14. Mengingat Raja

1K 134 10
                                    

Senyaman apapun aku mencintai kamu, tetap kembali padamu lagi. Kalau kamunya cuek dan acuh apa masih bisa aku nyaman?

-Vira Aurellianita-


⏮ Tangga • Utuh ⏭

••

Vira terbangun melonjak dari tempat tidurnya, ia meraih alarm yang ada di sampingnya itu. Melihat waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh Vira langsung buru-buru untuk bergegas pergi sekolah. Ia tak mau lagi telat atau dapat hukuman dari guru piketnya itu.

Di sisa-sisa waktunya bergegas Vira sudah kebingungan mencari keberadaan Abangnya itu. Setiap pagi Tirta memang selalu menunggu Vira di meja makan tapi hari ini tidak ada orang sama sekali di rumahnya kecuali para pembantu rumahnya yang sedang bertugas.

"Mamah sama Papah kemana?" tanya Vira pada Mbak Narsih yang sedang mengambil pakaian kotor dari kamar Tirta.

"Udah berangkat tadi pagi buta, Non!" Jawabnya.

"Kalo Bang Tirta? Biasanya dia nungguin aku dulu, kenapa nggak ada?"

"Tadi Mas Tirta buru-buru pergi abis nerima telepon gitu. Mbak sih, nggak tau kemana perginya."

Vira duduk pasrah di depan meja makannya. Ia mengambil kedua roti yang sudah diberikan selai kacang di dalamnya.

"Non, Vira mau berangkat sama supir aja ya? Atau Mbak panggil taksi?" tanya Mbak Narsih.

Vira hanya menggelengkan kepalanya sambil mengunyah roti kacang tersebut.

Selama ini, Vira selalu menginginkan pergi kemanapun tanpa ada yang menemaninya. Mungkin di otaknya hari ini Vira mendapatkan ide untuk berangkat sekolah sendiri, tanpa supir atau Tirta.

Kemudian Vira meraih tasnya dan ia pergi keluar rumah dengan semangatnya. Tak peduli seberapa lama ia akan sampai di sekolah yang penting baginya ia bisa merasakan apa yang selama ini ia inginkan.

Vira menginjakkan kaki di tempat halte bis yang terdapat pinggir jalan. Beberapa orang pekerja ataupun mahasiswa sudah menunggu lama untuk menaiki bis yang akan datang. Vira berdiri di antara mereka semua, tak peduli apa yang Vira pikirkan untuk sampai sekolah.

Saat bis kota itu sudah datang Vira langsung terburu-buru untuk mencari tempat duduk. Tapi apalah daya Vira yang tak bisa mencari tempat dengan cepat. Baru mau duduk saja ia sudah diselak oleh ibu-ibu yang membawa anak kecilnya itu. Vira mengalah lalu memilih untuk berdiri sambil berpegangan pada besi yang sudah karatan.

Bis kota itu sudah berjalan namun beberapa menit kemudian berhenti. Vira tak tahu apa yang membuat bis itu berhenti mendadak. Tiba-tiba saja Vira melihat seorang cowok bertopi hitam yang menutupi setengah wajahnya sambil membawa gitar. Vira melihat cowok itu berjalan mendekati ke arahnya. Seolah ketakutan Vira langsung melangkah mundur kebelakang sampai dekat pintu keluar.

Selama ini ia memang belum pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi orang sederhana yang menaiki tranportasi umum. Vira hanya bisa pasrah dan berharap bahwa ia bisa sampai sekolah tepat waktu.

Tapi saat di sela perjalanannya Vira selalu melirik ke arah cowok bertopi hitam itu. Seakan ia mengenali postur tubuhnya yang mirip seperti dia.

Tidak mungkin, dunia tidak mungkin mempertemukan mereka lagi dengan cara kebetulan seperti ini. Pertama karena memang selalu Vira belum siap untuk bertemu dengan sosoknya lagi.

Akhirnya telah sampai, Vira turun sambil memberikan uang kepada si supir bis tersebut. Setelah itu ia berdiri sampai membiarkan bis kota itu berjalan duluan. Ketika busnya sudah berjalan, sosok cowok bertopi hitam itu langsung membuka topinya dan tersenyum tipis pada orang disekitarnya.

SometimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang