"KALIAN NGAPAIN?!"
Teriakan Sean sudah menggema dari arah ruang depan. Senna berlari dengan buru-buru dan menemukan kedua anak Sean sudah bertepuk tangan dengan meriah.
Sean? Pria itu melotot dengan kesal bergantian kepada anak gadisnya dan juga anak lelakinya yang tampak begitu bahagia setelah berhasil menyiram Sean dengan seember cairan berwarna coklat dengan bau menyengat.
"Yey..." Ares bertepuk tangan dengan semangat, "Ini cicilan kejutan ulang taun Papa. Horaaaaayyy!!!!!"
Febi memandang dengan kagum kepada Sean yang sudah berusaha melepaskan jasnya dan meletakkan tas kerjanya begitu saja di lantai. "Papa tambah tuaaaaa. Jangan wangi-wangi supaya gak ada Mama tiri buat kita berdua. Asik-asik!!!!!"
"APA SIH INI?! ANYING BAU BANGET!" Omel Sean sambil membuka kemejanya. "SENNA JANGAN DIEM AJA! AMBILIN ANDUK KEK APA KEK!"
"Ye, marah bisanya..." Senna menggerutu dan menuruti permintaan Sean dengan membawa handuk. Juga beberapa barang lain untuk membereskan sisa-sisa kejutan Sean itu.
Sean sudah melepaskan pakaiannya sementara kedua anaknya tampak sibuk membereskan kekacauan sementara Papa mereka meraih handuk dari tangan Senna. "Nih, awasin ya dua cunguk ini. Sampe bersih pokoknya... Kebiasaan kok gak ilang-ilang. Bapaknya makin tua bukannya disayang malah dipaksa mandi malem-malem..."
Ares yang sibuk memeras kain itu kemudian menyahut dengan santai seperti biasa. "Ye, padahal sendirinya mandi besar kalo abis ena-ena tengah malem..."
Senna melotot sementara Sean berlalu begitu saja. "Duh, Ares..." dia meraih botol pewangi dan kemudian menyemprotkannya ke berbagai arah untuk menghilangkan bau tidak sedap dari cairan yang sekarang sudah tidak terlalu banyak itu. "Kalian bikin pake apa sih? Bikinnya kapan lagi, bisa-bisaan..."
Tidak ada yang menjawab pertanyaan itu. Mereka sibuk mengelap cairan coklat yang tumpah dan kemudian Febi pergi ke kamar mandi dapur. Mungkin mau meletakkan ember dan membuang air bau itu.
Senna dan Ares mengepel dengan semangat, sampai akhirnya Ares selesai dan merebut paksa kain di tangan Senna.
"Makasi, ya. Selamat, Mbak. Hari ini lo libur manjain si Papah..." lalu anak itu berlalu begitu saja. "Feeeeb! Feb!" Teriakan Ares menggema, "Feb, lo bayarin gue bobobi gak mau tau! Lima bungkus!"
Senna menarik nafas dengan kesal. Ada begitu, anak dan bapak kelakuannya aneh? Cuma keluarga Sean sepertinya.
...
"Anak-anak sampe kapan di tempet lo?"
"Kenapa? Gak puas, ya? Kan gue bilang kita ke hotel aja..."
Senna yang gemas memukul lengan Sean tanpa melihat kalau pria itu kesakitan mengusap-ngusap lengannya. "Sean, lo itu udah ada anaknya gede tapi mulutnya masih aja kayak gak ada etika. Untung duit lo banyak..."
"Iya, bener. Untung duit gue banyak..." Sean mengamini dengan setuju
Perempuan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Akhirnya lebih memilih memasukkan kotak-kotak makanan yang siap dipanaskan ke dalam lemari pendingin milik Sean. "Jangan cari gue satu minggu ini. Gue ada urusan keluarga..."
"Yah..." Sean mengerjap. Dia yakin dia tidak memiliki jadwal yang padat satu minggu ke depan dan dia tidak bisa menikmati malam indahnya dengan investasi awal yang cukup besar itu karena Senna ada urusan keluarga? Tuhan sedang menghukum Sean sepertinya. "Yah, gimana dong nasib gue?"
"Kan bisa cari dedek pake post butuh duit lagi..."
"Oh, no..." Sean memprotes dengan sebal. "Lo tau gak sih abis gue nidurin lo waktu itu besoknya gue main sama anak SMA dan itu gak enak banget..." Sean beralih memeluk Senna dari belakang tubuh perempuan itu, "You wrap me so tight and i don't even mind it..."
"Hih..." Senna berusaha melepaskan Sean yang semakin manja kepadanya, "Heran deh sama ini orang, gak ada abisnya mesumnya. Ini sexual harrassment, ya. Gue laporin lo..."
Sean menggerutu. Tatapannya sudah menjelaskan kalau pria dewasa itu sepertinya masih tidak setuju dengan kepergian Senna. "Tapi lo menikmati apa yang gue lakuin ke lo..." Sean mengambil cangkir di sebelahnya kemudian berkata, "Let me tell you one thing, ya..."
Senna menunggu
"Kalo lo gak ngelakuin sama siapapun..." Pria itu memberikan senyuman nakalnya seketika. Lalu beralih menatap kopi di cangkirnya, "Gue juga..."
"Bagus, deh. Biar gak kena STD sama sipilis. Pinter banget sih, Sean..." Senna menoel dagu Sean dengan genit sampai pria itu meletakkan cangkirnya dan menarik pinggul Senna ke dalam rangkulannya
"Nakal ya pegang-pegang..."
"Anak-anak belom balik, kan?"
"Let's have some quickie..."
Senna hanya bisa pasrah ketika Sean menggendongnya ke kamar. Ya ampun, Tuhan. Satu minggu tidak merasakan bibir Sean pasti akan menjadi kegilaan bagi Senna yang sekarang begitu menikmati cumbuan Sean.
...
Oh iya geng, series I have found my blahblah in you ini baru aja keluar saudara sepergengan seriesnya ya. Silahkan cek profil andisty. Matur nuwun...............
YO MAKASEH GENG
