Sean dengar dari Lutfi kalau Senna sedang menemani kekasih barunya makan siang dengan beberapa atasan Lutfi. Pria itu mengernyit dengan heran. Sejak kapan Senna punya pacar kalau selama ini dirinya yang menikmati tubuh gadis itu.
"Vita... Vita..." panggil Sean dengan tidak sabar kepada asistennya
"Iya, Pak Sean?" Vita menghampiri bosnya yang tampak kebingungan
"Coba kamu gosip ke lantai atas ya, kayaknya lagi rame itu, penasaran saya..."
"Si Bapak. Kita banyak kerjaan disuruh gosip..."
Sean berdecak dengan kesal kemudian menegur anak buahnya itu, "Ini penting karena bos yang mau tanda tangan proposal kayaknya lagi sibuk ke atas keasikkan makan. Coba kamu intip tuh ya mereka ngapain..."
"Proposal yang mana sih, Pak Seaaaan?" Gemas juga Vita dengan bosnya ini. Tidak ada kerjaan yang berkaitan dengan lantai atas kecuali kantor Lutfi yang sedang dia hindari. Tapi atasannya ini menyuruhnya ke atas. "Di atas tuh lagi ada Pak Elang itu loh, bapak Sean..."
"Elang? Yang mau nyalon dari partai undur-undur itu?"
Vita menggerutu. Bosnya ini memang suka seenak jidat kalau menyebutkan sesuatu. "Suka-suka bapak deh nyebutnya apa. Pokoknya diatas lagi makan siang elegan, bapak gak usah naik mending ikut periksa tender, ntar duit bapak ilang loh dibawa kontraktor..."
Sean mendesis dengan kesal. "Kamu ini. Udah, pokoknya ntar kamu liatin kok saya gak diajak makan diatas. Kan yang punya gedung saya. Kok saya gak diundang..."
Perempuan itu mengerjap beberapa kali. "Bener juga bapak. Kok bapak yang punya gedung gak diajak..." baru saja Vita melangkah meninggalkan bosnya yang rada-rada sinting itu, kembali dia membalikkan tubuhnya, "Eh ntar dulu Pak. Yang punya gedung kan Pak Lutfi, ya. Bapak cuma punya lantai bawah aja. Ngaku-ngaku ini bapak..."
"Berisik kamu, sana keatas!" Sean menggerutu kemudian, "Punya asisten kok begini amat sih, ah? Dulu interview lewat belakang apa dia? Punya orang dalem dia tuh"
...
"Sean..." belum juga sempat Senna bicara kepada pria itu, Sean sudah lebih dulu menyudutkannya dan mendorong tubuhnya ke tembok.
Tangan besar Sean menahan lengan Senna dan bibir pria itu sedang sibuk melumat bibir manis Senna. Sean kecanduan dan kesal karena perempuan itu sudah ada yang punya. Hell, dia akan kehilangan aset berharganya.
"Sean gue..." kembali Senna bungkam karena pria itu kini sudah menggerayangi tubuhnya, membuat Senna kembali panas dingin hanya karena sentuhan Sean
"Lu kok punya pacar sih? Hm?" Sean memberi jeda dirinya dan Senna untuk bernafas, juga bicara mengenai apa yang sudah terjadi hari ini. Senna punya pacar, orang terkenal dan lebih mapan. Harus segera dilepas ini perempuan kalau mau nama baiknya terjaga.
Perempuan itu punya kekasih. Berita pertama yang dia terima dari Lutfi. Berita kedua dari asistennya mengatakan kalau Elang, pria yang sedang hangat jadi perbincangan itu ternyata adalah kekasih Senna dan akan segera melangsungkan acara syukuran kecil-kecilan.
Oh, Sean bukan hanya kaget dan juga terkejut. Dia nyaris tersedak makan siangnya ketika mendengar penuturan Vita ketika asistennya itu menyampaikan kalau lantai atas sedang sibuk memberikan selamat kepada Elang yang juga merupakan salah satu eksekutif yang menyewa lantai atas digedung yang sama dengan mereka.
Jadinya dia menarik Senna ke ruang kosong di dekat pantry dan mengajak perempuan itu bicara mengenai apa yang sedang terjadi.
"Baru juga gue tinggal weekend, lu udah jadi peliharaan orang aja..." gerutu Sean yang kemudian merapikan kemejanya
Senna memandangnya tajam. "Jaga omongan lo, ya..."
"Sorry..." kata pria itu tanpa merasa bersalah sama sekali, "Jadi lo udah lama apa baru aja pacaran sama doi? Atau lo sama dia punya hubungan khusus kayak kita?" Pria itu buru-buru menambahkan, "Kayak kita kemaren maksud gue. Jangan melotot ah..."
Senna tidak menghindar ketika Sean kembali menciumnya dengan kilat. Mereka kemudian berhadap-hadapan dan Senna mulai bicara, "Gue berhenti, Sean..."
Memahami apa yang Senna maksudkan, pria itu mengangguk mengerti, "Ya. Sisanya gue transfer aja, ya? Kemaren kayaknya ngurus mereka ekstra deh"
"Hm..." Senna memutuskan maju lebih dekat dan merangkul Sean pada akhirnya. Dia menghirup sebanyak mungkin aroma tubuh Sean yang berada dalam dekapannya, "Kayaknya gue gak pernah bilang makasih dengan bener ke lo karena udah bayar mahal ke gue..."
Sean melepaskan diri dari perempuan itu dengan terkekeh, "Actually, gue yang harus bilang makasih. Oh, iya. Back again to strangers?" Pria itu sebenarnya tidak rela, masalahnya punya Senna itu rapet banget. Tapi apa mau dikata, sudah nasibnya jajan keluar lagi seperti dulu.
Perempuan itu menjabat tangan Sean yang berada di depannya. "See you, Sean..."
"I'm gonna miss your---"
"Diem deh!" Bentak Senna sambil membekap pria itu. Dia sudah tahu Sean akan berkata apa. Sudah jelas kalau pria itu akan mengatakan rindu pada desahannya kan? Gila memang Sean ini.
...
....
....
........
........
kit lg tamat gaes, bisa sih malem ini but-but tida gereget gaes