Senna mengetukkan berkali-kali kakinya ke lantai. Menenangkan diri di kamar mandi setelah sebelumnya menyelesaikan semua pekerjaannya dan beralih ke toilet sebelum keluar dari gedung kantornya.
Dia menghitung kembali dalam hatinya. Enam ratus ribu, dia bisa mendapatkan empat juta kalau dia sudah melakukannya sebanyak berapa kali? Tujuh kali. Kalau tidak salah hitung.
Apa tadi katanya? Diluar BJ dan ttfk? Senna menelan ludah. Dulu dia pernah melakukannya. Hanya sebatas blowj*b. Dia tahu hal itu karena mantan pacarnya pernah memintanya melakukan hal itu. Yang satunya lagi?
Senna melirik ke dadanya. Mendesah pelan karena akhirnya merasa kecewa dengan ukuran payudaranya yang tidak seberapa. Kembali dia merutuki dalam hati betapa sialnya nasib seorang Senna Zalia.
Kembali dia berhitung. Kalau ditambah Bj, anggaplah seratus ribu. Dia bisa mendapatkan tujuh ratus ribu. Tapi dia harus mendapatkan empat juta dalam waktu dekat. Minimal minggu ini dia sudah mendapatkannya.
Perempuan itu meneguk ludah. Ternyata menjual diri tidak semahal yang dia bayangkan. Hanya cerita omong kosong semata. Nyatanya perempuan yang menjajakan diri ada yang dibayar hanya dua ratus ribu semalam.
Dia hampir saja menggebrak dinding pembatas toilet menyadari pilihan terakhir yang dia punya. Menjual keperawanannya.
Senna ingat salah satu temannya pernah berkata kalau masuk ke dalam mucikari tidak akan mudah. Sulit untuk keluar. Meminta pertolongan melalui teman juga percuma. Selama ini, Senna hanya punya satu teman, satu sahabat, dan perempuan itu sedang ada di pulau yang berbeda saat ini, sibuk dengan acara pernikahannya. Dan Senna tidak mau membebani sahabatnya dengan masalah miliknya.
Keluarga? Senna tidak yakin. Selama ini keluarganyalah yang dianggap paling berada di keluarga besarnya. Senna tidak mungkin membebani orang lain. Tapi uang untuk membayar hutang orang tuanya masih kurang empat juta.
Senna tidak mungkin meminta adiknya. Si bungsu Sandy masih sekolah jenjang pertama. Dan semua barang berharga sudah mereka jual dan gadaikan. Mengangkat hutang di bank sudah tidak mungkin karena tidak punya barang jaminan. Rentenir? Senna bahkan tidak tahu dimana bisa mendapatkan mereka.
Kalut. Mamanya sakit-sakitan, Papa juga. Sedangkan dia anak pertama dan semuanya dibebankan kepada Senna.
Perempuan itu bahkan sempat tidak sadar meneteskan air mata karena mengingat betapa sialnya dia hidup saat ini. Marah karena nasib Papa dan Mamanya yang membuat dia seperti ini, tapi juga merasa berdosa di detik berikutnya karena menyalahkan orang tuanya yang sudah bekerja keras menyekolahkan Senna sampai lulus. Dan menyesal karena tidak bisa menjadi yang lebih baik lagi.
Harusnya dia bisa menjadi manager di kantor. Tapi apa daya. Semua harus mulai dari bawah. Masalahnya, gaji kaum bawah dan masih training di kantor swasta sebagai sekertaris itu, tidak seberapa.
Untuk menutupi semua hutang orang tuanya dan segala macam, Senna sampai menjatuhkan pilihan terakhir seperti ini. Beberapa teman Senna yang sempat tidak sengaja Senna dengar obrolannya, mengatakan ada aplikasi sejenis anonim yang dibuat untuk mencurahkan isi hati. Pasalnya beberapa orang (termasuk teman Senna) menggunakannya untuk mendapatkan perempuan.
Kata mereka lebih terjamin. Tidak melalui mucikari dan biasanya anak sekolahan juga kuliahan. Aplikasi ini baru sehingga yang mendownload rata-rata hanya anak gaul atau orang-orang dengan tampan lumayan dan kantong lumayan yang kebanyakan waktu luang.
Perempuan itu menelan ludah. Menenangkan pikirannya dengan menanamkan sekali lagi kepada dirinya sambil bergumam
"Gak apa-apa. Cuma selaput dara doang, Sen. Demi nebus hutang. Supaya Sandy bisa sekolah, Mama nebus obat, Papa nebus obat. Lagian gak pake gigolo, kan..." Senna terkekeh sebentar, "Habis itu juga lo bisa hapus appnya, anonim ini. Aman... Mereka juga gak mau kan ketahuan ada affair ginian. Oke, Senna lo bisa" katanya setengah menangis
Senna melangkahkan kakinya keluar. Menuju lobby gedung dengan keyakinan dalam dirinya. Tolonglah, jangan menghujat Senna yang sedang berusaha hidup. Toh yang Senna punya hanya dirinya sendiri tempatnya bergantung. Mau bergantung sama siapa? Bank juga tidak mau membantu kalau tanpa jaminan. Teman? Oh, fuck friends, Senna tidak punya. Pacar? Boro-boro.