Anin

15 5 0
                                    

Hari sabtu jam 9 pagi Anin sudah datang di sekolah padahal kelas tambahan khusus kelas XII baru mulai jam 10 nanti. Saat memasuki gerbang sekolah suasana lapangan sekolah sudah ramai dengan siswa kelas X dan XI yang melakukan eskul entah itu futsal, voli, bulutangkis dan sebagainya. Langkahnya menuju kantin, sesaat melewati koridor eskul pun sama ramainya dengan lapangan tadi.

"Hai kak Anin" beberapa adik kelas menyapanya, dan hanya dibalas dengan senyuman manis anin.

"semangat ya eskulnya" ucapnya sebelum berlalu menuju kantin.

Karna sekarang Anin sudah aktif berorganisasi ditambah dengan jabatannya sebagai ketua PMR membuat namanya dikenal, sejujurnya Anin tidak pernah menyangka ia bisa seperti ini. Padahal waktu awal masuk sekolah ia hanya ingin focus belajar tidak ada niatan ikut organisasi atau bahkan eskul sekalipun. Meningatnya jadi buat kangen awal-awal masuk sekolah lebih tepatnya semua kenangan awal perkenal dengan Satya, ia rindu semua itu sekarang.

Anin sampai di kantin dan hanya membeli cokelat panas, karna sebenarnya ia sudah sarapan dirumah tadi. Berjalan kearah bangku dekat jendela tempat biasa ia dan Adinda duduk sambil melihat kearah lapangan. Mengingat Adinda ia ingin mengabari temannya itu untuk cepat datang menemaninya.

Anindya : hallo selamat pagi nona Adinda. Apakah bisa datang sekarang untuk menemani diriku di kantin.

Adinda : gausah sok imut ya lo! Lo ga inget kalo gue masih kesel sama lo?

Anindya : yaampun.... Bahkan gue sama Satya aja udah baikan Adinda

Adinda : tetap aja ga menutup kemungkinan lo deket sama adik kelas kesayangan lo itu

Anin tidak membalas, semakin ia membalas balasan Adinda semakin membuatnya kesal. Ia tahu kalau ia salah berbohong pada Satya dan pergi dengan Derry. Katakanlah ia memang bodoh tidak berpikir panjang terlebih dahulu. Tapi yasudah lupakan toh juga Satya sudah memaafkan.

"hayoooo lamunin apaan pagi-pagi"

Ucapan seseorang dan sedikit gebrakan dimeja membuat Anin terperanjat kaget karna tadi fokusnya sedang di ponsel. Ia menengadah siap memarahi seseorang yang berani-beraninya bikin jantungan pagi-pagi.

Bukannya memarahi orang tersebut Anin justru dibuat kaget untuk kedua kalinya, bagaimana tidak muka orang itu sudah ada beberapa jengkal didepan mukanya.

"Derry! Bisa gak si sehari gak bikin orang kesel, jantungan dan marah-marah?"

Seringai jail yang Anin benci itu tercetak jelas diwajahnya. "enggak" ucapnya enteng lalu tertawa. Gak jelas memang anaknya, ucap Anin dalam hati.

Tanpa permisi Derry duduk didepan Anin. Diam. Benar-benar Cuma diam tanpa ngomong apa-apa. Cuma memandangi wajah Anin, yang dipandangi malah kebingung sendiri takut-takut ini anak kesambet setan belakang kantin.

"kenapa? Gue kaya orang kesambet ya?"

Asli Derry ini kayanya cenayang yang bisa baca pikiran orang. Anin mengalihkan pandangannya menatap gelas berisi coklat panas yang tadi ia pesan.

Tahu tidak, semenjak kelas XI Derry sudah berubah jadi lebih rapi tidak urak-urakan kaya biasanya. Rambutnya rapih, seragamnya bersih terkesan baru, tidak ada celana kekecilan walaupun baju seragamnya masih sering mencuat keluar. Derry sudah jarang bolos pelajaran Cuma karna mau main basket sendiri atau kabur kebelakangan kantin dan tidur dibawah pohon besar. Anin sadar perubahannya itu, bahkan Anin sempat bertanya-tanya "apa Derry sudah tidak butuh perhatiannya lagi?" karna mulut Derry sendiri yang bilang kalau ia jadi anak baik, ia tidak akan mendapat perhatian Anin. Tapi jangan salah jail tetap sama, suka tiba-tiba muncul depan kelas Anin ngajakin pulang bareng atau malem-malem kerumah Anin Cuma mau kasih kentang sama burger. Anin jadi sibuk sama pikirannya sendiri.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang