34

12.3K 1.1K 77
                                    

Senna bersandar pada bedheadboard (ya gimana sih ini nulisnya). Menggigit ujung ibujarinya sambil menikmati pemandangan di depannya.

Sean sedang mengacingkan lengan kemejanya dan pria itu terlihat sangat... "Lo kenapa?"

Perempuan itu bergerak maju, menarik selimutnya dan kemudian duduk diujung ranjang sambil mengerjap. Semakin hari, Sean terlihat semakin tampan dan Senna yakin dia sedang dalam masa hormonnya yang tinggi karena sekarang dia ingin mengurung Sean di kamar dan bercinta dengan pria itu seharian.

Tolong katakan bukan hanya dia saja yang mengalami hal seperti ini? Sean itu laki-laki normal, tapi kenapa yang menggebu justru dirinya.

Oh, dan lihatlah pria itu bahkan sudah menatap horor kepada dirinya. Kembali Senna memilih untuk menggigit ibu jarinya dan membungkam sambil menikmati lekuk tubuh Sean yang dibalut sempurna dengan kemeja hitamnya.

"Yah, gue ada rapat sih, gak tau sampe jam berapa. Tapi lo tanya Vita aja dia ikut gue soalnya..." Sean memperbaiki kerahnya

Kembali Senna menelan ludah. Leher pria itu terlihat begitu jenjang dengan jakun yang tidak begitu tampak dan membuat Senna ingin mendaratkan bibirnya kembali disana. "Sean gak bisa libur aja?"

"Gak bisa. Gue harus cari duit..." pria itu mengernyit, "Lo kenapa dah?"

Senna mengedikkan bahu, "Lo keliatan lebih yummy aja hari ini..."

"Gue emang yummy tiap hari..." Sean menyipit dan mendekat, "Lo gak hamil, kan?"

Senna memutar bola matanya dengan jengah, "Gak, Sean. Gue udah pasang spiral dari sejak lo ngajakin gue ketiga kalinya. Puas?"

Sean mendesah lega. Gila saja. Dia masih ingin menikmati saat-saat seperti ini. Lagi pula, kalau perempuan ini hamil. Bagaimana dia akan bertanggung jawab kepada banyak pihak? Kedua anaknya, keluarga perempuan itu dan tentu saja keluarga tunangan Senna.

Keluarganya?

Oh, Sean termenung. Apa yang akan keluarganya katakan ketika dia melakukan hal seperti ini? Sudah lama Sean tidak mendengar kabar dari kedua orang tua juga saudaranya. Acara makan-makan yang kemarin diadakan keluarga besarnya saja, Sean sampai harus datang paling akhir untuk mengindari kedua orang tuanya.

"Setelah gue pikir-pikir, Sen..."

Senna yang semenjak tadi mulai sadar dan memakai pakaian dalamnya hanya bisa menoleh sesaat dan kembali mengaitkan kancing branya.

"Kita harus berhenti sebelum tunangan lo tau apa yang lo lakuin..." pria itu mengambil jeda ketika akhirnya Senna menoleh kepadanya dengan tatapan bingung, "Gue kan udah gak bayar lo lagi..."

"Oh, ya..." Senna mengedikkan bahunya. Setengah tersinggung dengan apa yang Sean ucapkan dan kemudian mengambil sweaternya

"Gue juga takut nama baik lo kenapa-napa..."

Senna terhenti. Dia memandang pria yang sudah menatapnya dengan dalam itu. Perempuan itu sampai menelan ludah karena tidak tahu ingin mengatakan apa kepada Sean yang sepertinya... Peduli?

"Honestly gue lebih takut kalo perusahaan gue kenapa-napa sih..." pria itu terkekeh berusaha mencairkan suasana, "Gue takut dihujat netizen..."

Senna tertawa dengan renyah, melirik sedikit kepada Sean dan kemudian menganggukkan kepalanya, "Jadi kita beneran udahin semuanya? Terakhir?"

Pria itu mengangguk dengan tenang dan mengambil telapak tangan Senna, "Nanti malem, Royal?"

Perempuan itu tersenyum menganggukkan kepalanya bahkan ketika Sean mendaratkan satu kecupan hangat di telapak tangannya.

...

Elang menjemput Senna sepulang dari kantor dan mengajak perempuan itu untuk mampir ke salah satu binatu langganan Elang. Pria itu terlihat tenang dan kemudian menghentikan mobilnya ketika lampu merah menyala.

Senna yang sedang membalas pesan tampaknya tidak terlalu memperhatikan kalau tunangannya itu sudah memperhatikannya sejak mereka keluar dari area parkir kantor.

"Jadi, kamu sama Sean masih?"

Senna menoleh dengan terkejut. Dia mendapati Elang tersenyum kepadanya dan kemudian menganggukkan kepala sebagai jawaban, "Kok mas tau?"

Elang kembali melajukan mobilnya sebelum menjawab pertanyaan Senna. Dia sudah menyadari ada hubungan antara Sean dan Senna semenjak mereka bertemu di cafe lusa kemarin.

Senna jelas tampak gugup ketika melihat Ares dan Febi yang menatapnya sengit. Ditambah kedatangan Sean yang secara tiba-tiba. Elang tidak mungkin mengabaikan wangi yang samar tampak sama dari kedua orang itu.

"Jadi hubungan kamu sama Sean sudah sejauh itu, Senna?"

Perempuan itu menundukkan wajahnya dan menelan ludah. "Maaf, Mas..."

"Berarti Sean bukan pria baik-baik, Sen..." Elang mengalihkan pandangannya untuk memandang Senna kemudian, perempuan itu sudah menatapnya dengan bingung sekarang, "Iya, kan? Kamu diperlakukan seperti itu sama Sean, dia sudah tau kamu tunangan sama aku tapi dia masih cari kamu..." Pria itu menghela nafas

"Maksud Mas, aku juga bukan perempuan baik-baik, kan?" Tanya Senna dengan nada yang cukup sengit kepada Elang, dan pria itu hanya menoleh kepadanya, "Iya..."

"Selesaikan hubungan kamu sama Sean. Sebelum pernikahan kita, Senna. Aku mau kamu sama Sean sudah selesai. Bukan maksud aku bilang kamu bukan perempuan baik, Senna..." Elang menyisir rambutnya dengan jemari-jemarinya dan kemudian menatap Senna lebih lembut, "Kamu perempuan baik-baik. Yang pasti akan dapat yang terbaik kalau kamu mau memilih jalan kamu dengan bijak, Senna..."

Senna tertegun. Dia menatap Elang cukup lama sampai akhirnya pria itu tersenyum kepadanya dan menggenggam tangannya dengan lembut.

"Kalau kamu belajar melupakan Sean..." Elang memutuskan untuk membelai puncak kepala Senna dengan tenang dan kemudian kembali menatap lurus ke mata Senna, "Aku akan bantu kamu..." lalu pria itu menambahkan dengan buru-buru ketika Senna menaikkan kedua alisnya, "In a good way, Senna"

IFMJIYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang