3. Neraka Awal

2K 285 54
                                    

Tidak semua yang datang itu akan menetap.
Mungkin saja dia ingin singgah lalu bosan.

Aska Virgonio.

⏮ NF • Lie ⏭

••

Jakarta, 21 November 2018

Krringgg....

Suara mesin alarmnya tidak mau berhenti sampai sang pemasang alarmnya terbangun. Tentu saja Vira masih tidur pulas, padahal ini sudah hampir jam setengah tujuh pagi. Tak ada cara lain untuk membangunkannya selain membuka jendela kamarnya dan membiarkan sinar matahari langsung mengenai wajahnya itu.

Vira tersadar bahwa ini sudah pagi dan waktunya dia untuk memulai kehidupan barunya. Tunggu, kehidupan baru bukan berarti dia harus memulai semuanya dari awal. Vira hanya ingin memulainya lagi dan melupakan semua masa lalunya. Tidak peduli siapapun yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Hari ini tidak akan lagi yang bisa menebak siapa yang akan Vira inginkan dalam hidupnya.

"Kok nggak di makan?" tanya si cowok yang baru saja menaruh susu hangat di meja makan.

"Nggak laper. Aku mau berangkat duluan aja ya." Vira berdiri dan mengambil tas berwarna putih.

Tiba-tiba saja suara mesin mobil sudah menyala dengan terburu-buru. Vira mengerti siapa yang akan mengantarkan dirinya ke sekolah hari ini.

"Sudah siap, Neng?" ucap si supir yang sopan.

"Maaf ya, Pak. Aku bisa berangkat sendiri kok." Vira menolak tawaran supirnya itu untuk diantarkan ke sekolahnya.

Sebuah teka-teki membuat si cowok yang selesai sarapannya itu. Tirta merebut kunci mobil yang ada di tangan Pak Deni.

"Biar saya aja Pak yang anterin dia." kata Tirta.

"Abang apaan sih? Aku bisa berangkat sekolah sendiri. Aku bukan anak kecil lagi yang terus dianterin sama supir atau sama Abang!" Vira memprotes tindakan Tirta yang ingin mengantarnya ke sekolah.

Hari ini tidak ada yang lebih buruk selain membuka lembaran baru bagi Vira. Dia sudah selesai dengan masa lalunya. Tapi dia ingin kembali membuka lembaran baru dengan mandiri. Tetap saja itu tidak bisa dilakukannya.

"Mamah bilang sama gue kalo lo harus dianterin sama gue ke sekolah. Jadi nggak usah banyak protes lagi!" Tirta mengambil tasnya dan langsung menuntun sang adik memasuki mobilnya dengan terburu-buru.

Vira tidak bisa menolak tawaran itu. Jika dia menolak mungkin saja Tirta akan memaksanya seperti yang dia inginkan.

***

"Bang kita kenapa berhenti terus sih? Padahal itu lampu hijau." ujar Vira.

"Sistem lalulintas di Jakarta itu mau lampu hijau, merah, kuning atau apapun sama aja kalo udah macet ya bakalan berhenti." sahut Tirta.

"Ya tapi kalo kayak gini terus Vira bisa telat masuk sekolah. Kalo gitu Vira naik ojek aja deh," Vira sudah membuka pintu mobil. Ternyata Tirta sudah menguncinya dengan otomatis.

Tirta tersenyum jail dan melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah. "Udah lampu hijau, itu artinya jalan." kata Tirta.

Baru saja jalan beberapa meter lampu merah kembali menyala. Vira menghembuskan napasnya dengan kesal. "Jangan bilang ini macet lagi?" tanya Vira kesal.

SometimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang