5-Anindya

675 50 5
                                        

"Rumah lo dimana Nin?" tanya Satya.
Selanjutnya Anin menyebutkan alamat rumahnya.

Langit sudah berubah warna,bahkan matahari juga sudah tenggelam. Udara dingin menerpa wajahnya,Namun terasa hangat dibadannya. Anin tidak dapat membayangkan jika dirinya tidak memakai jaket saat hujan seperti ini. Ia pasti sudah kedinginan sekali.

Mengingat ini jaket Satya, Anin jadi memikirkan bagaimana Satya sekarang. Ia pasti kedinginan, karna harus mengendarai motor tanpa menggunakan jaket. Rasanya Anin jadi tidak enak hati pada Satya.

Kota Bandung malam hari ini memang cukup menakjubkan. Lampu jalan yang menerangi setiap sudut,pejalan kaki yang berbaris rapi saat berjalan, pedang kaki lima yang berada disuatu stand makanan, pengamen dipinggir jalan. Ah Anin suka sekali melihat itu semua.

Satya yang melihat Anin dari kaca spion, Anin yang sedang tersenyum melihat kota Bandung.

"Nin" panggil Satya.

Anin menoleh,lewat kaca spion Anin dapat melihat Satya yang sedang serius menatap jalan. "kenapa?" tanyanya.

"Gimana sekolah lo?" tanya Satya. Awkward ! Satya tau itu, tapi ia juga tidak tau harus memulai pembicaraan apa.

"kaya siswa lain" ucap Anin.

Habis itu Satya kembali diam, dan Anin kembali menatap jalan. Motor Satya sudah memasuki area komplek Rumah Anin.

"rumah lo yang mana Nin?" tanya Satya.

"itu didepan sana" ucap Anin seraya menunjuk kearah depan.

Motor berhenti tepat didepan rumah bercat putih, Anin segera turun dari motor.

Anin membuka jaket milik Satya "makasi ya Sat" ucapnya seraya mengembalikan jaket itu. Satya mengambilnya dan memakainya dibadannya.

"lo gak nawarin gue buat masuk dulu?" tanya Satya.

Ucapan Satya barusan membuat Anin melongo. Hanya seperkian detik, selanjutnya Anin menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Ia bukannya tidak mau memberi Satya tawaran itu, hanya saja ia masih tidak bisa membawa Satya kerumah dan ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada bundanya.

Satya tersenyum, sebuah tangan tepat mendarat di pucuk kepala Anin. "gue bercanda, gue bakal mampir kerumah lo kalo gue udah resmi nantinya" ucapnya seraya tersenyum. "Gue balik Yaa Nin" lanjutnya.

Anin hanya mengangguk dan tersenyum kikuk. Sampai akhirnya motor Satya melaju dari hadapan Anin. Seperti ada sebuah magnet yang mengalir sampai ke jantungnya. Anin seperti tersihir oleh semuanya. Senyum,Suara dan bahkan pelukan konyol yang baru terjadi hari ini benar-benar diluar nalar bagi Anin. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan Anin sampai tidak percaya kalau itu benar-benar nyata.

Wajah seram, mata tajam, dan sifat tidak bersahabat Satya saat pertama bertemu Anin rasanya sudah sirna. Anin tidak percaya kalau dia adalah orang yang sama yang ia temui di bawah pohon sekolah.

"Nin"

"ya kenapa Sat?" tanya Anin seraya berbalik badan.

"Sat?" tanya Amira, ia menatap aneh anaknya gadisnya itu.

Anin menepuk keningnya. Menyadari kebodohannya "maksud aku, Kenapa bunda?" lalu ia tersenyum.

"kamu diantar siapa?" tanya bundanya lagi.

Bunda Liat? Tanyanya pada diri sendiri.

"aduh bunda Anin cape deh hari ini" ucapnya, lalu ia mencium Pipi Amira sekilas sebelum akhirnya ia pamit untuk kekamar.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang