22. Berseteru

772 108 1
                                    

Nanti kamu akan mengerti sendiri, seberapanya penting kejelasan dan juga seberapa lelahnya dipermainkan.

-Sometimes-

⏮ Pupus • Hanin Dhiya ⏭

***

Waktu terus bergulir sementara Aska masih duduk di pinggir lapangan dengan membolak-balikkan lembaran buku yang ia pangku. Mau tidak mau Aska selalu teringat akan ucapan Laura tempo hari lalu. Ia berusaha ingin melupakan semuanya tapi tak bisa. Ada yang membuat hatinya ingin memaksimalkan potensi untuk menjadi seorang lebih baik. Aska tak selamanya selalu menutupi seluruh hatinya sendiri.

Kini yang Vira lakukan saat Raja sudah berada dalam satu sekolah dengannya membuat pikiran Vira tak beraturan. Ia sesekali bertemu dengan Raja hanya sekilas lalu pergi begitu saja. Raja sendiri juga tak sekelas dengan Vira. Tingkat kelas mereka cukup berbeda seperti Vira yang masih di bawahnya Raja.

Namun kembali lagi dengan sosok Aska, ia tak terlihat seperti biasanya. Kini pikirannya sudah mulai pulih kembali. Ada beberapa hal yang harus Aska lakukan dengan benar. Cara kebetulan seperti membuat sesuatu yang tidak dapat di pikirkan oleh orang-orang.

"Vira." Aska memanggil seraya berjalan menghampirinya.

Si pemilik nama itu menoleh dengan cepat saat memasuki kelasnya.

"Kenapa?"

"Lo nggak ke kantin?" pertanyaan Aska membuat Vira berpikiran tak pernah Aska menanyakan hal ini sebelumnya dengan Vira.

"Aku masih mau ngerjain tugas yang tadi belum selesai. Kamu duluan aja ke kantin." jawab Vira.

"Perlu gue bantuin?"

Dia aneh.

Penawaran itu cukup menggiurkan bagi Vira. Tapi sekali lagi Vira tak ingin masuk dalam kategori orang yang memanfaatkan situasi.

Jawaban Vira hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Emang lo bisa ngerjain soal kimia? Gue jenius loh." kata Aska.

Gestur yang Aska tunjukkan pada Vira lebih baik dan menyenangkan. Tapi Vira masih belum percaya dengan sikap Aska yang berubah menjadi baik dan tidak marah-marah.

"Aku bisa kok. Kamu kira aku ini sebodoh itu apa? Enggaklah." celetuk Vira.

"Iyaudah, kalo ada yang nggak ngerti bilang gue aja." Aska kembali duduk di bangkunya tanpa berbicara lagi.

Sementara Vira hanya diam mematung di belakang Aska. Otaknya kini benar-benar tak bebas konsentrasi saat melihat tingkah laku Aska yang aneh. Sesekali dia berkacak pinggang dan menepuk pipi nya dengan perlahan, memastikan bahwa ini semua bukan mimpi.

"Gue nggak mimpi burukan hari ini?" batin Vira berdecak kesal.

Pintu kelas tiba-tiba saja terbuka dan Vira melihat kedatangan Raja yang memasuki kelas Vira dengan satu tujuan. Sialan, Vira tak bisa berkutik saat Raja sudah memegang tangannya untuk membawa pergi.

"Kamu ikut aku." ucap Raja dengan nada rendahnya.

Vira berdesis tak ingin mengikuti perintah itu. "Aku nggak mau. Kita bisa ngobrol lain waktu!" balas Vira.

SometimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang