"Maaf kalau saya datangnya lama. Bukan maksud saya melarikan diri, Om, Tante..." Sean menelan ludahnya. "Tapi memang beberapa keadaan mendesak, saya baru bisa kemari..."
Kedua orang tua Senna menatap tajam pria di depan mereka. Ananda Seanno yang masih menjadi perbincangan publik karena status pria itu sebagai anak dari salah satu mantan pejabat ternama di Indonesia. Dan tidak lain merupakan pria yang menyebabkan skandal ini heboh.
Papa Senna hanya menghela nafas pendek.
Melihat respon datar yang didapatkannya, Sean kemudian menjelaskan kembali kepada dua orang di depannya. "Saya mau minta maaf sebesar-besarnya..." pria itu menghela nafas dan menatap kepada mata Papa Senna, "Maaf karena sudah membuat keluarga Om, menanggung apa yang saya perbuat..."
Pria paruh baya di depannya diam. Papa Senna tahu, dari ucapan Sean, pria itu benar-benar tulus dan merasa bersalah atas apa yang telah terjadi kepada putrinya dan juga keluarga mereka.
"Saya yang menawarkan Senna..." Sean menelan ludah kembali, pria itu menunduk kemudian, "Saya yang sudah membuka jalan ke Senna..."
Ibu perempuan itu menatap Sean dengan tajam dan kemudian berdecak. "Kamu pikir maaf kamu bisa memperbaiki semuanya?"
Sean mengangkat wajahnya. Dia menelan ludah karena ibunda Senna sama sekali tidak terlihat ramah kepada dirinya. Sean tahu diri juga, mana ada ibu yang mau bertemu dengan orang yang merusak anaknya
"Anda punya anak perempuan, bagaimana kalau hal yang sama menimpa Anda?"
"Saya..." Sean terdiam. Dia menunduk karena tidak tahu harus menjawab bagaimana pertanyaan ibu perempuan itu
Papa Senna menganggukkan kepalanya. Beliau menahan kesabarannya sudah cukup lama dan kemudian menemukan pria yang... Bagaimana mengatakannya? Anaknya menjual diri, pria di depannya ini membeli anaknya. Dan kalau dia logika kembali, anaknya bisa saja melakukan hal tersebut berulang kali dengan pria lain yang bahkan tidak dikenali dan mengalami tindak kekerasan. Atau lebih parah, terlibat dengan germo dan mucikari.
Tapi, Papa Senna menahan emosinya sesaat mengingat pria di depannya ini. Jujur saja beliau ingin memukul Sean tepat di wajah pria itu. "Apa alasan anda melakukan hal itu kepada putri kami?"
Sean mengangkat wajahnya kembali. Dia nyaris menahan nafas tapi kemudian berpikir sejenak. Orang tua Senna harus tahu kejadian sebenarnya agar setidaknya masalah mereka tidak terlalu rumit.
Mama Senna mendelik kepada suaminya, tapi pria itu hanya menganggukkan kepala meminta istrinya agar diam
"Awalnya..." Sean bergantian menatap sepasang suami istri di depannya, "Saya kenal sama Senna dari dunia maya. Ya. Senna sudah bilang dia masih, maaf, masih gadis. Tapi saya tetap melakukannya karena saya sudah membayar Senna..." Sean tahu kalau dia sedikit berbohong tapi kemudian dia memilih melanjutkan ceritanya, "Setelah itu saya bertemu kembali tanpa sengaja sama Senna, di kantor sepupu saya. Saya yang menawarkan Senna untuk hm..."
"Melayani nafsu bejat kamu?" Mama Senna bertanya, bukan, lebih tepatnya melengkapi kalimat Sean yang terputus dengan nada sinis
"Maaf, Tante" pria itu menunduk, "Soal video itu, memang tidak sengaja terekam anak saya. Tapi kami sudah pastikan kalau waktu itu sudah dihapus..."
Mama Senna berdecak dengan kesal. Dia tidak habis pikir dengan Sean yang notabene sudah memiliki anak dan tidak dewasa sama sekali. "Boleh saya tahu kenapa anak anda bisa merekamnya?"
Pria itu mengangkat wajahnya, ada gurat bersalah di sana yang tak bisa Sean jelaskan ketika menatap Mama dan Papa Senna. "Maaf, tante. Tapi itu masalah pribadi saya. Anak-anak datang tanpa pemberitahuan..."
Papa menganggukkan kepalanya. "Lalu?"
Sean menaikkan satu alisnya, "Kami sudah selesaikan masalahnya berempat waktu itu. Senna setuju akhirnya menjadi asisten saya sekaligus"
Pasangan suami istri itu menghela nafas cukup panjang. Mereka berpandangan cukup lama sampai akhirnya Papa kembali menatap Sean.
"Saya kemari juga ingin minta maaf ke Senna, Om" jelas Sean dengan agak gugup
Pria paruh baya itu hanya bisa menghela nafas. "Senna sudah keluar dari rumah..."
Sean terkejut. Dia menghela nafas dan mengalihkan pandangannya mencoba berpikir. Tidak ingin ikut campur karena jelas itu masalah pribadi keluarga Senna. Tapi sumber permasalahan ada pada dirinya.
"Buat apa cari Senna? Mau kayak kemaren lagi?" Kembali Mama Senna bertanya dengan nada sinis juga ketus kepada Sean
Pria itu memandang ibu paruh baya di depannya dengan bingung. Pertama, dia tidak tahu harus menjawab apa. Kedua, kenapa dia harus repot-repot mencari Senna.
"Saya gak mau anak saya ketemu lagi sama anda..." jelas ibunda Senna dengan melipat kedua tangannya, "Kalau memang mau ketemu Senna, nikahi Senna"
Baik Sean, maupun Papa Senna agaknya terkejut dengan ucapan wanita itu. Mama Senna terlihat menaikkan satu alisnya dan seperti menantang Sean.
Cukup lama Sean menguasai dirinya sampai akhirnya dia mengalihkan pandangannya kembali dan berpikir. Menikah? Sean tidak ingin menikah. Belum ingin. Terlalu banyak pikiran yang membayanginya sekarang.
Papa Senna menganggukkan kepalanya lalu mengetuk kaca meja di depannya sehingga perhatian Sean teralih kepada dirinya, "Bagaimana?"
Sean menarik nafasnya, dia menatap lurus kepada mata pria paruh baya yang juga menunggu jawabannya. Pria itu menelan ludah dengan susah payah, "Maaf saya gak bisa, Om" jawab Sean dengan tegas dan tanpa ragu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Btw kemaren eror ya wattpad. Oh iya bentar lagi pisah sama Sean Senna nih (trus aku menghilang agar tyda supaya ditodong)
Itu diatas sisa bab buat Jakarta ya gaes. Abis itu kita ketemu di Vienna, Shanghai, Newyork (buset dah kek keluar negeri aja kita ni) dll ya