7

23.1K 1.8K 25
                                    

"Bapak..." Senna menoleh kepada Lutfi yang melongo, "Nasi padang, kan?"

Lutfi kembali menoleh kepada Senna, "Ck, udah kamu jangan dengerin. Dia suka ngaco kalo kelaparan. Beliin yang kayak saya aja ya, tapi kalo ada OB, minta tolong OB aja. Biasanya sih gitu..."

Senna menelan ludah. Sekarang dia berharap kalau pria itu tidak mengatakan apa-apa kepada bosnya mengingat kata Vita mereka suka bergosip. Mati sudah. "Eh, iya pak. Permisi..."

Setelah Senna menutup pintu, Lutfi kembali duduk dan melirik sepupunya. Pria itu sekarang sudah manggut-manggut sambil tersenyum. "Jangan gangguin pegawai gue..."

"Ck..." Sean menganggukkan kepala, "Anak bagus tuh, jangan dipecat ya? Berguna buat nusa dan bangsa..."

"Lo naksir?" Lutfi mengernyit. "Lo orang ke sembilan yang naksir dia di kantor. Jangan ikutan. Masih muda tuh..."

"Oh, iya? Gue gak naksir. Cuma akhirnya kantor lo ada penyegaran aja. Yang kemaren kan kayak bebek gitu. Ih, kok tumben bener nerima pegawai?"

Lutfi mengedikkan bahu. "Fresh graduate dia, makanya jadi bawahan gue. Kan gue masih segar..."

"Palalu, Fi..." Sean berbaring kembali. Mengangkat satu kakinya dan menaikkan ke sandaran sofa, "Kantor lo gue nobatkan sebagai tempat bobo siang gue mulai dari sekarang..."

"Terserah..." Lutfi kembali melanjutkan makannya. "Asal gak lo godain asisten gue, Se"

...

Mampus. Senna kembali mengutuk dalam hati. Bisa-bisanya cowok itu berada di gedung yang sama dengan dirinya? Sepupu pak Lutfi, yang notabene bosnya. Mana dirinya bekerja di sana belum satu bulan dan belum memenuhi masa training.

Senna memberengut kembali di depan layar laptopnya. Padahal bekerja disini sudah enak. Dan Senna merasa nyaman karena lingkungan kerjanya nyaman. Pak Lutfi juga tidak terlalu sibuk jadi dia tidak terlalu banyak pekerjaan.

Perempuan itu menghela nafas. Mencoba berpikiran positif. Toh mereka hanya melakukan sekali, kan? Tidak mungkin juga akan ada lain kali.

Senna menjedukkan begitu saja kepalanya ke meja.

"Bego banget, Senna..."

Getaran hp di mejanya membuat Senna meraih benda pipih itu kemudian mengernyit seketika. Sebuah pesan masuk ke chatnya dan Senna melongo kembali membaca notifikasi itu.

Ananda Seanno added you as a friend

Ananda Seanno: Tenang aja gue gak bacot kok soal kemaren
Ananda Seanno: Btw lo kalo butuh duit lagi bilang ya
Ananda Seanno: sip

Senna menganga kembali. Melirik tajam ke dalam ruangan bosnya yang terdengar suara omelan Lutfi entah karena apa. Perempuan itu yakin mereka sedang membicarakan dirinya. Senna memberengut ketika mengingatnya.

Harus tahan sampai masa trainingnya selesai. Baiklah. Senna akan mencoba menebalkan muka ketika bertemu dengan Sean juga Lutfi. Bagaimanapun juga, Sean sudah berbaik hati membayarnya semahal itu.

Senna Azalia: Maaf ya pak, makasih ya pak
Senna Azalia: Iya pak, tapi ini rahasia kita kan, pak?

Senna mengetukkan jarinya dengan cepat. Sesekali menggigit bibirnya karena bingung. Dan beberapa kali melirik ke ruangan Lutfi

Ananda Seanno: Bisa diatur
Ananda Seanno: Jangan manggil Pak, dong, gue belom tua kayak bos lo
Ananda Seanno: Nanti malem gue butuh lo

Perempuan itu termangu. Sumpah laki-laki ini, mudah sekali kalau bicara. Senna sampai menghela nafas memijit kepalanya.

Senna Azalia: Mau ngapain?
Senna Azalia: Kayak kemaren?

Senna mengetukkan jarinya. Dia hanya berpikir untuk apa dia menanyakan hal semacam itu jika jawabannya sudah jelas kalau Sean hanya akan menggunakan tubuhnya.

Tunggu.

Maksud Senna, menggunakan jasanya untuk memberi kebahagiaan batin tersendiri kepada Sean. Menggunakan tubuh terdengar begitu kasar untuknya. Dia mencoba mengganti kata-kata itu dengan yang sedikit lebih baik.

Ananda Seano: Yoi
Ananda Seano: Tenang aja gue bayar
Ananda Seano: Tapi gak sebanyak kemaren
Ananda Seano: Mau gak?

Senna mengambil waktu untuk berpikir. Dia menerawang jauh sampai kemudian kembali mengingat kalau dia masih membutuhkan uang. Persetan, perawannya sudah hilang. Dan dunia itu keras. Hanya Sean ini dan dia berjanji tidak akan melakukan dengan laki-laki selain Sean.

Senna Azalia: Oke

Ananda Seano: Sip
Ananda Seano: Tempat gue, kayak kemaren

IFMJIYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang