47

12.8K 1.2K 45
                                    

"Kamu mau menikah sama perempuan ini? Hah?" Datu Rahdian meninggikan suaranya. Anaknya tiba-tiba datang dan mengatakan akan menikah. Bahkan mertuanya tadi sudah menelpon dan mengatakan kalau Sean sudah melamar anak orang kemarin. Oh, Datu ingin serangan jantung rasanya.

Sean, pria itu hanya menjawab dengan tenang dan tidak menatap wajah ayahnya sama sekali, "Ya, Pa"

"Dia cuma mau uang kamu, Sean. Dia perempuan murahan yang bahkan kamu sendiri kan yang beli? Terus kamu mau nikahi dia?" Kembali Datu meninggikan suaranya

"Is that even matters? Pah, emang kenapa dia cuma mau uang aku? Itu uang aku, kan? Bukan punya Papa, aku gak ngerasa ada hal yang salah even dia ninggalin aku kalo aku jatuh miskin, karena toh yang rugi itu aku bukan Papa" oke, kali ini Sean yakin argumennya cukup kuat untuk melawan otak debat macam Papanya

"Diam, kamu!"

Sean menatap dengan bingung, "Bukannya bagus kalo dia menginginkan uang? Siapa sih yang gak mau hidup mewah, Pa? Dan juga, aku bisa jadi laki-laki yang kerja keras, buat memenuhi kebutuhan istri aku. Bagus, kan?"

"Sean Papa rasa kamu gak ngerti maksud Papa!"

"Oh, ngerti, Pa. Ngerti banget. Kalo dia cuma mau uang aku bukannya bagus, kan? Papa aja ditakutin sama banyak orang karena uang Papa. Iya, kan? Then the same goes with me, Pa. Senna bisa jadi istri yang nurut ke aku karena seperti yang Papa bilang, dia hanya mau uang aku, aku bisa atur dia dengan uang aku"

Datu tidak bisa menahan kemarahannya dan kemudian membentak kembali putranya, "Sean!"

Sean tidak menyerah, "Papa mau bilang aku harus nikah karena cinta? Atau harga diri? Atau apa Pa? Aku juga rusak, enam belas tahun yang lalu waktu Papa usir aku dari rumah, aku udah rusak. Terus Papa mengharuskan aku sama perempuan bermartabat dari kalangan yang Papa mau? Huh?"

Mama yang melihat suaminya akan marah kembali, menegur anaknya, "Sean, maksud Papa kamu..."

"Mama juga. Aku disini mau mempertanggung jawabkan kesalahan aku, Mah, Pah. Kalaupun kalian tau cerita yang sebenernya, aku gak yakin kalian akan bilang kalau Senna ini perempuan gak bener. Anak kalian yang gak bener karena kalian sendiri yang gak pernah turun tangan didik aku" Sean menatap ibunya dengan tatapan menghujat yang sudah biasa dia layangkan kepada orang tuanya. Oh yeah, dia merasa bangga sudah mengatakan uneg-unegnya

Kedua orang di depannya tidak bicara. Mereka terkejut tentu saja, ucapan Sean menyadarkan mereka yang sudah mengusir Sean enam belas tahun yang lalu sehingga anak itu tidak pernah mendapat perhatian mereka

Sean menggelengkan kepalanya, "Terus kalian mengharapkan aku jadi seperti India? Hah..."

Senna merasa suasana sudah sangat tegang dan berusaha berbisik kepada Sean, "Sean, please..."

Sean melihat kepada Senna dan perempuan itu menggenggam tangannya dengan begitu erat. Dia tahu Senna berusaha menenangkannya agar tidak terbawa emosi dan menyalahkan kedua orang tuanya, "Sean kesini cuma mau kasih kabar kalo Sean mau menikahi Senna sekalian kasih kenal kalian sama Senna. Karena Sean tahu walaupun Sean nikah sama miss Indonesia sekalipun kalian pasti gak akan kasih izin..."

Mendengar penuturan putranya, Datu memilih menatap istrinya kemudian dengan lantang bicara, "Ini yang katanya anak kamu sudah berubah?! Mana buktinya?!"

"Aku?!" Mama menghela nafas dengan kasar, "Sean, kamu gak inget Papa kamu sekarang siapa?"

"Jangan perempuan ini, Sean. Papa punya calon yang lebih baik buat kamu..." Papa kembali menatap tajam kepada Sean lalu memandang malas kepada Senna

"Oh, politik? Kayak Papa jodohin India sama Alex? Begitu?" Sean kembali menggelengkan kepalanya, "Gak, deh. Makasih, Pa"

Papa bangkit meninggalkan ruangan. Pria tua itu sudah tidak mau bicara dengan anak laki-lakinya yang pembangkang sejak dulu. Sementara istrinya, Mama duduk dengan menatap anak laki-lakinya tidak tahu harus berkata apa

"Sorry bawa-bawa anak kesayangan kalian..."

"Hm. India sama Alex itu nikah karena mereka sama-sama cinta, Sean. Oke? Bukan seperti dia yang mau uang kamu aja..." Mama menatap sinis kepada Senna kemudian

Sean menghela nafas dan menguatkan genggamannya pada Senna. Sadar bahwa ucapan ibunya baru saja menggores hati Senna sekali lagi. "Sean yang butuh nikah sama Senna, Ma. Anak-anak Sean juga cocok"

Mama kembali akan bicara tapi anaknya mengangkat tangan untuk menghentikannya. Sean bahkan menatap lurus kepadanya dan membuat Mama tidak jadi berbicara.

"Walaupun kalian udah usir Sean bahkan kalian gak lagi memasukkan nama aku di daftar keluarga ini..." Sean menghela nafas, "Tapi ini momen bahagia buat aku, Ma. I'm starting a new life. Membuat keluarga aku sendiri, aku cuma mau bilang kalo aku baik-baik aja. Tapi kalo kalian masih belum maafin aku, aku baik-baik aja, Ma. Kalo emang kalian mau dateng, nanti Sean kirim undangannya lewat India sama Alex. Atau lewat Lutfi" Sean menghela nafas dan kemudian berdiri dari duduknya, "Aku pamit..." melirik kepada Senna dan mengajak perempuan itu berdiri, "Semoga kalian sehat-sehat terus..."

IFMJIYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang