"Nin kenapa ngelamun?" tanya Adinda seraya menepuk bahu Anin.
Yang ditanya hanya menoleh tapi tidak menjawab. Lalu menarik napas dalam dan akhirnya berkata "gue gak jadi dateng deh" ucapnya lemah. Ia terduduk dibangku dekat kamarnya.
Anin menautkan jarinya, memilinnya satu sama lain. Raganya ingin datang ke party tersebut namun entah kenapa hatinya seperti menolak untuk pergi.
"percaya sama gue, gak akan terjadi apa-apa" ucap Adinda. Sesuai rencana yang sudah disusun, Adinda dapat pastikan Anin tidak akan sedih setelah ini.
"gue ragu Din, gue gak bisa liat Satya sama Nabila" ucap Anin seraya menunduk.
"ada gue disana, ada Sherina, Adam dan Dinar. Kita semua dukung lo" Adinda menguatkan. Ia mengelus bahu Anin. "yuk pergi" ajak Adinda seraya menarik tangan Anin.
Anin mengikuti langkah Adinda yang membawanya. Berkali-kali, ia meyakini dirinya tidak akan terjadi apa-apa nantinya, namun tetap saja hatinya selalu tertolak belakang dengan apa yang ia mau.
Tapi ia juga tidak mungkin menolak ajakan Adinda, Adinda menguatkannya. Adinda akan selalu ada jika memang nantinya terjadi sesuatu, Anin percaya itu.
Dito memicingkan matanya ketika Anin dan Adinda sampai keteras. Meneliti Anin dari atas sampai bawah.
"Kenapa? Aneh ya pasti" tanya Anin pada Dito. Ia tahu memang dandannya malam ini sangat aneh.
Dito menggeleng "bahkan siapapun bakal jatuh cinta sama kamu" ucap Dito. "cantik" puji Dito.
Anin tersenyum manis, setidaknya ia tahu bahwa Dito tidak pernah berbohong kepadanya.
"jangan Nangis nanti riasannya kamu ancur" ucap Dito yang terdengar seperti ancaman.
Anin terkekeh mendengarnya begitu juga dengan Adinda dan Dinar. "tunggu sebentar" ucap Dito, lalu ia beranjak pergi dari hadapan Anin.
Selang beberapa menit ia kembali, membawa kotak persegi berwarna merah muda dengan Pita yang senada. "dari Bunda, masa kamu ke party temen gak bawa kado" ucap Dito.
"makasi kak" ucap Anin seraya tersenyum. Hampir saja ia melupakan kado.
"titip Anin ya Din, Nar" ucap Dito pada Adinda dan Dinar.
"kita berangkat ya Dit" ucap Dinar.
Mereka akhirnya melaju pergi dari rumah Anin untuk datang kerumah Nabila. Anin sedang sibuk dengan ponselnya, berharap Satya menghubunginya. Padahal Anin bisa saja menghubungi Satya lagi, tapi ia takut mengganggu Satya jadi ia mengurungkan itu semua.
Untunglah jalan Kota Bandung malam ini lancar, jadi mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai dirumah Nabila. Dari luar rumah saja sudah terlihat ramai, mobil sudah berderet sepanjang jalan.
"kalian tunggu disini, gue mau parkir mobil" ucap Dinar. Akhirnya Anin dan Adinda turun tepat didepan gerbang rumah Nabila.
Anin berdecak kagum melihat rumah Nabila, dekorasi rumahnya tampak mewah walaupun dilihat pada malam hari, halamannya luas dengan taman yang tentu juga luas. Namun mengingat cerita Satya waktu itu, rasanya kasian juga kepada Nabila. Dengan rumah seluas ini ia hanya tinggal sendiri bersama beberapa pembantunya.
Tak lama Adam dan Sherina datang menghampiri Anin dan Adinda.
"gila lo cantik banget Nin" decak kagun Adam sambil geleng-geleng.
Sherina langsung saja menjiwir telinga Adam "kebiasaan gak bisa liat cewek cantik ya" ucapnya.
Adam berusaha menepis tangan Sherina pada telinganya. Sekarang telinganya terasa memanas. "aku belom selesai ngomong sayang" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...