27

13.8K 1.3K 45
                                    

"Mama juga ke spore minggu ini. Kita makan malem sama-sama aja..."

Sean mengerjap mencerna ucapan putrinya. "Eh, apa?"

"Mama ke singapur juga, Papaaaaah..." jelas Febi sekali lagi dan kembali sibuk dengan ponsel di tangannya.

Sean mengerti, hanya saja, dia tidak mau mengganggu kehidupan mantan pacarnya itu yang sudah menikah. Mencoba mengerti posisi mereka saat ini yang hanya sebatas kedua orang tua anak mereka. Sean menghela nafas, "Sama Om?"

Febi menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Memang anak Sean belum sepenuhnha menerima pernikahan milik Mama mereka. Semenjak mereka tahu kalau perempuan itu adalah Mama mereka, mereka berharap lebih kalau perempuan itu menikah dengan Papa mereka dan menjadi keluarga normal.

Sayangnya Mama mereka justru menikah dengan laki-laki lain. Baik memang pria itu, tapi Febi dan Ares selalu merasa tidak nyaman dengan suami Mamanya juga keluarga pria itu. Mereka sampai saat ini memutuskan tidak mengubah panggilan kepada suami ibu mereka dan Mamanya juga menghormati keputusan itu

Sebagai gantinya, kedua anak remaja itu dilarang ikut campur urusan pribadi Mama dan Papa mereka. Semenjak saat itu Sean agak takut sendiri dengan anaknya. Mereka agak pemilih dan juga, dia sendiri tidak tahu apakah akan menikah atau tidak. Sementara keluarga dari pihak ibunya sudah mendesak agar Sean menikah hanya saja pria itu takut kalau anaknya akan memperlakukan dirinya sama seperti perempuan yang melahirkan mereka

"Kenapa belom manggil Papa ke suami Mama kamu?" Tanya Sean mencoba melembut kepada putrinya. Pria itu bahkan sudah duduk di sofa yang sama dengan putrinya dan membelai puncak kepala anaknya, "Kan baik, sih? Katanya kemaren kalian diajak liburan ke Pulau Kei?"

"Hm..." Febi meringsek mendekati Papanya, memeluk pria itu dengan manja dengan bibir yang dimanyunkan, "Pah..."

"Hm..."

"Kita emang belom bisa nerima Om. Tapi bukan berarti kita gak ngehormatin Om jadi suaminya Mama ya. Apalagi udah sebaik itu mau ngerti keadaan Mama. Kita mah sadar diri..." jelas Febi membuat Sean kembali membelai puncak kepala anaknya, "Cuma kita emang gak mau manggil Papa karena Papah kita kan cuma satu..."

Sean terdiam. Dia cukup terenyuh dengan ucapan putrinya. Jadi hanya karena alasan itu anaknya tidak memanggil pria itu dengan sebutan Papa. "Coba tanya sama Mama kamu besok sama Om sekalian, panggilnya mau yang lain gak? Dad gitu apa Pop? Kalian sayang kan sama mereka?"

"Sayang..." Febi mengeratkan rangkulannya kepada Sean, "Sayang banget, sama Papa juga..."

"Iya Papa juga sayang banget sama kalian..." Sean mengambil kesempatan itu untuk mengecup puncak kepala putrinya

Febi tidak mengelak dan kemudian bertanya, "Setelah Febi pikir-pikir, Papa kan gak selamanya ya sehat ya?"

"Kamu doain Papa sakit? Terus mampus? Terus kalian dapet harta warisan gitu?"

"Bukan gitu, Ih Papa nih!" Febi melepaskan pelukannya, melirik Ares yang baru saja selesai mandi dan mengambil duduk di kursi dekat mereka

"Kalian, gibahin siapa nih?" Tanya Ares sambil mengacak-acak rambutnya dengan handuk

Sean hanya menggelengkan kepalanya melihat anak laki-lakinya itu. Sholat jarang, belajar agama juga paling sering bolos, tahu kata gibah pasti dari internet. "Heh, keringin itu rambut yang bener, Ares"

Febi menarik nafas menahan kesalnya. Dasar adiknya ini. "Lagi bahas Papa yang udah gak muda lagi..."

"Oh, bener itu..." Ares mengangguk setuju, "Lanjutkan. Sadarkan laki-laki itu kalo dia sudah mendekati ajal..."

"Omongan kamu itu..." desis Sean sambil melemparkan remote Ac ditangannya kepada Ares. Kali ini anaknya tidak sempat menghindar karena kepala yang ditutupi handuk, sehingga Ares meringis sambil membuka handuknya dan menatap tajam Sean

Febi kembali menghela nafas. "Pah, kita sadar kok kalo makin hari Papa makin tua dan gak selamanya kita ini bisa nemenin Papa..."

Sean menatap putrinya dengan bingung. Tumben sekali anak perempuannya bicara serius begini

"Aku tau sih ini udah ikut campur urusan pribadi Papa banget, cuma apa Papa pernah mikirin karma gitu?" Febi menunggu jawaban Papanya, tetapi pria itu hanya diam menatapnya bergantian dengan Ares. "Gak takut kalo nanti aku atau..."

"Febi..." tegur Sean kemudian menyandarkan tubuhnya menghela nafas

Tiba-tiba Ares bersuara ketika Papanya memejamkan mata memijat kening dengan lelah seperti itu, "Mama juga udah nikah. Gak ada salahnya kalo Papa juga ngelakuin hal sama..."

"Iya, Pah..." Febi kemudian tersenyum kepada Sean yang menatapnya bergantian dengan Ares, "Kenapa Papa gak coba sama Senna? Dia baik kok, Pah..."

Sean mengerutkan keningnya, sebelum dia mengeluarkan ucapannya, Ares lebih dulu berkata memotong uacapan yang sudah hampir keluar dari bibirnya

"Sekalian Papa tanggung jawab tuh udah gituin anak orang daripada dipiara kayak gitu kan, dosanya gede Pah"

Pria itu menatap anak lelakinya dengan kesal.





..

...

.....

........

............


Hey, since 5sos is comingback yall i give you this update, but yeah i'll be away for a couple days. Busy busy busy... i'm goin to save this country guys... bye

IFMJIYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang