Suara bel yang tadi Senna dengar, sudah berganti menjadi suara obrolan beberapa laki-laki. Beberapa kali terdengar umpatan, tetapi Senna tidak tahu siapa mereka. Mungkin teman cowok yang semalam menjadi pria beruntung (atau sial) karena mendapatkan keperawanan Senna.
"Demi, lo? Masi virgin? Gila... Gue juga mau deh download kalo gitu..."
"Emang nasib gue aja yang mulus. Nanti gue trasnfer ya? Biasalah gue males jalan ke atm..."
"Bisa aja lo, Sean. Ya santai ajalah sama gue ini"
"Ya, gak enak aja gue pagi-pagi ngerepotin elo..."
"Santai aja, Sean. Gue balik..."
"Yo, thanks..."
Jadi namanya, Sean.
Senna mengangguk pelan.
Cowok bernama Sean itu kini sudah berdiri di depannya. Mengambil kursi dengan cepat lalu duduk begitu saja. "Gue gak ada cash sebanyak harga lo semalem, nih sisanya..."
Senna mengangguk. Semalam, Sean memang memberikannya uang setelah mereka selesai melakukan perbuatan tak senonoh tapi berujung kenikmatan itu. Tapi kemudian Sean mengatakan kepada Senna agar menginap sehingga pagi harinya Sean bisa memberikan sisanya. Senna pikir hanya kurang dua ratus ribu, tapi dia kebingungan melihat tas kecil di depannya.
"Ya, ini. Gue bayar karena gue udah ngambil... euh..." Sean tampak kesulitan mengucapkannya, "Sama bayaran ekstra karena gue nambah ronde..."
Senna meringis. Dia memutuskan membuka tas kecil itu dan terkesiap seketika.
"Kenapa, lo?" Sean memajukan tubuhnya, ikut mengintip dan kembali menoleh kepada Senna yang masih tampak takjub pada lembaran uang di dalam sana, "Woy..."
Senna menunjuk ke dalam bagian tas yang terbuka, "Sebanyak ini..."
Sean menaikkan satu alisnya, "Ya, kalo gak mau sih gak apa-apa..." katanya dengan ragu, "Lo gak tau harga lo?"
Perempuan itu menggeleng lemah. Senna mana pernah tahu berapa harga perempuan yang menjajakan dirinya begitu. Sampai kemarin dia mencari rentenir saja susah. Pernah kepikiran untuk menjadi simpanan sugar daddy tapi tidak tahu bagaimana mendapatkannya.
"Tenang aja, walaupun banyak yang bilang bayar cewek virgin dua puluh juta itu mahal, gue gak sepelit itu..."
"Hah? Dua puluh juta?" Senna bertanya nyaris tanpa suara
"Gue baik. Karena lo bilang lo butuh duit, gue kasih segitu. Karena lo virgin, udah ngebj gue, plus-plusnya gue di servis sampe barusan... Yah walaupun harusnya lo cuma dapet delapan juta..."
"Apa?" Kali ini Senna bertanya dengan suara yang cukup jelas
Sean menghentikan ucapannya. Dia menatap Senna yang kebingungan itu kemudian menepuk lengan Senna cukup kuat, "Ck, gue jadi khawatir sama anak polos begini. Biasanya yang datengin gue pada minta jajan lebih, lo..."
"Lo dapet duit dari mana sebanyak ini bayar gue?"
"Hah?" Sean menganga mendengar pertanyaan Senna, "Ya, kerjalah" sewotnya
"Beneran ini buat gue?"
"Kalo lo gak mau gue ambil, ya?" Sean mengulurkan satu tangannya meraih tas kecil yang tadi dia serahkan itu. Kemudian menatap bingung karena sekarang Senna tampak sedih. "Gak bakal gue ambil elah. Gue ikhlas, yang penting jujun puas..."
"Makasih, ya... Semoga lo banyak rejeki..." Senna benar-benar mengatakannya tulus dari dalam hatinya
Sean kembali menganga. "Heh, lo gila? Ck. Ya, udah. Lo balik gih, gue ada urusan" Sean bangkit begitu saja. Tidak tahan melihat betapa anehnya perempuan yang baru semalam dia tiduri itu.
Senna mengikuti Sean dari belakang menuju pintu. Dia keluar dan tersenyum kepada Sean untuk terkahir kalinya. Paling tidak, dia hanya perlu sekali melakukannya dan tidak perlu lagi karena Sean memberikannya uaang yang lebih. Sean tidak tahu betapa mulianya Sean di mata Senna saat ini.
"Eh, lo kalo ngelayani BU lagi hati-hati. Minta bayaran di depan. Dan karena lo masih baru, mending libur dulu sampe sembuh..." Sean menunjuk ke bagian intim Senna dengan ragu, "Ok, bye..."
Pintu itu tertutup begitu saja.