Siapapun akan memanfaatkan waktu libur sekolah untuk berleha-leha dirumah. Biasanya mereka-para pelajar- memanfaatkan waktu libur sekolah untuk tidur larut malam dan bangun siang hari, kebiasaan yang buruk namun itulah kenyataannya yang sampai sekarang masih terjadi.
Anin pikir, ia akan bisa melakukan itu pada hari minggu ini karna pada hari minggu belakangan ini jam tidur paginya selalu diganggu oleh Dito. Apalagi kalau bukan untuk menemaninya lari pagi, yang padahal Anin sendiri ogah-ogahan untuk lari.
Minggu paginya kali ini benar-benar berantakan, rencana tidurnya sampai siang hari tidak terlaksana dengan baik. Pelakunya adalah Satya, pagi-pagi sekali sudah datang kerumah Anin. Katanya minta diantar kesupermarket untuk membeli beberapa makanan. Entah apa maksudnya, Anin juga tidak mengerti.
"kamu masih lama Nin? Satya udah nunggu dibawah, kasian kelamaan" suara bundanya yang sedari tadi berteriakan dibalik pintu.
"10 menit lagi bun" ucapnya malas-malasan.
5 menit kemudian suara itu terdengar.
"Anindya Shamira!! Kasian Satya nunggunya kelamaan. Kamu sudah bangun kan?"
Nyatanya yang sedari ditunggu masih bergulat dengan guling, mengumpat dibalik selimut dengan mata yang masih tertutup sempurna. Semalam ia pulang jam 10 karna pergi makan bersama Satya, lalu dilanjutkan dengan telfonan dengan Adinda yang entah sampai jam berapa, Anin juga tidak sadar jam karna ia ketiduran sambil telfonan.
"kalo kamu gak keluar, Aku masuk ya" interupsi dari suara berat Satya membuat mata Anin terbuka lebar.
"berani masuk, ku pukul" ucapnya seraya bangun dari tidurnya.
"10 menit lagi tunggu dibawah, jangan berani minta kunci kamarku ke bunda"
Didepan pintu sana Satya hanya terkekeh mendengar peringatan Anin.
Anin masih terduduk dikasur, matanya mengerjap beberapa kali. Kalau bukan karna ucapan Satya tadi mungkin Anin sudah tertidur lagi. Matanya benar-benar susah terbuka, maunya tarik selimut lagi. Bahkan saat sekarang berjalan kekamar mandipun matanya tetap tertutup.
"diminum Sat tehnya" ucap Amira seraya meletakan segelas teh.
"makasi bunda" ucap Satya, tanpa sadar ia memanggil Amira dengan sebutan Bunda membuat Amira sedikit memekik kaget.
"Satya bolehkan panggilnya Bunda?" tanya Satya ketika menyadari ucapannya sebelumnya.
Amira sedikit terkekeh, lucu. Pikirnya, Untuk apa meminta izin toh juga selama ini ia sudah menganggap Satya sebagai anaknya sendiri "boleh dong. Maaf ya Aninnya lama bangun"
"iya gapapa bunda, Salah Satya juga si mau dateng gak janjian dulu"
"memangnya mau kemana?"
"supermarket bun, mau beli sayuran sama makanan soalnya nanti malem pada mau kumpul makan-makan"
Amira hanya mengangguk-angguk saja.
"nanti sama mama juga, mama yang suruh jemput Anin. Katanya mau masak ditemani Anin" lanjut Satya.
"sayangnya tante belum sempat buat sarapan, lain kali sarapan disini bareng ya" ucap Amira seraya tersenyum. Senyum yang menurut Satya sangat mirip dengan senyum Anin.
Satya menoleh ketika mendapati Anin yang berdiri tak jauh dari ruang tamu, walaupun sudah rapi tetapi tetap terlihat seperti seseorang yang belum bangun sepenuhnya.
Tanpa basa-basi Anin langsung terduduk dibangku single, tepatnya berhadapan dengan Satya. Anin menguap panjang, benar-benar masih merasakan kantuk berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA'VU [TAMAT]
Подростковая литература[FOLLOW DULU AKUNKU, BARU BACA CERITANYA] [TAMAT] Bagi Satya jatuh cinta itu sulit, bahkan siswi disekolahnya ia abaikan gitu saja, namun seketika semua itu berubah ketika ia bertemu dengan gadis polos ditaman belakang sekolah. Dan bodohnya ia malah...