Jam pelajaran selesai. Anin segera membereskan buku dan tempat pensil yang berada diatas meja. Memasukannya kedalam tas.
"lo pulang naik apa Nin?" tanya Adinda yang sedang membereskan buku juga.
"bus" jawab Anin singkat. Ia memasukan buku terakhir kedalam tas. Dikelasnya sekarang hanya tersisa beberapa orang.
"ga bareng Satya lagi?" tanya Adinda yang sontak membuat Anin diam. Setelahnya ia hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Anin segera berdiri dari duduknya, tas sekolah digendong dibahunya. Adinda pun mengikuti langkahnya dibelakang.
"lo gamau bareng gue aja?" tanya Adinda setelah berjalan disamping Anin.
Anin menggeleng,lalu tersenyum kearah Adinda. Meyakinkan bahwa ia bisa pulang sendirian,meyakinkan hatinya juga bahwa Satya tidak akan mengantarnya untuk pulang.
Anin baru melangkahkan kakinya keluar kelas, dan berbelok kearah gerbang sekolah. Namun langkah harus terhenti ketika melihat Satya sedang menyandarkan punggungnya pada tembok, kakinya ia lipat satu ketembok.
Satya menoleh dan tersenyum ketika mendapati seseorang yang sudah ia tunggu sejak tadi. Untunglah hari ini kelas akselerasi pulang lebih awal. Jadi Satya bisa mengantar Anin pulang. Dan untung saja sekolah sudah sepi, jadi Anin tidak akan menolak untuk diantarnya pulang dengan alasan banyak yang melihatinya.
Satya menghampiri Anin yang masih diam ditempat bersama Adinda.
"Ayo nin pulang" ajak Satya.
Anin bergumam tidak jelas, membuat Satya menatap Anin bingung. "gue... Gue bisa naik bus" ucap Anin terbata, entah karna apa tapi Anin merasa gugup saat ini.
"tapi gue udah janji sama bunda lo, buat anter lo pulang" katanya.
"yaudah pulang bareng aja, dari pada harus nunggu bus" sambar Adinda. "gue duluan ya Nin" lanjutnya seraya melambaikan tangan. Adinda meninggalkan Anin dan Satya.
Anin hanya tersenyum miris membalas Adinda. Kenapa juga mulut Adinda harus mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagi pula kenapa temannya itu bukannya membantu Anin menolak ajakan Satya. Kalau tau Satya sudah menunggunya disini, lebih baik Anin ikut Adinda saja tadi.
Satya menarik tangan Anin, sama seperti apa yang ia lakukan ketika Anin dan Satya terjebak hujan. Anin hanya mengikuti langkah Satya, untunglah sekolah sudah sepi sekarang.
Diperjalanan Anin hanya diam, sedikit kesal dengan sikap Satya yang seperti ini. Ini si namanya pemaksaan bagi Anin, Bagaimana tidak Anin belum menjawab tapi Satya langsung menarik tangannya.
*
Kesialan ada pada Adinda. Baru sampai diparkiran, namun ia melihat ban mobil miliknya itu bocor. Dan tidak tahu harus ia apakan mobilnya itu.
Ia tahu pasti harus ganti ban, tapi ia tidak mengerti cara menggantinya.
"ah sial" umpatnya. Ia segera mengambil ponselnya dari dalam tas. Ia menghubungi seseorang, namun tetap tidak ada jawaban dari orang disebrang sana. Ia terduduk diparkiran, bersandar pada mobilnya.
Ia mencoba menghubungi orang entah itu satpam dirumahnya, supir papa, papanya, maminya, tapi tetap tidak ada jawaban. Tidak mungkin juga ia menghubungi saudaranya. Karna di kota ini tidak ada saudaranya. Merepotkan saja.
Dinar baru saja keluar dari ruang osis, menuju parkiran untuk segera pulang. Belakangan ini ia memang lebih sering pulang telat, apalagi kalau bukan karena tugasnya sebagai ketua osis. Para osis sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan acara turnamen yang akan di gelar dengan meriah bulan depan. Belum lagi ia harus menerima berbagai laporan dari setiap seksi acara turnamen.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...