bab31#kenyataan pahit

622 36 0
                                    

" gue, bukan malaikat yang bisa bawa lo terbang. Tapi, gue adalah pangeran yang akan menangkap lo saat lo terhempas dari langit"
Pasya

                                                            

"Langsung Intinya aja. Gue sibuk"

"Oke! Apa yang lo bilang ke Nirmala?"

Kedua mata tajam itu saling bertemu. Menyapa hawa dingin dari diri masing-masing. Sesuai dengan janji, mereka bertemu di lapangan basket.

Ya! Mereka adalah Pandu dan Pasya. Satu-satunya alasan mereka bertemu adalah Pasya yang merasa Pandu adalah tersangka utama dari kejadian histeris nya Nirmala tadi.

Tidak ada raut senyum apalagi sapa diantara mereka berdua saat bertemu tadi. Hanya suasana sepi dan keheningan yang menemani mereka. Keseriusan membuat siapapun yang berdiri di tengah tengah mereka pasti akan merasa bulu kuduk mereka berdiri. Hawa Pasya yang dingin ditambah dengan Hawa Pandu yang serius. Membuat atmosfer semakin kacau di lapangan basket tersebut. Tatapan tajam yang saling menusuk satu sama lain benar-benar menyeramkan.

Pandu menyunggingkan smirk di wajahnya. Terlihat sekali dia sedang meremehkan topik yang diajukan Pasya tadi. Pandu bukanlah seseorang yang sejutek Pasya. namun, ketika dia merasa terganggu akan suatu hal, dia akan meninggalkan urusan tersebut tanpa keterangan.

"Cih! Gue banyak urusan"

Baru saja Pandu ingin melangkah pergi, Pasya sudah memegang lengannya. Mereka membeku satu sama lain. Tak ada satupun di antara mereka yang ingin berbicara.

Pandu tau jika Pasya sedang emosi, dia tak akan memandang siapa yang dihadapnya. Tipe seseorang yang keras kepala dan egois seperti dia tak bisa dilawan dengan sembarangan. Pandu sedang memutar otak untuk mencari alasan yang tepat untuk menetralisir amarah Pasya dengan tidak membocorkan tentang kepribadian ganda Nirmala. Biar gimana pun juga, Pandu sudah berjanji kepada Flora untuk tidak membocorkan tentang penyakit DID Nirmala kepada Pasya. Walau, bisa saja untuk keluar dari suasana dan amarah Pasya, Pandu mengatakan yang sebenarnya. Toh, yang rugi pihak Flora nya sendiri. Tapi, dia bukan lelaki sebusuk itu yang hanya mengucap janji palsu. Janji adalah hutang. Dan, hutang akan dibawa sampai Mati. Bahkan, menurutnya bau busuk sebuah mayat akan kalah jika dibandingkan kebusukan seorang pendusta.

"Gue peringatin ke elo! Jangan lukai Nirmala!" Ancam Pasya dengan nada datar namun memanipulasi.

Lagi-lagi Pandu menyunggingkan sebuah senyuman miring.

"Hh.. apa segitu pentingnya Nirmala sampe lo mengancam sahabat lo sendiri?" Tanya Pandu dengan tatapan amarah.

Pasya melepas tangan Pandu secara perlahan. Apa yang dikatakan Pandu cukup berpengaruh pada hatinya.

Ya! Jujur, dia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Tak biasanya dia sampai membela-belakan seorang perempuan apalagi sampai mengancam sahabat sendiri.

Pasya bukan seseorang yang gampang LUPA DARATAN atau melupakan sahabatnya sendiri. Namun, entah mengapa kali ini terasa berbeda. Dulu, dia merasa perempuan adalah sesosok yang menyebalkan, Penuh dosa, Menjijikan, Bodoh, Dan lain sebagainya. Dan, sahabat adalah segala-gala nya.

Namun, sejak datangnya Nirmala dalam hidupnya. For the first time, Pasya sampai memendam benci kepada sahabatnya sendiri demi seorang perempuan. Nirmala adalah secercah cahaya sedangkan, Pandu hanyalah seonggok sahabat. Bukankah, suatu saat nanti Pandu juga akan mengacuhkan, eh ralat membenci Pasya atau mungkin Revan dan Dika karena telah melukai pujaan hatinya.

DID girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang