kerjaan.

"nanti kasih tau" ucap Adinda.

Akhirnya mereka melanjutkan belajar, memfokuskan pikirannya demgan apa yang disampai bu Lastri didepan sana. Padahal Adinda sama sekali tidak fokus karna penasaran dengan Anin. Sedangkan Anin sudah larut dalam belajarnya.

"susah banget si elah" keluh Adinda. Bu Lastri sudah meninggalkan kelas lebih awal karna harus mengikuti rapat guru, tetapi mereka diberikan 10 soal yang sangat rumit.

Bahkan Anin yang bisa dikatakan pintar dikelas ini saja kesusahan. Padahal dari apa yang bu Lastri jelaskan barusan Anin sangat mengerti, tapi memang sudah hukum alam, kalau contoh lebih mudah dari soal yang diberikan. Betul?

Anin melirik Adinda, masih mencoba mengerjakan 10 soal. Tapi seperti cukup membuat Adinda stres mengerjakannya.

"Anin liat dong" ucap Nando yang tiba-tiba saja sudah ada didekat meja Anin.

Anin tersenyum mendapati temannya yang bertubuh gempal itu "belum selesai" ucapnya.

Lalu Nando menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu, sambil cengarcengir. Lalu tak lama datang ivan dan riski sang biang kerok kelas yang akhirnya memenuhi meja Anin.

"pada ngapain si kesini?" tanya Adinda dengan nada galaknya. Membuat ivan bergidik ngeri.

Ivan seringkali bilang Adinda itu kalau lagi marah galaknya bisa melebihi bu Lastri. Ia sangat ingat bagaimana ekspresinya marahnya bu Lastri karna mereka bertiga ketahuan ngobrol didalam kelas. Dan Menurut Ivan Adinda itu lebih galak.

"kabur bego Adinda kalo marah serem" ucap Ivan. Mencoba menarik Nando tapi tertahan.

"Adinda yang manis jangan galak ya dede Ivan takut" ucap Nando, membuat Anin terkekeh geli.

Adinda melirik mereka bertiga dengan tajam, kalau sudah seperti ini biasanya Adinda benar-benar akan marah, dan berakhir dengan mengomeli mereka bertiga.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang