"Gue juga mau bikin uda-uda gosip. Lagian ya, Feb. Gue masi gak abis pikir kenapa sih pada repot banget ngurisin rumah tangga orang... Like duh, ya..."
"Loh, Res..." Febi memotong ucapan adiknya, "Ini tuh sebagai contoh karena mereka public figure. Lagian kenapa lo pikirin sih? Emang ngaruh buat uang jajan lo? Gak, kan?"
"Nice..." Ares mengacungkan ibu jarinya sambil kembali memeluk guling dan berkutat dengan gadget dan permen karetnya, "Bacot-bacot. Gue cuma mau ngasih tau lo jangan kebanyakan stalk akun unyi unyi gosyip..."
"Ih, kan suka-suka gue. Lagian lo ngapain sih dirumah mulu? Keluar kek lo, kemana kek..."
Senna memijit keningnya. Biasanya hanya ada suara erangan dirinya dan Sean di apartement ini. Kini ada suara perdebatan dua anak remaja yang sedari tadi membahas masalah akun pergosipan yang Febi follow.
Ares kembali mengutarakan alasannya kenapa dia tidak kemana-mana malam ini. Sebenarnya Senna bisa menebak dengan mudah. Febi sangat kangen dengan Sean, begitu juga Ares. Tapi memang ego anak remaja itu besar, sehingga mereka berdua lebih memilih alasan konyol seperti malas kena macet agar bisa berada di apartement Sean malam ini.
Sementara Sean baru saja keluar dari kamar mandi dan menghampiri Senna yang menatapi kedua anaknya. "Oh, mereka emang suka berantem begitu... Maklum, baru tau punya sodara pas mereka kelas lima sd..."
"Hah?" Senna menoleh dengan kaget, "Maksudnya? Jadi mereka gimana sih? Lo sama Mamanya anak lo misahin mereka gitu?"
Sean meringis, "Secara gak langsung sih, ya. Lo tau, kan? Punya mereka waktu itu bikin gue bingung. Lo pikir gue jago bikin lo klimaks gara-gara gue main dari jaman sma?"
Senna menghela nafas. "Iya-iya. Tapi apa lo gak mikir gitu waktu itu?"
"Ya, mana gue tau, Sen. Kalo sex itu buat ngasilin anak. Kan pelajaran reproduksi baru sma sih..."
Senna mengangguk setuju. "Terus gimana bisa?"
"Ya, orang tua Mamanya anak-anak inisiatif kasih ke panti asuhan. Mereka diangkat anak sama orang..." Sean menimbang apakah dia harus melanjutkan cerita atau tidak. Namun akhirnya lebih memilih untuk berkata kepada Senna seolah memberi batas informasi kepada perempuan itu, "Intinya sekarang mereka balik jadi anak gue..."
Senna tidak banyak menuntut penjelasan. Buat apa juga dia mengetahui rahasia Sean. Yang terpenting minggu ini dia akan dapat gaji tambahan karena mengurus dua anak Sean. Perempuan itu termenung sejenak.
Pikirannya menerawang mengingat adik semata wayangnya yang belum mengabari apapun. Melihat Ares dan Febi yang sekarang sudah saling melotot karena kesal, membuat Senna mengkhawatirkan adiknya.
"Kenapa lo?" Sean menepuk lengan perempuan itu, "Ngayal bikin skenario FTV soal hidup gue ya? Gak apa-apa, kok. Santai..."
"Lo kalo gak ganas suka garing, deh..." Senna menyerahkan piringan ikan goreng kepada Sean, "Nih, kasi makan anak lo..."
"Sip. Abis itu kita cabut ke hotel..."
"Sumpah ini bapak-bapak mesum banget wooooyyy" Teriak Ares kepada Sean yang kemudian menatap tajam anaknya
...
Senna sudah terbiasa begini sekarang. Kadang dia memikirkan uang membayar kosannya sangat sia-sia karena dia lebih sering bersama Sean menghabiskan waktu untuk memuja tubuh satu sama lain.
Masalah pekerjaan di kantor tidak seberapa. Senna bahkan menghandlenya dengan baik. Sudah beberapa hari ini Senna memperhatikan salah satu anak Sean yang agak pendiam. Anak gadis itu akan mengunci diri di kamar ketika waktu tidur tiba.
Ares yang melirik dari ekor matanya ketika Senna menatap jauh ke kamar saudara kembarnya, berdehem untuk menegur perempuan itu. "Jangan diliatin, jangan nanya, jangan ikut campur. Gue sama sodara gue juga gak ikut campur urusan lo sama Papah..."
Senna menoleh kepada Ares. Benar juga. Walaupun ada kedua anak itu, urusan ranjangnya dengan Sean tidak pernah terganggu. Bahkan kedua anak itu tidak pernah bertanya padanya macam-macam. Ketika bertemu mereka akan lebih seperti penghuni kos-kosan yang hanya saling membutuhkan ketika mencari makanan. Selebihnya, Ares dan Febi akan sibuk berdebat satu sama lain.
"Woy, mbak..." tegur Ares yang kini sudah berdiri di samping Senna, mengambil selembar roti dan menggigitnya. "Laen kali kalo abis maen, tuh ditutupin kek ilangin kek, gue sama kakak gue masih dibawah umut nih"
Senna menutup lehernya yang ditunjuk oleh Ares. Kembali malu karena hasil perbuatan Sean kepada dirinya
Anak laki-laki itu terkekeh, "Gila tuh bapak-bapak. Anak udah dua masih aja suka maen gila..." dia mengambil dua lembar roti lagi dengan rapi memotongi pinggiran roti itu dan meletakkannya di piring. "Woy mbak, gue punya penawaran asik buat lo..."
"Apa?" Tanya Senna dengan antusias
...
Gara2 ini, inside out jd paling atas mulu dibagian editing padahal dibuka jg enggak :(
Btw ini udah part segini aja, padahal niatnya ditamatin part 17...................
*lalu vakum sampe waktu yg tidak ditentukan*