17. Emosional

929 125 3
                                    

Aku pribadi keras kepala, seorang pencinta, banyak berharap, banyak mimpi, seorang manusia, mudah rapuh.

-Sometimes-

***

Di kelas, Vira tidak pernah konsen mengerjakan tugasnya. Ia bahkan lebih banyak diam dan melamun sampai membuat dirinya tidak fokus.

Sejak malam itu, ia sama sekali tidak banyak bicara pada siapapun. Pertemuannya dengan Raja pada malam kemarin membuatnya sedikit kepikiran. Bahkan selera makannya sudah menurun sejak bertemu dengan Raja. Suasana hatinya sudah tidak kembali ceria lagi.

Vira bertanya pada dirinya sendiri, apakah bertemu dengannya membuat seluruh luka di hatinya telah berhenti? Belum lagi Raja sungguh-sungguh mencintai Vira. Lebih dari apapun ia bisa saja melakukan semua hal untuk mendapatkan Vira.

Tapi Raja tak ingin memaksanya lagi seperti dulu. Ia membuat kesalahan bodoh hingga kehilangan kesempatan untuk bersama dengan sahabatnya itu.

Vira menggeleng lemah. Ia tahu kapan harus berhenti memikirkan masa lalu yang masih terasa sulit diterima.

Hampir satu tahun meninggalkan Raja dan untuk pertama kalinya Vira harus bertemu dengan seorang Raja Raffano. Tapi setiap orang butuh proses untuk menghilangkan semua lukanya sendiri, bukan? Dan setiap orang juga butuh kesempatan kedua.

Apakah Raja akan mendapatkan kesempatan kedua untuk bisa kembali lagi pada Vira?

Seharusnya Vira tak boleh pergi saat itu, bagaimanapun juga Vira dan Raja sudah memiliki perjanjian yang mengharuskan bahwa mereka berdua tidak akan pernah berpisah.

"Apa yang harus gue lakuin?" batinnya.

Vira yang sedang kebingungan mendadak dilema lagi. Ia ingin bertemu dengan Raja pada malam itu karena sudah lama ia tak pernah berkomunikasi lagi dengan Raja. Disisi lain, ia tak mau terluka apalagi jika Raja masih mencintainya sampai saat ini.

Brug!

Vira terkejut melihat kedatangan Rehan yang berlarian masuk kelas sampai menabrak sebuah pintu kelas. Rehan mengusap wajahnya lalu menatap Vira yang tengah duduk di bangku Aska.

"Rehan lo kenapa?" tanya Vira.

Rehan mengatur napasnya yang memburu, ia masih tak bisa berbicara akibat kelelahan berlarian.

"Itu-" Rehan menunjuk keluar kelas sambil membungkuk seraya menyentuh perutnya yang kesakitan.

"Itu kenapa?"

"Aska di keroyok sama anak buahnya Farel." ucap Rehan yang secepat kilat.

Kalimat itu membuat tubuhnya langsung tegak dan kaku. Vira tak menyangka bahwa Farel masih melanjutkan emosinya kepada Aska. Vira menarik tangan Rehan untuk memberitahu dimana keberadaan Aska.

"Ayo, bawa gue ke sana!" pinta Vira.

Rehan mengangguk dan membawa Vira keluar.

***

"One more again?!" Farel menciptakan senyuman yang manis dengan tatapan mata yang tajam.

Ia hanya diam dan melihat penderitaan Aska di bawah kakinya sekarang. Kini wajahnya Aska mendadak memar dan di sekitar tubuhnya sudah di penuhi oleh luka. Farel memberikan pelajaran kepada Aska karena ia masih tak terima oleh perilaku Aska sejak saat membela perempuan itu.

"Bos kita habisin aja ya? Tangan gue udah gatel buat pukul mukanya lagi." seru cowok yang berdiri di belakangnya Farel.

Farel langsung mundur dan mempersilahkan kedua temannya itu untuk melanjutkan aksinya. Aska berusaha berdiri tapi sayangnya ia tak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Sebenarnya bukan hanya tentang Vira saja masalah mereka. Sebelumnya Aska dan Farel juga tak pernah akur sama sekali.

SometimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang