Setelah mengusir sebentar pusat permasalahannya dan menyelesaikan urusannya dengan Senna, mereka sudah duduk di ruang tengah dalam keadaan sangat canggung.
Ada empat buah koper yang Senna pandangi bergantian dengan dua anak sekolah di depannya. Tadi anak lelaki ini ternyata sudah berdiri bersandar di tembok ruang makan dan melihat dirinya juga Sean melakukan kegiatan favorit mereka. Bahkan anak itu dengan santainya memainkan ponsel ketika Senna menyadari keberadaan anak laki-laki itu.
Keduanya, mirip Sean.
"Ini Ares..." tunjuk Sean kepada anak laki-laki yang mengunyah permen di depan mereka, lalu beralih kepada gadis cantik di sebelahnya, "Ini Febi..." Sean lalu menatap Senna yang sepertinya kebingungan dengan kehadiran dua anak sekolah ini, "Mereka kembar..."
Gadis bernama Febi didepannya, tampaknya baru saja pulang sekolah karena masih menggunakan seragamnya. Memandang naik turun dan bergantian kepada Sean juga Senna.
Ares menyipitkan matanya, "Kita ngungsi, Pah. You know..." anak laki-laki itu mengibaskan tangannya beberapa kali, "Jadi buat sementara jangan aneh-aneh kalo ada kita..."
"Dan ini... Anak...?" Senna menoleh takut-takut kepada Sean
"Anak gue..." Sean memandang kesal kepada Ares yang tersenyum licik kepada dirinya. "Yah, mereka anak gue. Anak kandung. Jangan lo pikirin ntar sakit kepala..."
Senna menganga ditempatnya. Bagaimana mungkin Sean yang memiliki wajah anak kuliahan begini punya anak remaja yang duduk di bangku SMA? Rasanya tidak masuk akal untuk seorang Senna. Sangat tidak masuk akal.
"Benar sekali..." Ares terlihat lebih antusias, "Jadi... Kakak ini pacarnya Papah gue atau cuma cewek main-main? Yang kemaren bahkan ngegampar Papah pas tau dia punya anak..." ucap Ares santai dan bersandar kepada sofa lalu menggerakkan wajahnya sambil meringis mengingat Papanya yang pernah ditampar wanita
"Kemaren,,, kemaren..." Sean menggerutu, "Mana ada kemaren! Ngapain kalian kesini? Kakak kamu bukannya baru keluar dari rumah sakit? Kenapa malah ke sini bukan ke rumah Oma atau Nenek?"
Febi yang merasa dibicarakan kemudian memilih menggelengkan kepalanya saja. Dia tidak berminat bicara dengan pria yang sepertinya tidak terlalu suka kehadiran mereka.
"Lo udah married?" Senna memandang takut kepada Sean. Tentu saja. Kalau pria itu sudah menikah dan memiliki anak sebesar ini, Senna ingin segera menjauh dari pria ini dan akan berusaha mengembalikan semua uang Sean. Dia masih ingin memiliki nama baik dan tentu saja belum siap menjadi bahan hujatan publik kalau-kalau ternyata dia masuk ke dalam jajaran 'Perkumpulan Simpanan Dedek Emes Om'
"Oh, Papah sama Mamah gak nikah. Mereka cuma kumpul kebo..." jelas Ares dengan santai
"Woy!" Sean melotot kepada anak bungsunya. Ares ini benar-benar mewarisi sifat nakalnya. Dan dia tidak mengerti kenapa Ares tidak pernah takut menahan ucapannya walaupun sudah diancam berbagai cara, "Tenang aja gue belom married, mereka ini intinya anak gue. Panjang kalo diceritain..."
"Terus kenapa?" Senna menunjuk takut kepada Ares dan juga Febi bergantian.
"Oh... Masa lalu gue yang kelam..." Pria itu menatap anak perempuannya dengan ketakutan karena Febi sudah lebih dulu menyipitkan mata dan mendengus kesal. "Tapi tenang aja, gue masih tetep akan membutuhkan jasa lo..."
Senna menganga tidak percaya. Pria ini adalah pria paling membingungkan yang pernah dia temui. Sean bisa dengan sangat santai memperkenalkan dirinya kepada dua anak pria itu yang notabene sudah remaja. Sedangkan mereka berdua hanya sebatas partner bercinta.
"Berhubung dua anak ini ada disini, hm..." Sean mendekatkan tubuhnya ke arah Senna lalu berbisik, "Kita sewa hotel aja..." lalu menjauhkan tubuhnya dan melihat Senna melotot kepadanya, "Sekalian, gimana kalo gue gaji lo buat bantuin gue jaga mereka..."
"Mau aja, mbak..." Febi bersuara, membuatnya mendapatkan perhatian Senna yang masih kebingungan. "Kita juga gak lama disini, lagian gue juga sakit..."
Senna merapatkan tubuhnya kepada Sean kemudian berbisik kepada pria itu, "Lo gila, ya?"
Alis Ares bertaut melihat kedua orang dewasa di depannya sudah berbisik-bisik. Akhirnya dia memutuskan untuk bicara menggunakan kalimat mengancam seperti biasanya, "Mau aja atau gue upload video bokep kalian berdua pake hashtag pelakor jaman now..."
"ARES!" Bentak Sean yang sudah melotot kepada putranya
Sementara anaknya, hanya tersenyum licik penuh kemenangan kepada kedua orang yang tampak kesal setengah mati itu.