Setelah memastikan penampilan yang mengalami perombakan seadanya ala Senna, perempuan itu berjalan sambil berkali-kali menelan ludah. Senna ragu apakah keputusannya sudah benar atau tidak. Salah sebenarnya, tapi Senna benar-benar tidak ada pilihan lain. Dia butuh uang secepatnya. Dan hanya cara ini yang menyediakan dengan cepat.
Dua jam yang lalu Senna berkutat dengan alat mandinya. Memastikan sudah memangkas habis bulu-bulu halus yang tidak menarik. Kenapa juga dia harus kelebihan bulu begitu?
Senna semasa sekolah mendapat julukan anak gorila dan merupakan korban bully yang parah. Dia sampai tidak mau mengingat seperti apa masa sekolahnya. Makanya Senna tidak punya teman. Karena satu sekolahan dan beberapa orang tidak dikenal membully dirinya. Hanya karena bulu. Tuhan, Senna juga sepertinya tidak pernah minta kalau sampai bulu-bulu halus itu tumbuh bahkan sampai betis kaki dan punggungnya. Sumpah, sekujur tubuhnya penuh rambut halus.
Untungnya tadi dia sempat waxing. Bisa-bisa enam ratus ribunya melayang malam ini, kalau tidak dia singkirkan si bulu itu.
Senna berjalan dengan lambat. Degub jantungnya bahkan berdetak tidak normal.
Dia menghela nafas, "Just do it, Senna..."
Kembali Senna berpikir, dia sudah meminum pil kb. Membawa pil kontrasepsi dadakan yang bisa dia minum nanti. Kalau-kalau pil kb tidak bekerja. Pokoknya, dia sudah menyiapkan semuanya.
Senna menelan ludah. Jari telunjuknya memencet bel dengan ragu kemudian segera menunduk. "Senna, angkat kepala lo!" Gerutunya
"Lo..."
Senna mengangkat wajahnya. Mengerjap beberapa kali kemudian menggigit bibirnya, "Lo yang tadi mesen, kan?"
Cowok di depannya menaikkan satu alis, menjadikan daun pintu sebagai sandaran dan kemudian menganggukkan kepala.
Senna menelan ludah. Cowok di depannya ini, tidak ganteng. Sumpah, Senna merutuki diri karena kemungkinan cowok di depannya ini sangat beringas di atas ranjang. "Ini apartement lo?"
Cowok itu celingukan beberapa kali. Menarik Senna kemudian mengajak perempuan itu masuk. "Lama banget. Gue udah pusing dari tadi..."
"Wait!" Pekik Senna bertetapan ketika cowok yang membukakan pintu itu hampir saja menciumnya ketika mereka masih berada di koridor menuju ruang tamu. Ruang tamu? Apartement ini cukup luas ternyata.
"Apa? Kamar? Oke gue lupa..." cowok itu berjalan menuju arah lain dan Senna mengikutinya, "Gue udah terlalu pusing nahan semua ini. Maklum, adek gue udah lama gak masuk ke sangkarnya..."
Senna mengernyit. Tapi kemudian mengerjap ketika cowok itu membuka satu pintu dan menampakkan isinya.
Sebuah kamar dengan aroma pinus. Pinus?! Senna kembali mengerjap.
"Gue... Baru pertama kali..." ucap Senna dengan tiba-tiba ketika matanya menangkap cowok tadi membuka kausnya. Sepertinya dia diabaikan.
Laki-laki itu mendekati Senna dan kemudian menariknya. Melepaskan outer kimono Senna dengan mudah dan mengecup bahu Senna. Menjalar menuju leher hingga bibir kecil Senna seiring dengan berbaringnya tubuh perempuan itu di atas kasur.
Tangan laki-laki itu mengambil alih tangan Senna yang bebas menuntunnya menuju bukti gairah pria itu. Senna sempat melenguh merasakannya tetapi tidak banyak yang bisa dia lakukan selain membalas ciuman panas cowok diatasnya ini.
Senna mencium laki-laki itu dengan rakus. Tangannya masih setia memijat bukti kejantanan pria itu yang mengeras sementara tangan lainnya menyisir halus rambut yang berantakan milik cowok itu. Oh, Senna mengutuk betapa mudahnya dirinya termakan nafsu seperti ini. Tapi demi Tuhan, ada sensai nikmat tersendiri ketika jari-jemari cowok itu memijatnya, dibawah sana.
"You're wet down here babe..." bisik laki-laki itu
Senna mengernyitkan keningnya. Tidak mengerti apa yang telah terjadi sampai akhirnya dia nyaris memekik kesakitan menahan perih di bagian bawah tubuhnya.
Cowok itu berhenti. Menatap dengan kening berkerut kepada perempuan yang meringis di bawahnya. Melirik ke jari tangannya yang terdapat noda merah dengan sedikit bingung. "Lo perawan?!"
Senna menggigit bibirnya.
"Damn... Pantes sempit banget!" cowok itu langsung duduk begitu saja dan menatap Senna dengan nafas yang tersengal, "Jadi maksud lo pertama kali..."
Senna yang juga sudah duduk hanya bisa mengangguk.
Cowok itu menggaruk kepalanya, "Eee hm... Ah, Damn it! Lo butuh duit?"
Sekali lagi perempuan itu mengangguk, "Please..."
"Ah, kampret! Kayaknya gue sial banget hari ini. Gue gak tau gue beruntung dapet virgin malem ini tapi gue lagi tegang dan bayar lo bikin dompet gue tipis..."
"Gue tambah Bj..."
Cowok itu menoleh sambil menaikkan satu alisnya. Cukup lama dia memperhatikan Senna dari atas sampai bawah, "Hm..."
"Gue butuh duit banget..."
"Hm..."
Senna menelan ludah, terpaksa dia mengulurkan satu tangannya dan kemudian menarik leher laki-laki itu, mencari bibirnya dan melumat dengan segala gairah yang dia miliki. "Please..."
"Gue gak janji main lembut ya, gue udah pusing banget..."