Part 2

5.9K 265 4
                                    

"Hyeong.. Tadi aku.." ucap jimin yang menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Gwenchana Jiminie.. Tenangkan dulu fikiranmu. Kalau sudah tenang baru ceritakan. Kepada kami." kata Hoseok sambil mengusap punggung Jimin untuk menyalurkan ketenangan.

Tidak lama kemudian, Jimin sudah mulai tenang. "Hyeong. Aku memimpikannya.." ucapnya setenang mungkin. "Kamu masih memimpikannya hyeong??" kata jungkook yang datang dari arah dapur untuk mengambilkan jimin air. Jimin hanya mengangguk membalas ucapan jungkook. "Minumlah hyeong." kata jungkook sambil menyerahkan air untuk jimin minum.

Jimin pov

Sudah sejak lama aku selalu memimpikan ini. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa hampir setiap hari memimpikan nya.
Aku melihat jam di dinding kamar ini, waktu sudah hampir malam. Aku bergegas untuk pulang.

Sekarang aku sudah kembali tenang. Dan teman-teman ku. Ralat, sahabat ku sudah keluar kembali. Dan sekarang aku akan menyusul mereka keluar. Karena aku mau pulang.

Aku melihat mereka sedang duduk sambil berbincang. Aku pun bergabung dengan mereka.

"Hyeong. Aku mau pamit pulang." kata ku sambil duduk di samping jin hyeong.
Jin hyung menatapku sambil tersenyum. "Pulanglah. Kau pasti lelah. Istirahat lah. Dan hati-hati di jalan." ucapnya.
"Pasti... All aku mau pulang dulu ya. Bye" kata ku sambil mengambil kunci mobil dan berjalan keluar bescamp.
"Hati-hati dijalan. Istirahat kalau sudah sampai." yaa itu tadi yoongi hyeong yang teriak.
"NE... GOMAWO HYEONG" balas ku sambil berteriak karena saya sudah berada di dalam mobil.

Saya menjalankan mobil dengan santai.
Drtt.. Drtt...
Ponsel ku bergetar. Aku melihat notif yang ternyata dari appa..
Aku menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponsel ku ke telinga.
"Jimin. Cepat pulang!!" kata ayah ku di seberang sana.
"Iy...." tut tut tut.. Aku belum menyelesaikan perkataan ku. Appa sudah memutuskan sambungan telpon duluan.

Author pov

Karena kesal. Jimin melembar ponselnya ke kursi penumpang di sebelahnya.

Tidak lama jimin telah sampai di rumahnya.

"Aku pulang...." ucap jimin yang sedikit berteriak.

Saat jimin sampai di ruang tengah. Jimin melihat ayahnya bersama dengan seorang wanita. Ayah nya pun memanggilnya untuk bergabung dengan mereka.

"Jimin. Kemarilah. Ada yang ingin appa katakan." katanya sambil menepuk sofa di sampingnya.
Jimin pun menurut dan duduk di samping ayahnya.
"Kenalkan. Dia adalah Kim Hyejin. Calon eomma mu." katanya sambil tersenyum hangat. Jimin yang mendengar kata 'ibu' sontak kaget dan membulatkan matanya..
"MWO??? Eomma??? Jinjja????" katanya yang masih tidak percaya.
"Iya. Dia akan menjadi eom..." belum selesai ayahnya bicara. Jimin langsung memotong ucapannya.
"NO!!! Tidak ada yang bisa menggantikan eomma. Siapa pun itu." katanya yang sedikit berteriak dan berlari menuju kamarnya dan menguncinya. Di kamar jimin terisak. Dia berfikir bagaimana mungkin appanya bisa dengan mudah menikah lagi. Padahal dia belum bisa melupakan eommanya.

Sedangkan ayah jimin merasa malu atas omongan anak Semata wayangnya.
"Maaf kan anak ku. Dia belum bisa menerima kenyataan tentang kepergian eommanya." ucapnya yang merasa bersalah karena sikap anaknya.
"Tidak apa-apa. Saya mengerti. Sepertinya hubungan kita tidak perlu di lanjutkan lagi. Toh, kita tidak memiliki dasar cinta untuk menjalin hubungan rumah tangga." ucap Hyejin.
"Terima kasih sudah mengerti." kata ayah jimin. "Kalau begitu saya permisi. Annyeong." katanya langsung meninggalkan rumah ayah jimin.

Setelah wanita tadi pergi. Ayah jimin mengetuk pintu kamar jimin.

Jimin pov

Tok tok tokk...
Pintu kamar ku di ketuk. Yang aku yakini itu adalah appa ku. Dengan rasa malas. Aku membukanya. Appa langsung masuk kedalam kamar tanpa meminta izin dari ku.

"Jiminie." panggil nya.
"Langsung inti saja appa. Tidak perlu basa-basi." ucapku ketus.
"Hffff.. Baiklah." ucapnya sambil menghembuskan nafas kasar dan melanjutkan omongannya.
"Jika kamu tidak ingin appa menikah lagi. Appa punya syarat untuk mu. Jika kamu menuruti syarat appa. Maka appa tidak akan menikah lagi." ucapnya. Aku yang mendengar nya pun langsung menghadap kepada appa. "Syarat apa?" kata ku yang mulai penasaran.

"Teruskan perusahaan appa. Gantikan appa. Jadilah CEO di perusahaan." ucapnya dan melanjutkan omongannya kembali. "Karena, jika bukan kamu yang melanjutkannya. Lalu siapa? Hanya kamu yang appa punya. Dan soal pernikahan appa. Appa bisa membatalkannya." "Jika appa bisa membatalkan. Lantas mengapa appa menikah lagi?" kataku yang sangat penasaran dengan topik pembicaraan kami.

"Yeoja tadi memiliki seoarang putra. Dan appa ingin menikahi nya agar anaknya bisa menggantikan appa. Tapi karena kamu tidak setuju. Maka appa membatalkan nya." katanya dengan ekspresi yang sulit di tebak.

Aku mencerna setiap kata yang di utarakan appa. Aku baru menyadari bahwa appa sangat peduli kepada ku. Aku menyesal telah menentangnya.

"Baiklah appa. Saya akan menggantikan mu di perusahaan." ucapku. Aku dapat melihat kebahagiaan di wajahnya. Dia langsung saja memelukku.
"Gomawo.. Gomawo. Gomawo jiminie." katanya yang terus mengucapkan terimakasih. Aku membalas pelukannya. "Mhiane appa." kata ku yang tetap membalas pelukannya.

Author pov

Setelah mereka maaf-memaafkan akhirnya mereka tertidur di kamar masing-masing..

Di lain tempat. Park Jiyeon sedang mengumpulkan berkas-berkas untuk mencari lowongan pekerjaan yang statusnya baru lulus sekolah menengah atas.

"Hffff..... Lelah juga ya seharian ini. Besok aku akan langsung ke perusahaan PJ CORP ☺☺... Syukurlah." setelah itu dia tertidur.

06.30 KST

Jiyeon mengerjap ngerjapkan matanya yang terganggu oleh sinar matahari yang menembus jendela kaca bergorden.

Setelah matanya terbuka sempurna dan nyawanya telah terkumpul dia beranjak dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi. Setelah selesai dia bersiap untuk melamar pekerjaan di perusahaan PJ Corp. Setelah itu, dia turun dan sarapan bersama ayah dan ibunya.

"Pagi eomma. Pagi appa" katanya sambil megecup pipi kedua orang tuanya.
"Pagi anak appa. Ayok makan." kata ayah jiyeon. "Mau kemana sayang?" ibu jiyeon bertanya.

Jiyeon pov

Pagi ini aku sarapan bersama eomma dan appa. Saat makan eomma menanyakan aku mau kemana. Dan aku mengatakan kalau aku akan melamar pekerjaan di perusahaan PJ Corp. Dan orang tua ku setuju-setuju saja. Asal aku tidak bekerja sampai kelelahan.

Selesai sarapan aku langsung berangkat menggunakan taksi. Aku tidak naik mobil. Karena malas untuk menyetir.
Tidak lama aku sampai di perusahaan PJ Corp.

Saat sampai. Aku langsung di sambut oleh penjaga di perusahaan ini. Penjaga tersebut menanyakan atas kedatangan ku. Dan aku menjelaskannya. Dia memerintahkan ku agar aku masuk.

Saat masuk aku langsung ke meja resepsionis.
"Annyeong. Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya dengan sopan.
"Em.. Begini. Saya mau melamar pekerjaan." ucapku sedikit malu.
"Tunggu sebentar." ucapnya dengan menekan beberapa digit nomor di telpon nya. Aku tidak begitu mendengar percakapan dalam teleponnya. Karena asik memandangi perusahaan yang super besar ini.

"Agassi. Agassi." panggil nya yang membuat ku sedikit tersentak.
"Ahh.. Ne." ucapku spontan.
"Mari ikut dengan saya. Saya akan mengantarkan anda ke ruangan CEO.." katanya dan berlalu pergi. Aku menghiraukan perkataannya dan mengikutinya.

kami menaiki lift. Dia menekan tombol lift yang menuju lantai 15.

Ting...
Lift berbunyi..
Kami sudah sampai di lantai 15. Aku mengedarkan pandangan ku. Disini hanya terdapat 1 ruangan yang aku yakini ruangan CEO PJ Corp.

Kami melangkah menuju pintu tersebut. Setelah sampai pegawai resepsionis tersebut mengetuk pintu.
"Masuk." kata orang di dalam.
"Annyeong. Dia sudah dat.." belum selesai dia berbicara. Orang di dalam memotong ucapannya. "Suruh dia masuk. Dan kembalilah." katanya. "Ah.. Ne. Annyeong." katanya. Lalu dia mengisyaratkan aku untuk masuk. Aku masuk.

"Annyeong." ucapku sambil membungkuk memberi salam.
"Duduklah." ucapnya sambil memutar kursinya.

Saat dia memutar kursinya. Pandangan kami bertemu.
"Ne.. Neo......."

TBC
Mhiane untuk typo
Gak pake editan😁😁

My Byuntae Boss [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang