48

13.7K 1.2K 25
                                    

"Gue bikin masalah lo makin banyak ya sean, gue jadi gak enak sama lo"

Mereka kemudian terdiam. Sepulang dari kediaman pribadi Datu yang pria itu tempati ketika weekend membuat Sean juga Senna menjadi agak sedikit canggung.

Sean yakin orang tuanya itu pasti akan melakukan sesuatu kepada dirinya. Bisa saja di usir dari Indonesia kembali. Atau ditahan dipenjara dengan tuduhan aneh-aneh. Sean tidak mau memikirkannya lagi karena cukup kesal dengan kedua orang tuanya

Sementara Senna, merasa bersalah karena hubungan Sean juga kedua orangtuanya tidak membaik tetapi semakin bertambah masalah. Dia baru tahu ada yang lebih keras kepala dibanding kedua orang tuanya. Dan melihat bagaimana Sean tadi sangat terluka dengan sikap kedua orang tuanya, Senna semakin merasa bersalah.

Kedua orang tua Sean tidak ingin datang ke pernikahan mereka. Senna yakin di dalam hatinya, Sean pasti merasa kecewa kepada kedua orang tuanya. Hanya saja, pria itu tidak menunjukkannya.

"Ya gak apa-apa, Sen. Masalah tuh pasti bakalan makin banyak kalo lo pikirin mulu. Kadang-kadang lo cuma harus bodo amat aja, nanti kalo udah waktunya ya pasti selese" jelas pria itu dengan mantap dan tersenyum kepadanya

"Lo gak stres, kan?" Tanya Senna memastikan

Sean menggelengkan kepalanya, "Ya kali groom paling kece kayak gue ini stres"

"Siapa tau, kan lo takutan sama komitmen" Senna membalas dengan cepat sambil memperhatikan raut wajah Sean

"Eh?" Sean menoleh sebentar dan kembali fokus kepada jalanan di depannya, "Sapa yang takut komitmen"

"Elo"

"Dih, nuduh aja lo. Sen, gue kasih tau nih, kalo gue takut komitmen gue gak mungkin bela-belain ngerawat anak gue yang dua itu dari mereka kecil" Jelas Sean. Bisa-bisanya dia dikatakan takut komitmen. Tidak tahu saja sudah berapa kali Sean menjelaskan kalau dia tidak takut tapi malas berkomitmenn

Senna setuju, "Bener juga, sih. Terus kenapa lo gak kawin-kawin dari kemaren dong?"

"Hm?" Sean mengusap bibirnya dengan ibu jarinya

"Kenapa kemaren-kemaren gak cari istri, Sean?"

Pria itu terkekeh, "Kalo gue kawin kemaren, lo jadi pelakor dodol udah ngerebut gue dari bini gue"

"Ck. Lagi serius, becanda mulu. Gue sambit nih lama-lama"

"Hehe, ya santai dong jangan marah" Kemudian Sean malah tersenyum-senyum tidak jelas kepada Senna dan sesekali melirik perempuan itu, "Jadi, kemaren belom ada yang cocok, Sen. Ya anak-anak gak cocok, ya gue yang gak srek"

Senna menuding dirinya kemudian, "Emang kita cocok?"

"Kayaknya..."

Perempuan itu terkekeh, "Dicocokin aja, deh" lalu Senna memeluk  lengan Sean dengan cukup erat dan berkata kembali kepada pria itu, "Kayaknya gue kalo gak ketemu sama lo gak bakal seberuntung ini deh"

Sean mengingat-ingat pertama kali dirinya bertemu dengan Senna, membenarkan ucapan perempuan itu dan berkata, "Iyalah, lo dijual. Digangbang, dibukake..."

Bukannya menyanggah, Senna malah mengangguk setuju, "Iya, serem ya. Kok lo mau sih waktu itu bayar segitu banyak ke gue? Lo kan bisa kasi cuma sesuai tarif gitu aja"

"Gini-gini gue baek, ya. Ternyata..."

"Iya aja, deh. Biar lancar urusan gue. Terus gimana kalo udah nikah? Kita stay di Jakarta atau kena usir bokap lo?"

Sean menggelengkan kepalanya, "Stay aja. Gue ada hadiah kecil-kecilan..."

"Buat gue?" Senna melepaskan pelukkannya dan menatap Sean dengan penuh antusias

"Bukan..." Sean menatap Senna dengan sedikit geli. Euh, mereka tidak pernah begini sebelumnya dan Sean baru menyadari kalau wajah Senna itu manis dilihat dari sedekat ini, "Buat Ares sama Febi. Mereka kan mau rapotan. Gue udah nyiapin hadiah kecil-kecilan buat mereka..."

Senna mengangguk dengan tenang dan kembali merangkul lengan Sean. "Hm... Emang lo udah ketemu mereka?"

"Belom, nanti aja sama lo sekalian makan sama emaknya mereka..." Sean dengan santai membelai puncak kepala Senna dengan satu tangannya, "Sen, kalo kita cicil anak dari sekarang boleh gak?"

Perempuan itu melirik sejenak. Mengerutkan keningnya dan kemudian menyadari maksud ucapan Sean. "Terus pas gue bunting, lo tiba-tiba gak jadi nikahin gue karena lo di depak sama bokap, lo? Enggak, deh. Makasih..."

"Yah..." Sean mendesah kecewa, mengalihkan tangannya kepada bagian lain tubuh Senna sampai perempuan itu memekik kesal, "Yah, tambah gede..."

"Eh! Jangan gila, ya! Ijab kabul dulu, Se. Ijab kabul! Gue gak mau digerebek bokap lo kalo belom sah! Gue gak mau ditinggal kayak kemaren, ya! Enak aja, lo..."

Sean terkekeh pada akhirnya, "Halah, ketahuan kan lo sekarang yang ngebet nikah sama gue. Tenang aja kalo nikah sama gue perbulan gue gaji 10 juta. Gimana?"

"Kurang... Kan gue butuh obat singset rapet biar lo betah..."

Pria itu menggigit bibirnya pada akhirnya. "Sialan, gak konsen gue..." gumamnya

Tangan Senna beralih menuju ke perut Sean dan kemudian terkekeh pelan, "Udah berapa bulan ya gak dibelai?"

Sean memilih tidak menjawab dan kembali fokus untuk menyetir sementara Senna semakin menggerayangi tubuhnya

"Gue lagi dapet sih, Se. Sorry..."

Pria itu mengumpat kemudian.

IFMJIYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang