Teruslah berbohong pada perasaan sendiri,
sampai kau menyadari bahwa semua itu sudah terlambat.Sometimes.
••
Seseorang sedang mengotak-atik angka di buku tulisnya. Pikirannya tiba-tiba saja buyar ketika ia mengingat gadis yang sedang mengelilingi pusat pikirannya sekarang. Salah satu jemarinya memainkan pulpen dan matanya mulai terpecah fokus pada pelajaran sekolahnya.
Aska menjauhi semua aktivitasnya itu, ia memilih untuk bersandar di dekat rak perpustakaan sekolah sambil duduk di lantai. Meskipun waktu bel sekolah belum berbunyi ia sama sekali tidak memasuki kelasnya.
Aska berjalan keluar dari perpustakaan sambil membawa beberapa bukunya. Ia melihat seorang cowok yang sedang berdiskusi di ruangan kosong. Sebuah kelas yang tak terpakai lagi membuat Aska penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Farel di tempat itu.
"Gue nggak mau tau, nanti pulang sekolah lo harus kasih pelajaran sama tuh anak. Buat dia ngerasain apa yang gue rasain." perintahnya membuat beberapa anak buah Farel mengerti apa yang diinginkan oleh bosnya itu.
Aska tak mendengar apa yang mereka bicarakan. Ia hanya berdiri di dekat jendela sambil mengintai bersembunyi.
***
Sementara itu suasana di kelas menjadi sunyi dan Vira lebih banyak diam sambil memandang beberapa orang yang sedang berbincang di sekitarnya. Hatinya menjadi gundah dan pikirannya sekarang juga masih mengingat satu nama yang selalu ia pikirkan sejak akhir-akhir ini.
"Viraaaaaaaa!" teriak seorang cewek yang mendadak membuyarkan lamunan Vira.
"Zira? Lo apaan sih, bikin heboh aja teriak gitu."
Zira hanya menyengir kuda lalu mengeluarkan selembar tiket musik dari kantung bajunya. "Nanti malem lo ikut gue ya? Kita nonton acara live musik blues festival"
"Tiketnya ada tiga? Satunya buat siapa?" tanya Vira.
Tiba-tiba saja Zira menengok ke belakang melihat kedatangan Aska yang tepat waktu memasuki kelasnya. Zira memberikan salah satu tiketnya untuk Aska.
"Buat lo, nih!"
Aska seperti orang bingung yang tak mengerti mengapa Zira memberikan salah satu tiketnya itu. "Apaan? Gue nggak mau ikut." Aska mengembalikan tiketnya ke tangan Zira.
Wajah Zira manyun, sementara Vira membuang wajahnya yang tak peduli pada cowok itu.
"Yah, jangan gitu dong." Zira memelas seolah Aska mungkin akan berubah pikiran. "Gue udah jauh-jauh pesen tiket ini. Penyanyinya juga bagus-bagus kok, lo juga kalo nggak salah suka genre musik blues kan?" tebak Zira, yang sok tau.
Aska menggeleng cepat sambil pura-pura tak menyukainya padahal dalam hatinya ia sangat memiliki beberapa album dari penyanyi bergenre blues.
Vira merebut tiket yang ada di tangan Zira dengan cepat. "Yaudah, kalo gitu biar satu tiketnya gue kasih ke Rehan aja."
"Tapi Vir?"
"Nggak usah ngajakin orang yang nggak mau di ajak. Menurut gue dia nggak akan mau pergi sama gue!" sindir Vira.
Zira benar-benar tak mengerti apa yang sudah terjadi antara Aska dan Vira. Baru kemarin Zira melihat kedekatan antara Aska dan Vira yang sudah membaik tapi justru malah sekarang mereka berdua sedang berperang satu sama lain.
***
Seusai bel pulang sekolah berbunyi Vira langsung buru-buru mengejar Rehan yang hendak berjalan menuju tempat parkiran motor. Ia berlari begitu cepat sampai akhirnya mendapatkan Rehan sedang bersiap-siap pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sometimes
Teen Fiction[SELESAI • BEBAS MEMBACA] "Demi kamu, aku rela mematahkan hati orang lain." Genre: Drama, Romance Copyright ©2017 Written by : firlanadini