Siapa bilang Sean kabur? Dia masih tertahan di kedutaan perihal visa dan juga passportnya. Penahanan dirinya yang tidak diijinkan kembali ke Indonesia membuat urusannya ke kedutaan semakin lama.
Gila. Baru juga dia berangkat beberapa hari, anaknya yang tengil itu mengupdate sebuah video dan cerita mengenai curahan hati Febi. Bagaimana dia tahu? Sean membuat salah satu akun palsu untuk mengikuti perkembangan kedua anaknya. Dan karena hal itu, dia sampai nyaris serangan jantung karena semua berita yang tiba-tiba saja menyeret namanya juga Senna.
Hal pertama yang ada dipikirannya adalah Papanya. Datu Rahdian Kartodiningrat pasti akan membunuhnya. Beliau begitu terhormat di mata Sean dan karena Sean pernah melakukan kesalahan di masa lalu yang mengakibatkan dirinya tidak dianggap anak lagi. Pria itu menjadi lebih khawatir dengan Papanya sekarang. Oh, Sean pernah bilang kalau dia kaya raya? Benar, Papanya itu nyaris menguasai segalanya. Menyingkirkan Sean agar tidak bisa kembali ke Indonesia, bisa dilakukan pria itu hanya dengan menjentikkan jarinya saja.
Hak asuh kedua anaknya adalah yang menjadi beban pikiran Sean. Anak kembarnya pasti tidak akan diijinkan bertemu dengan dirinya karena ibu kedua anak itu sudah pasti akan sangat marah mengetahui apa yang dia lakukan selama ini. Apalagi dalam catatan Febi jelas menyebutkan kalau dia membawa perempuan ke dalam apartementnya dan mengenal Febi juga Ares.
Yang terakhir dan yang paling dia khawatirkan adalah Senna. Perempuan itu yang sudah pasti akan kehilangan tunangannya dan keluarga perempuan itu. Sean tidak masalah kalau Papanya hanya marah kepada dirinya tapi pria itu pasti akan mengusik Senna juga keluarganya. Terlebih sekarang semua skandal mengenai dirinya muncul kepermukaan dan menyeret nama Papanya.
Oh, matilah sudah dia.
Dan apa?! Dia tidak diijinkan kembali ke Indonesia? Papanya sudah gila. Dia? Bisa lebih gila lagi kalau sampai Papanya itu melakukan hal-hal yang dia takutkan. Memukul Febi misalnya. Karena pria paruh baya itu jelas tidak menyukai kedua cucunya.
Mertua adiknya dengan sukarela membantu Sean karena pria itu datang dan meminta pertolongan untuk mengurus administrasi yang diinginkan kantor kedutaan. Bersyukur karena adiknya itu memiliki mertua yang sangat berpikiran terbuka.
"Sean, kamu bisa ke Singapura sementara ini. Karena kemungkinan besar mereka gak bisa menangkap kamu di sana..."
Sean mencerna maksud ucapan ibu mertua adiknya dengan seksama. "Maksud Tante?"
Ayah mertua adiknya mengambil alih pembicaraan dengan mengeluarkan tabletnya dan menunjukkan berita mengenai kasus pelaporan tindakan asusila yang berkaitan dengan Senna
Sean mengeraskan rahangnya ketika membaca kalau dirinya harus diperiksa untuk aksi pornografi. Sumpah dia akan menempeleng Ares juga Febi karena rekaman sialan yang harusnya sudah kedua anak itu hapus
"Tapi Lutfi sudah urus semuanya. Tenang aja, ini cuma aksi cari sensasi supaya kelihatan kalau ada undang-undang itu..." jelas Ayah mertua adiknya
"Ini sengaja buat jelek-jelekin nama Papa, kan? Biar kalo gak jadi presiden, jadi menteri juga gagal..." Sean menaikkan satu alisnya memastikan
Ibu mertua adiknya kemudian bicara lagi dengan nada yang lebih lembut, "Iya..." wanita itu menghela nafas, "Kamu udah hubungi keluarga kamu?"
Sean menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Cuma Lutfi yang bisa dihubungin, tapi kalo aku kasih kabar dia pasti langsung suruh aku pulang..."
Pasangan suami istri itu mengangguk. Kemudian ayah mertua adiknya mengangkat kembali pembicaraan, "Perempuan yang ada di video sama kamu itu?"
"Dia gak ada sangkut pautnya sama masalah ini..." kata Sean dengan tegas
...
"Eh, orang gila! Kemana aja lo, setan! Gue ini kena amarah bahaya bokap nyokap lo sama keluarga besar kita! Eyang sampe masuk rumah sakit gara-gara cucu bujangnya kena masalah"
Sean merubah mode hpnya menjadi speaker dan mengetuk-ngetuk meja didepannya. Sudah jelas kalau Eyangnya akan jantungan. Ini kali kedua Sean membuat perempuan lanjut usia itu marah, pertama karena dia mengadopsi Ares juga Febi. Kedua adalah video skandal diapartementnya sendiri.
"Man, lo balik lusa depan. Gue gak mau tau, birokrasi apalah itu, Bokap yang urus ngomong sama Bokap lo"
"Bentar-bentar..." Sean menghela nafasnya, "Kenapa gue harus balik juga? Enak disini..."
Suara decakan lidah Lutfi terdengar begitu keras dan kemudian pria itu menaikkan volume suaranya, "Eh, sableng. Seenggaknya lo konfirmasi, lo anaknya Datu Rahdian Kartodiningrat apa bukan! Lo beneran dibuang bokap lo kagak?! Gila ini orang..."
"Itu sih, gak usah ditanya juga gue bakalan bilang kalo gue gak ada hubungan kekeluargaan sama mereka. Gue kan anak bokap nyokap lo..." Sean terkekeh dengan bahagia menjawab Lutfi yang sepertinya semakin dongkol dengan dirinya
"Wah. Minta diseleding. Tapi lo baliklah, itu Senna gak jadi kawin gara-gara lo. Dia keluar dari kerjaan. Sekarang ada orang mau nuntut dia. Lo mah enak, ada duit, ada gue, ada bapak Datu yang urusin..."
Sean terdiam. Iya juga. Senna pasti sedang tertekan. Perempuan itu anak polos. Sean yang sudah menodainya. Dan pria itu merasa bersalah sangat besar kepada Senna karena kedua anaknya yang membuat mereka menjadi seperti ini.
"Lo pulang, lo tanggung jawab soal Senna yang namanya udah rusak gara-gara anak lo. Jangan lo pikir gue gak tau itu anak kandung lo, njir. Balik kalo mau penjelasan dari gue!"
"LUT LO TAU DARIMANA?! ELAH PAKE DIMATIIN TELFON GUE!!! LUT!"
..
.
.
.
.Tuh Sean gak kanur tp di depak sama bokapnya sendiri