Bab38#mulai berbahaya

515 23 4
                                    

Tap!

Pandu mulai melangkahkan kakinya. Dengan penuh keberanian dan hati-hati. Langkah nya terhenti saat dirinya berada di depan pagar rumah Nirmala. Pandu memperhatikan 3 objek yang dicurigainya sebagai tempat persembunyian si "Dia".

" Hoaammm~ gue udah bosen loh nungguin elo! Lama banget sih! Gue kebelet pipis nih! " Goda si "dia"

Apa gue lama-lamain aja ya biar dia ngewer di celana 😈 bacot banget dari tadi :) - Pandu

Pandu mulai berfikir logis. Menurutnya, impossible banget kalau misalnya si '' dia " itu bersembunyi di rumah kosong didepan rumah Nirmala. Rumah itu memang cukup strategis untuk mengawasi rumah Nirmala. Tapi, bukankah terlalu bodoh untuk seorang pengintai mengintai di tempat yang mudah untuk dirinya ketahuan oleh orang lain? Tempat ini terlalu Mainstream untuk dijadikan sebagai tempat mengintai. So, pastinya si pengintai ini mengintai di antara pos satpam yang tidak terpakai dan dibelakang pohon besar.

Pandu mengurut kening nya sendiri. Ini benar-benar sulit. Pasalnya, kalau dia tidak berhati-hati, nyawanyalah taruhannya. Dan, jujur aja Pandu masih banyak dosa yang belum dia tebus didunia ini. Dan dia juga masih sayang nyawa. Dan, jika urusannya sudah mengancam nyawa seperti ini, pengennya sih Pandu mundur aja deh. Tapi, karena ini semua adalah salahnya dia dari awal, mau gak mau dia harus tanggung jawab. Karena, kalau aja dari awal Pandu gak nurutin permintaan ni orang, gak mungkin Nirmala, Pasya, dan teman-temannya yang lain bakal dapet ancaman dari ni psikopat satu.

Mana sekarang udah malem ye kan? Komplek perumahan Nirmala juga sepi banget lagi. Ntar, klo dia dibunuh, trus mayat nya gak ditemuin. Bisa jadi arwah penasaran dia. Kali gitu cogan kalem kayak dia mati gak wajar trus jadi arwah penasaran. Gak etis amat :v

" ettt lama-lama gue tidur juga nih. Lelet banget sih lo. Time is money nihhh!! Cepetan dikit kek! Goblok amat otak lu. Gak bisa nebak tempat persembunyian gue." ejek si " dia "

Bacot bat ni orang satu :) klo ampe kali ini ketangkep, gue cabik-cabik mulutnya enak kali ya? - Pandu

Pandu memejamkan matanya. Dan menghela nafas berat.

Bissmillah. Ya Allah! Jika hari ini memang ajal hamba, pertemukan hamba dengan Ibu hamba. Ibu, jika emang saat ini Pandu akan menyusul Ibu, Pandu harap Ibu gak marah dengan keputusan Pandu ya Bu :) - Pandu

Pandu membuka matanya dan mulai melangkahkan kakinya. Kakinya mulai melangkah. Dan, kali ini dia memutuskan akan memilih pos satpam.

Dia melangkah perlahan sambil terus memperhatikan pos satpam yang gelap tersebut. Jantungnya terus berdetak dengan tempo yang begitu cepat. Keringat dingin terus bercucuran di pelipisnya. Tangan nya mengepal begitu kuat. Nafasnya memburu seakan asma tengah melandanya.

'' yaah! Ketahuan nih gue! Aduhhh takutttt " ucap " Dia "  sambil memasang nada takut.

Pandu terus berjalan dengan kaki yang mulai lemas. Sejujurnya, dia sangat takut dengan keputusannya. Kalau dia ingin, rasanya Pandu ingin berbalik arah dan masuk ke rumah Nirmala untuk meminta bantuan kepada teman-temannya. Tapi, Pandu tidak sepengecut itu untuk mundur sebelum berjuang. Menyerah gak ada gunanya saat ini. Siapa tau ini adalah salah satu jalan untuk dia menangkap si psikopat gila itu. Dan, kalaupun ini adalah ajalnya, toh dia bisa bertemu dengan Ibunya kan :)

" duhhh~ lo puter balik dehhh! Gue gak bersembunyi di pos kokk!! Puter balik donk! Yahhh ketauan deh gue. Aduhhh!!" racau " dia "

Pandu tak menggubris suara di teleponnya itu. Dia semakin dekat dengan pos tersebut. Tangannya mulai basah dan gemetar. Pandu menggigit bibir bawah nya. Tenggorokannya sangat kering. Nafas pun terasa susah. Bagaimana ini? Tubuhnya saja sudah menolak untuk bertemu dengan si psikopat gila ini. Bagaimana jika dia harus betarung dengan si psikopat ini dengan kondisi tubuhnya yang dilanda panik ini?

DID girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang