33

12.9K 1.1K 41
                                    

"Papa demam?"

"Gak..."

"Badan Papa ada yang sakit?"

"Uhm... Enggak juga"

"Papa ada masalah di kantor?"

"Enggak ada..."

Ares menganggukkan kepalanya. Dia sedang duduk bersila di samping Papanya yang sedang menikmati secangkir kopi panas di atas sofa ruang tengah. "Berarti Papa udah gila..."

Sean menoleh dengan melotot sambil merapalkan kata makian kepada anak remajanya itu. "Maksud nganaaaaa?!!!"

Ares mengambil kesempatan untuk menopangkan dagunya kemudian menjawab pertanyaan Papanya, "Abis Papa main gila sama tunangan orang..."

"Ares, main gila maksud kamu itu gimana coba? Siapa juga yang kamu maksud, ih. Sana berenang biar adem..." Sean mengusir anaknya dan kembali sibuk dengan kopi ditangannya. Selalu saja, salah satu dari dua anaknya mengacaukan moodnya yang sudah mulai membaik

Anak cowok itu hanya bisa menganggukkan kepalanya beberapa kali dan kemudian menatap ke arah Sean dengan datar, "Bagus, bagus sekali Papa. Terus aja pura-pura gak tau, sekalian aku ingetin kalo misalnya karma itu ada, Pah. Jangan sampe Papa ehm..." Ares menghentikan ucapannya kemudian menggigit jarinya sendiri, "hampir aja bilang hamilin anak orang... Ehm..."

Sean menggeplak kepala anaknya, "Ares, Mama kamu dulu ngidam apa sih, kok kamu sama Febi gak ada bener-benernya jadi anak?"

"Oma dulu ngidam apa sih kok Papa bisa gila begini?"

Kembali Sean mengatupkan rahangnya dan mengumpat dalam hati. Ada saja anaknya ini. Kenapa selalu bisa bicara begini? Memangnya dia salah apa sama mereka? Sean jomblo single bebas begini juga demi ke dua anaknya, kan? Iya, dong.

Anak laki-laki itu kemudian dengan santai menganggukkan kepalanya. Ares tahu kalau ayahnya ini sedang berusaha menghindar dari pembicaraan mereka dan kemudian semakin diam ketika menoleh kepadanya sesekali.

"Res, kamu ngomong macem-macem, Papa potong uang jajan kamu..."

Ares menyandarkan kepalanya menggunakan lengannya yang dia lipat dibalik kepala, menghela nafas kemudian menjawab Papanya dengan santai, "Ares masih kaya kok, Pah. Silahkan aja, asal Papa bahagia... Masih ada Mama sama Opa Oma buat kasih Ares uang..."

Sean menelengkan kepalanya, setelahnya hanya bisa menggelengkan kepala menatap anak laki-lakinya yang sudah menatapnya lurus, "Kenapa kamu suka banget bikin Papa naik darah..."

"Ares malu, Pah..." merasa tidak ada tanggapan selama beberapa detik, Ares menegakkan tubuhnya dan kemudian kembali bicara, "Ares malu kalo sampe ada yang tau Papa begitu sama kakaknya temen Ares sendiri, Pah. Papa gak mikir sampe sana, kan?"

Sean terdiam. Dia melihat anak lelakinya yang sudah menatapnya sengit. Senna memang kakak dari salah satu teman Ares dan Febi, tapi dia yakin kalau kedua anaknya itu tidak punya teman yang dekat. Lagipula, Sean juga tidak ingin terlalu ikut campur kehidupan pergaulan anaknya. Asalkan mereka baik-baik saja, Sean akan duduk dengan tenang seperti biasa.

"Asli Papah gak tau malu. Gak kasian sama Ares sama Febi. Percuma aja Papa bilang mau ambil hak asuh kita kalo Papa aja gak tau seberapa malu Ares sama Febi kalo Papa suka bayar cewek gitu..."

...

"Yang sabar dong, Sean. Anak cowok emang suka musuhan sama bokapnya. Sandy juga suka slek kok sama Papa gue..." Senna membelai lengan Sean dan menghela nafasnya, "Lagian dia bilang apa sih ke lo?"

Sean menggelengkan kepalanya, menarik Senna kedalam dekapannya lalu menghela nafas pelan. "Gue cari dimanasih yang rapet kayak lo, Sen? Nanti kalo lo jadi bini orang gimana gue coba, Sen?"

Senna mengadahkan wajahnya dengan sedikit cemberut. "Ini tadi lagi bahas anak lo yang ngambek terus kabur ke rumah gue, ya. Jangan mengalihkan pembicaraan deh..."

"Lah? Masa? Gue itu cuma kepikiran aja kalo dia sering ke tempet orang tua lo itu gue gimana jauhin lo-nya. Kan kalo lo masih single enak, bisa gue bawa pulang kapan aja..."

"Dih. Kayak gue mau aja tiap malem diajakin pulang sama lo..." Senna kemudian mengambil ponselnya dan membalas pesan yang Elang kirimkan padanya. Perempuan itu bergunam seketika, "Jahat banget gue ke ini orang..."

"Ya, diputusin..." Sean menyelutuk, melirik sekilas percakapan antara Elang dan juga Senna ketika perempuan itu masih saja membalas pesan yang dikirimkan tunangannya

"Hm..." Senna meletakkaan ponselnya, menatap Sean dan kemudian mengedikkan bahu. Tunangannya akan mencalonkan diri menjadi salah satu anggota dewan, otomatis laki-laki itu harus memiliki pendamping. Dan mereka sudah bertunangan juga diketahui oleh publik, "Doi mau nyalon..." jawaban perempuan itu singkat namun memiliki efek yang dalam pada pembicaraan mereka

"Bisa jadi skandal gede-gedean dong kalo gue ketahuan ada affair sama tunangan dia..."

Senna menarik kerah kemeja Sean sampai wajah keduanya begitu rapat dan hanya terpisahkan beberapa milimeter, "Jangan sampe ketahuanlah..."

"Nakal ya, Senna..." Sean menyunggingkan senyumnya kemudian menarik perempuan itu duduk diatas pangkuannya dan mulai menjamahi tubuh Senna, merasakan lekuk tubuh Senna yang sudah lama dia rindukan, "Siapa yang bikin lo senakal ini, kayaknya gue gak bayar mahal buat digodain..."

Perempuan itu meregangkan otot lehernya, menarik satu sudut bibirnya dan membuka kancing kemeja Sean secara seduktif sampai pria itu mengalihkan pandangan menuju tangan Senna yang masih aktif pada kemejanya, "Sean..."

"Hm...?"

Mereka saling menatap untuk waktu yang cukup lama. Senna menggigit bibirnya dan seakaan ragu untuk bicara. Tapi pria itu selalu berhasil memancingnya dengan ciuman kilat dan memberikan jarak sedekat mungkin ketika mereka terlibat pembicaraan

"Apa?"

"Gue cinta..."

Sean menelengkan kepalanya dengan dahi mengkerut

Tapi Senna terlebih dahulu mengalihkan pandangannya pada bibir Sean dan kemudian menarik kepala pria itu lebih dekat sampai ujung bibir mereka bertemu.

"Sama badan lo..." lanjut Senna dan mencium Sean begitu saja dengan buas




...

....

.....

........

Oh hai, hari ini kita dua kali apdet aja ya. Agar supaya biar ini semua cepat berakhir.
Btw banyak yg blg ga drama ya?
Ya gausalah ya, ini ntr standar2 aja kok gaes. Gak bikin nangis tapi cukup buat ngegambarin gimana kehidupan org2 umur 20/30 tahun yg single dan hidup di kota besar. Emang gak pake perasaan tp pake logika aja sih. Ditambahin ares sama febi bcs... (mungkin ada yg bisa menangkap kenapa bapa sean seperti itu? Iyap jawabannya adalah background klg sean. Jangan tanya, mending kalian nyimpulin sendiri ya)
Anyway thankyou sudah baca, komen, dan vote. Maaf ya kalo B aja wkwkw

IFMJIYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang