Anin

514 41 7
                                    

Satya sedang bersandar pada mobilnya sambil menunggu Anin. Sedari tadi ia memegang ponselnya, barangkali Anin menghubunginya. Akhirnya Anin mau menemui dirinya setelah hampir tiga hari tidak bertemu. Entah apa yang membuat Anin mau menemuinya. Dan Hari ini lah Satya akan menjelaskan semuanya, menjelaskan bahwa tidak ada hubungan apapun antara ia dan Nabila.

Nabila berjalan tertatih ke arah Satya, pandangannya sedikit mengabur namun ia masih berusaha berjalan mendekati Satya. Sejak pagi ia belum makan apapun, hanya minum es buah tadi bersama Anin. Banyaknya yang harus ia urus sampai ia lupa segalanya, lupa makan, dan lupa bahwa ia memiliki sakit yang mengharuskannya tidak boleh telat makan. Namun tetap saja Nabila membandel dan inilah yang terjadi sekarang kepala pusing seakan ada benda berat yang menimpa.

Satya yang melihat Nabila berjalan sambil tertatih dan memegangi perutnya itu seraya berdiri tegak.

"sat..... Tolong gue plis" ucap Nabila lirih. Tak lama tubuh Nabila lemas, dengan sigap Satya menangkup tubuh Nabila sebelum terjatuh ketanah.

Satya panik tentu saja, melihat Nabila yang pucat seperti ini. Ia segera memasukkan Nabila kedalam mobil, membawanya ke Rumah sakit terdekat. Selama perjalanan Satya terus menggenggam tangan Nabila, merasa kasian pada Nabila. Ia tidak pernah melihat Nabila selemah ini, biasanya Nabila selalu ceria seperti kebanyakan gadis SMA lainnya. Walaupun Satya tahu sebenarnya Nabila tidak sekuat dan seceria yang orang kenal, ia hanya pandai menutupi kesedihannya, Satya tahu sekali bagaimana Nabila. Orang tuanya yang selalu sibuk, seakan tidak ada waktu untuk anak semata wayangnya. Namun jika mengingat sikap egois Nabila, Satya masih merasa kesal. Ingin marah tapi tidak bisa, Nabila perempuan dan ia menghargai perempuan sebagaimana ia menghargai mamanya.

Sejak SMP,Satya mengenal Nabila sebagai siswi yang selalu tertawa setiap harinya, Namun semenjak SMA, Satya malah sering melihat Nabila sedih, apalagi kalau Satya selalu menolak berbicara dengannya. Satya menyadari itu, namun ia tidak mau kejadian waktu SMP terulang kembali. Satya punya alasan tersendiri kenapa ia terlihat begitu jahat didepan Nabila.

Sebenarnya belum ada kata putus dari mulut Satya atau dari Nabila, namun sejak awal Nabila memintanya menjadi pacar pun Satya memang tidak mengiyakan. Jadi menurut Satya memang selama ini mereka tidak pacaran. Namun lain halnya dengan Nabila, ia selalu mencap Satya sebagai pacarnya.

Dan Satya melakukan ini semua karna mamanya, ia tahu betul bagaimana reaksi mamanya jika ia tidak membantu Nabila.

Sampai di rumah sakit, Satya memanggil beberapa perawat untuk membantunya mengangkat Nabila. Tak lama Nabila diperiksa oleh beberapa dokter. Satya menunggunya diruang tunggu.

Nabila sudah dipindahkan diruang perawatan. Satya sudah bisa tenang ketika melihat Nabila sudah sadar. Nabila susah payah tersenyum kearah Satya, namun yang disenyumi hanya menatapnya malas. Dengan susah payah Nabila meraih tangan Satya.

Ia menggenggam tangan Satya yang terasa dingin, seperti sikapnya kepada Nabila. "makasi Sat, maaf udah repotin lo" ucapnya.

Satya langsung melerai tangan Nabila. "lain kali jangan telat makan kalo gamau repotin orang" ketus Satya.

Satya menatap kearah lain ketika Nabila sedang menatapnya. Walaupun Satya cuek dan dingin, Satya tidak bisa melihat wajah memelas wanita. Hatinya pasti bisa saja luluh.

Nabila berusaha untuk bangun dari posisi tidurnya. Tanpa aba-aba ia menarik Satya kedalam pelukanya. Menyandarkan kepalanya tepat didada Satya. "plis lo disini aja temenin gue, orang tua gue lagi ada pekerjaan di Bali" ucap Nabila lirih.

*

Adinda mengetuk pintu rumah Anin, tak lama Amira membukakan pintu rumah. Melihat Anin yang kacau membuatnya khawatir.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang