24

13.8K 1.3K 46
                                    

Sungguh permasalahan anak remaja yang membuat Senna pusing. Ada-ada saja anak perempuan bernama Dian yang tadi menjambak rambut Febi. Hanya karena perkara Sandy adiknya, mereka bertengkar memalukan di supermarket.

"Jadi Diani itu mikir kalo lo cewek selingkuhannya Sandy?"

Dengan Diani yang tadi sudah dijemput orang tuanya, mereka berempat duduk di dalam mobil Sean yang Ares kemudikan. Lebih tepatnya mereka akan mengantar Sandy pulang setelah mendengar penuturan perkara peristiwa yang baru saja terjadi.

Febi mengangguk sebagai jawaban. "Iya, gara-gara kemaren pas gue lagi ambil duit di cecunguk ini, calon adek ipar lo itu ngeliat dari jauh..."

Senna menoleh kepada adiknya meminta penjelasan

Adiknya menghela nafas, "Diani emang cemburuan, Kak. Gitulah, pokoknya..."

Sementara Ares hanya menyandarkan sikunya ke jendela samping dan memegangi sudut bibirnya. Sepertinya tadi Febi tidak sengaja menyikutnya dan membuat bibirnya robek sedikit. Membuat Ares lebih memilih diam dibanding bicara ketika sedang menyetir.

"Kakak, kenal sama mereka?"

Membatu. Senna diam, Ares hanya melirik dari kaca tengah sementara Febi memilih membuang pandangannya ke luar jendela, berpura-pura mencari pemandangan lain yang tidak berarti.

Tahu kalau dia harus berbohong dan adiknya pasti akan menyelidiki sendiri, lebih baik dia mengatakan apa yang sebenarnya. "Kakak jadi pengasuhnya mereka, makanya dapet gaji tambahan..."

"Oh..." Sandy menganggukkan kepalanya beberapa kali sampai kemudian sadar maksud ucapan kakaknya dan melotot, "Hah? Please deh, kak. Jangan boong, mereka seumuran Sandy, masa iya masih pake pengasuh..."

Febi yang mendengar alasan macam seperti itu hanya bisa mengulum bibirnya menahan tawa. Gila itu Senna, kurang jago bohong. Padahal sudah bergaul sama Papanya. Tapi masih saja tidak bisa mengatakan alasan yang benar.

Senna menghela nafas. Faktanya, dirinya memang mengasuh kedua anak Sean ini. "Serius, kebetulan Papanya mereka sepupunya atasan kakak. Dimintain tolong yang pas kakak butuh duit. Udah, deh..."

Anak laki-laki itu mencoba mengerti. Memang dia pernah mendengar sekilas mengenai background keluarga Ares. Atau Ariesta lebih tepatnya. Anak laki-laki yang notabene satu angkatan dengannya itu memang memiliki hubungan kekeluargaan yang rumit. Tapi Sandy tidak menyangka kalau kakaknya yang harus mengurusi dua preman macam Febi dan Ares.

"Jadi gitu ceritanya kenapa kakak punya duit tambahan..." jelas Senna kembali

"Oh, ya, senyaman kakak aja..." Sandy menganggukkan kepalanya

Anak kembar yang mendengar percakapan itu hanya bisa melirik satu sama lain memberikan tatapan bingung. Mereka tidak ingin terlalu ikut campur. Tapi tidak tega juga ikut membohongi Sandy yang terlihat sangat baik itu. Hanya saja, mereka lebih memilih diam karena Senna sendiri bukan siapa-siapa untuk mereka. Hanya perempuan yang membuat Papa mereka semakin tidak jelas saja hidupnya.

Febi memutuskan mengambil ponselnya dan menyalakan musik. Sementara Ares, kembali menyetir dengan diam karena sudut bibir yang masih berkedut.

...

"Makan kalian. Hari ini Papa kalian ada meeting sampe gak tau jam berapa ke Empire..." jelas Senna

Febi, anak gadis itu memutari meja makan dengan malas kemudian mengambil piring lalu menyendokkan nasi

Senna memperhatikan sekilas anak perempuan yang sepertinya masih tidak enak hati setelah peristiwa tadi sore. Matanya tertuju pada lengan Febi yang sepertinya masih melepuh karena bekas cakaran.

Wanita itu memutuskan mengambil salep yang tadi dia beli tidak sengaja ketika melewati apotik di lantai bawah. Mengambil duduk di sebelah Febi setelah sebelumnya meletakkan tumblr disamping kanan anak perempuan itu.

"Siniin dulu tangannya,,,"

"Apaan sih, mbak?" Febi memprotes dengan menatap kesal dan meletakkan sendoknya, tapi perempuan simpanan Papanya ini malah sibuk membuka sesuatu dan mengoleskannya ke tangan Febi sampai dia meringis, "Sakit tau!"

"Diem, Ih! Marah-marah terus nanti keriput cepet tua kayak bokap lo..."

Febi mendesis. Menatap tajam dan melihat kalau perempuan itu sudah selesai mengoleskan salep kepada lengannya, "Oh, lecet..."

"Hm..." Senna menunjuk tumblr disebelah anak perempuan itu dan berkata, "Kata Sean... Hm..." Senna meralat ucapannya, "Kata Papa lo, lo mau dapet, kan? Itu isinya air kelapa muda. Bagus buat haid..."

Lalu perempuan itu pergi begitu saja membawa nampan ditangannya menuju ruang tengah meninggalkan Febi yang melirik kebingungan.

Senna berhenti dan duduk di pinggiran Sofa yang Ares tempati. Anak laki-laki itu sedang memejamkan mata. Senna berdehem kemudian melihat Ares membuka mata dengan tatapan bertanya yang kesal.

"Makan..." kata Senna setengah memerintah, "Lo tau gak sih, gue udah capek-capek masak nih, lo pada gak mau makan? Kesel tau gue..."

Ares bangkit dari duduknya. Dia juga lapar sebenarnya, tapi dia sedang tidak bisa memakan makanan yang berat. Mulutnya sakit.

Perempuan itu memegangi wajah Ares dan meneliti dengan seksama tidak menyadari anak laki-laki itu terkejut karena ulahnya. Senna tidak banyak bicara kemudian mengambil kapas yang ada dinampan dan menekan-nekan sudut bibir Ares.

"Ssh..." Ares meringis hendak memprotes tapi perempuan itu sudah lebih dulu mengambil salep dan memolesi sudut bibirnya. "Hm..."

Senna menghela nafas, "Makan, ya..."

Ares tidak menjawab. Lebih tepatnya terlalu kaget dengan nada bicara Senna yang memintanya makan dengan nada uh... peduli?

"Yah, nasinya emang gak pulen sih. Lembek malah, tapi lo lagi gak bisa banyak ngunyah, kan? Dagingnya juga udah empuk. Udah..."

Anak laki-laki itu menatap dengan seksama. Ketika Senna akan bangkit dari duduknya, Ares menahan lengan perempuan itu lalu bertanya, "Lo..."

Senna menaikkan kedua alisnya sebagai tanda kalau dia bertanya

Ares menelan ludah, "Lo virginnya sama bokap gue, ya?"

DEG! Seketika Senna melotot dibuatnya. "Ares!"

Anak laki-laki itu menaikkan satu sudut bibirnya. "Bego..."

IFMJIYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang