"hari ini kita pacaran" ucap Satya seraya menatap Anin.
"lo bercanda? Gak lucu!!" ucap Anin.
Satya menggenggam tangan Anin "gue serius, jadi gimana jawaban lo?"
Bercanda lo gak lucu!! Umpat Anin dalam hati. Ia hanya bisa melihati Satya dengan sebal sekarang.
Jujur, Anin benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan Satya. Toh juga Satya kalo berbicara tidak pernah serius, banyak bercandanya.
Satya menatap tepat dimanik mata Anin, cukup lama sampai akhirnya ia berkata "jadi gimana jawabannya?" tanya Satya sekali lagi.
Barulah Anin merasakan degup jantungnya yang berpacu, Anin tidak melihat kebohongan dari mata Satya. Sama sekali tidak ada. Anin menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan.
"ditolak nih gue?" tanya Satya.
"emang harus dijawab? Lo pasti tau jawabannya apa" ucap Anin sambil tersipu malu sampai ia merasa panas dipipi. Ah pasti merona banget!
"pipi lo kaya abis ditampar"
Anin memegang pipinya, memang terasa panas tapi bukan karna tertampar melainkan karna Anin sedang senang.
Satya merangkul Anin, mereka tertawa bersama menertawakan situasi ini. Tidak ada bunga, cokelat bahkan hal romantis lainnya untuk menembak seseorang jadi pacar, beda Sekali dengan novel-novel yang Anin baca. Lagipula Anin tidak berharap untuk ditembak cowok pake segala macem, itu trik kuno menurutnya.
"laper gak?" tanya Satya.
Anin mengangguk sambil tersenyum.
"jangan senyum terus, nanti gue diabetes" ucap Satya seraya mengelus pucuk kepala Anin.
*
Akhirnya mereka memutuskan untuk makan ditempat biasa, bukan makan siomay tapi makan ketoprak. Bosan juga makan siomay, walaupun siomay disini selalu saja enak. Tapi kali ini mereka mau makan yany beda. Untungnya Disini tidak terlalu ramai, jadi Mereka masih dapat tempat untuk duduk, mungkin karna bukan sabtu malam. Pengunjung juga lebih banyak dari orang tua yang membawa anak kecil atau para pekerja yang habis pulang kerja. Sedangkan Hanya Anin dan Satya yang memakai seragam sekolah.
Kalau dikasih pilihan antara makan pinggir jalan atau kafe Anin malah suka seperti ini, makan pinggir jalan. Ia bersyukur bisa kenal Satya, jadi ia bisa makan disini. Coba ia tidak kenal Satya, mungkin Anin tidak akan pernah tau ada tempat senyaman ini di kota Bandung buat makan. Apalagi makanan disini enak-enak. Makanya waktu dia diajak Bima makan dikafe, ia tidak nyaman. Apalagi makan dikafe itu mahal. Kalau sama Dito si tidak apa-apa karna kakaknya itu yang bayar.
Seperti biasa sebelum pulang mereka akan duduk dibangku taman. Keduanya memegang ice cream sambil melihati para pengamen jalan didepan sana.
"Sat" panggil Anin lembut.
Satya menoleh dan hanya bergumam karna mulutnya sedang penuh dengan ice cream.
Ada jeda, Anin ragu untuk berucap.
"Terus Nabila gimana?" tanyanya."gak peduli"
"gue serius nanya"
Satya menatap Anin. "ya gue gak peduli, biarin aja Nabila urus dirinya"

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...