Anin

395 30 2
                                    

Mendengar ucapan Dinar dan Adam membuatnya sadar, perubahan sikapnya ini bukan hanya menyiksa dirinya tapi menyiksa Anin. Benar kata mereka, Anin kacau dengan ini semua. Satya bisa melihat itu semua, tidak ada senyum manisnya, tidak ada binar matanya, tidak ada wajah ceria seperti biasanya.

Tapi apa Satya pantas untuk kembali? Mengingat sudah beberapa kali Satya membuat Anin menangis. Satya kembali ragu untuk kembali, dan ia meyakini dirinya lagi kalau Bima lebih baik dari pada dia. Walaupun ia takut Bima akan melakukan hal yang seperti apa yang Bima lakukan pada Sarah.

"jelasin semuanya ke Anin, dia pasti nunggu lo" ucap Dinar seraya menepuk pundak Satya.

Entah kenapa mendengar ucapan Dinar barusan seperti mendapatkan semangat. Ia berdiri dari posisinya, mengambil jaket yang digantungkan.

"selesaiin masalah lo bro" ucap Adam sedikit berteriak karna Satya keburu pergi dari kamar.

Tak lama pintu kamar kembali terbuka. Satya menongoli wajahnya "awas lo ya ganggu Sarah selama gue pergi" ancamnya. Mendengarnya Adam dan Dinar hanya bisa melongo diam.

Lalu Adam tertawa "masih aja protektif"

Satya melajukan motornya, udara dingin kota Bandung tidak memutuskan semangatnya untuk sampai kerumah Anin malam ini. Benar, ia memang harus menjelaskan semuanya. Entah diterima atau tidak oleh Anin.

Kalau Selama ini Satya terlihat jahat itu memang benar. Satya memang sengaja cuek ke Anin. Satya memang sengaja mengabaikan Anin. Tapi percayalah itu semua tidak dari hati, itu semua ia lakukan demi melupakan Anin sedikit demi sedikit. Berharap Anin akan bahagia, namun nyatanya Anin malah tersiksa. Dan Satyapun sama tersiksa, merubah ekspresi wajah didepan Anin baginya juga menyiksa. Setiap bertemu Anin bahkan ia merasakan sesak didadanya. Mengatai dirinya bodoh selama seminggu ini.

Satya menghentikan motornya tepat didepan rumah Anin, tanpa basa-basi ia langsung melangkahkan kakinya. Ia menghela napas perlahan sebelum akhirnya memberanikan diri memencet bel. Untuk kedua kalinya Satya memencet bel rumah Anin karena tidak ada tanggapan. Tak lama pintu terbuka namun Satya terlonjak kaget, bukan sosok Anin yang ada didepannya melainkan sosok lelaki yang sepertinya usianya lebih dewasa dari dirinya.

Dito memicingkan matanya, meneliti seseorang yang hanya diam memandanginya. Dito seperti mengenal orang ini, tapi ia juga merasakan asing disaat bersamaan. "cari siapa?" tanyanya.

Satya tergagap mendapati pertanyaan Dito "mmm... Anu" ucap Satya terbata "Aninnya ada?" tanyanya.

"lo Satya?" tanyanya. Tepat sekali saat itu Dito mengingat seseorang didepannya ini. Ia mengenal sebab Anin pernah mengirimnya beberapa foto Satya.

Satya mengangguk perlahan, bingung juga kenapa orang didepannya ini mengenal dirinya. Padahal Satya tidak pernah melihat dia sebelumnya.

"gue Andito, kakaknya Anin" ucapnya seraya menjulurkan tangannya. Satya menerima juluran tangan itu, sedikit gugup karna mengetahui sosok didepannya ini kakak dari Anin. "santai aja, tangan lo dingin banget" ucap Dito.

Satya merasakan kalau Dito tidak seserius yang ia pikirkan. Ia pikir Dito orang yang tegas atau bahkan galak, karna tidak ada senyum dari awal Satya melihatnya. Satya terkekeh geli, dan bertanya lagi "Aninnya ada kak?"

"panggil gue Dito aja" Dito membenarkan. "Aninnya pergi ke butik" lanjutnya.

Satya melemas, niat mau berbicara dan menjelaskan semuanya sepertinya tidak jadi.

"ada yang mau lo sampein untuk Anin?" tanya Dito. "biar nanti gue sampein ke Anin"

Satya menggeleng "gausah, besok gue balik lagi aja" kata Satya.

DEJA'VU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang