Part 15

3.2K 168 0
                                    

Happy reading

Jimin terus memanggil Jiyeon..

Dan Jimin melihat Jiyeon di dekat hutan yang lumayan lebat.

Serta banyak kepingan pesawat terhambur di mana mana.

Di sana dia mencari seseorang. Yang Jimin yakini adalah kedua orang tuanya jiyeon.

Jimin langsung berlari ke arah Jiyeon berada.

Setelah Jimin tiba di dekat Jiyeon

"ANDWEEEE........."

Jiyeon berteriak histeris dan itu membuat Jimin berlari ke arah Jiyeon dan mendekapnya.

"Jiyeon ah. Gwenchana??" tanya Jimin

"Op..oppa.. Hikss.. Eomma..." kata Jiyeon sambil menunjuk jenazah ibunya yang tergeletak tidak jauh dari mereka.

Seketika tubuh Jimin menegang seakan mengingat kembali saat dia melihat jenazah ibunya dahulu.

Jiyeon terus berteriak histeris melihat jenazah ibunya. Dan terjatuh di pelukan Jimin.

Jiyeon pingsan, dengan sigap Jimin mengangkat tubuh Jiyeon ke posko untuk di sadarkan.

.
.
.
.

Yeouido St. Mary's Hospital, Seoul
20.30 KST

Jiyeon pov
Sekarang aku dan jiminie oppa sedang di salah satu rumah sakit di Seoul.

Saat aku mendengar berita bahwa pesawat yang di tumpangi eomma dan appa jatuh karena kehabisan bahan bakar, aku langsung syok dan histeris.

Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa eomma akan pergi meninggalkan ku dan appa secepat ini.

Ya.. Eomma telah tiada akibat kejadian tersebut. Tapi aku juga bersyukur karena appa masih bisa selamat walau keadaannya sekarang masih kurang baik.

Appa belum siuman. Dokter mengatakan bahwa appa akan bangun 1 sampai 2 hari. Karena keadaannya yang terbilang cukup parah.

Jimin oppa selalu bersama dengan ku. Dia selalu memberikan semangat untuk ku.

Aku sangat bersyukur karena Jimin oppa tidak meninggalkan ku di saat aku seperti ini.

.
.

Saat aku sedang memandang dan menggenggam tangan appa. Tiba tiba pintu ruang rawat appa terbuka.

"Chagiya. Kajja kita pergi makan. Kau dari tadi belum makan apapun." tawarnya.

Ya. Sejak malam jatuhnya pesawat itu. Aku belum makanan apapun. Dan ini sudah masuk malam berikutnya.

Aku sangat kehilangan selera makan ku karena kejadian ini.

Dan aku menghiraukan tawaran Jimin oppa.

Aku merasakan tangan Jimin oppa memegang pundakku.

"Chagiya. Jebal. Makanlah. Aku akan membelikan mu makan. Jangan kemana mana ne? " katanya dan berlalu pergi.

10 menit kemudian. Jimin oppa datang dan membawakan ku beberapa bungkus makanan.

"Chagi. Makanlah. Jebal. Jangan menolak." ucapnya.

Karena dia sudah memohon seperti itu. Tidak ada pilihan lain.

Aku pun menghampiri Jimin oppa di sofa. Dan mulai memakan makanan yang sudah Jimin oppa belikan.

Aku memakannya sangat lahap. Ternyata aku sangat lapar.

Jimin oppa hanya mengusap surai ku. Dan aku bisa melihat dia tersenyum tipis kearahku.

.
.
.

Selesai makan. Jimin oppa menyuruhku untuk tidur. Tidak ada pilihan lain selain menurutinya kemauannya. Aku pun tidur di pangkuannya.

.
.
.

Author pov

Yeouido St. Mary's Hospital, Seoul
07.30 KST

Jiyeon bangun dari tidurnya saat sinar matahari menyilaukan indra penglihatan nya.

Jiyeon mengerjap ngerjap kan matanya untuk beradaptasi dengan keadaan sekitar.

Jiyeon merenggangkan otot otot nya dan melihat sekitar ruangan. Ruangan yang bernuansa putih dan pintu kayu dengan warna coklat tertutup.

Jiyeon berpikir bahwa ini bukanlah kamarnya dan dia tertitur di sofa bukannya di kasur.

Jiyeon mengingat ngingat apa yang sudah terjadi kemarin.

Saat Jiyeon mengingatnya. Jiyeon mulai terisak.

"Hikss.. Eomma.. Appa.." Jiyeon terus terisak.

Saat dia terisak tiba tiba ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya.

Jiyeon melihat orang yang memeluknya dan itu adalah Jimin.

Jiyeon membalas pelukan Jimin dan kembali terisak. Jiyeon merasakan tangan Jimin mengusap surainya.

.
.

Cukup lama Jiyeon terisak di pelukan Jimin. Hingga Jimin membuka suara.

"Chagiya. Kajja kita persiapkan pemakan eomma." ajak Jimin.

"Ne oppa. Tapi bagaimana dengan appa??" tanya Jiyeon yang juga khawatir kepada ayahnya.

"Tenanglah. Appa akan di jaga oleh suster. Aku tadi sudah menghubungi nya. Jangan khawatir ne? Kajja kita persiapkan pemakan eomma." Ajak Jimin yang langsung saja menarik tangan Jiyeon lembut.

Jiyeon hanya menurut kepada jimin. Dan mengikuti Jimin.

.
.
.
.

Acara pemakaman pun selesai. Jimin Dan Jiyeon kembali ke rumah sakit.

Sebelum Jimin Dan Jiyeon kembali ke rumah sakit. Mereka memutuskan untuk mampir ke kafe untuk mengisi perut mereka yang kosong. Karena sedari pagi mereka belum memakan apapun.

Jimin dan Jiyeon memesan makanan dan tak lama makanan pun datang dan mereka memakannya dengan lahap.

.
.
.

Saat ini mereka sedang di mobil menuju ke rumah sakit.
Hingga....

Drrtt drrtt
Ponsel Jimin bergetar di sakunya.

Jimin pun menghentikan mobilnya dan mengangkat telfon tersebut.

"Yeoboseyo.. Tuan Park." Ucap orang di seberang sana yang terdengar dari suaranya bahwa dia sedang khawatir.

"Ne. Nugu?" Tanya Jimin.

"Tuan. Cepat ke rumah sakit. Keadaan tuan park." Belum selesai orang tersebut menyelesaikan ucapannya Jimin langsung mematikan sambungan telfon Dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Jiyeon yang menyadari itu langsung khawatir dan menanyakan kepada Jimin.

"Jiminie oppa. Waeyo? Gwenchana?" Tanya Jiyeon.

Bukannya menjawab Jimin malah menggenggam tangan Jiyeon dengan erat.

.
.
.

Jimin menarik lembut tangan Jiyeon sampai di ruang rawat  ayahnya.

Hingga.

"APPAAAA....."

TBC

mhian untuk typo.

Jangan lupa votment..

Jangan bosen bosen ne baca FF ku.

Gomawo yang udah mau baca + vote

My Byuntae Boss [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang